Perjanjian

151 5 0
                                    

Di dalam mobil hanya keheningan yg tercipta, Devian dan Arunika sama - sama diam dan canggung, Devian melirik jam yg melingkar di tangannya, masih satu jam lagi perjalanan menuju tempat proyek yg akan mereka tinjau, tanpa adanya percakapan di dalam mobil mereka akan merasa bosan. Dengan berdehem Devian mencoba mengajak Arunika berbicara.

"Ehemm.. Arun maaf tadi saya tidak bisa mencegah papah untuk tidak membawa Clarissa ke kantor." ucap Devian memecah keheningan.

Arunika menoleh sejenak kearah Devian yg duduk di belakang kemudi. "Tidak apa - apa, bukankah dia kekasih anda, saya tadi hanya terkejut dengan kedatangannya yg mendadak, ternyata seakrab itu dia dengan tuan David." kata Arunika dengan helaan nafas panjang.

"Sudah berapa kali saya bilang dia bukan kekasih saya, lagian keakrabannya dengan papah itu karena dia adalah keponakan tante Rini adik dari papah, kamu juga bisa kok lebih akrab ke papah ketimbang dia, kan kamu kekasih saya." ucap Devian yg di akhiri dengan senyuman menggoda.

"Anda jangan bicara ngelantut pak, kita tidak punya hubungan khusus kecuali sebatas partner kerja." Arunika menjawab ucapan Devian dengan ketus.

"Sekarang kita memang hanya partner, tapi tidak tau kedepannya jika kita menjadi partner sehidup semati, memiliki keluarga kecil yg harmonis dan anak - anak yg lucu." Devian berucap sambil tersenyum membayangkan betapa indahnya masa depannya kelak bersama Arunika dan anak - anaknya, Devian menjadi tidak sabar untuk itu, namun Devian juga tau jika tidak mudah meluluhkan hati Arunika yg keras karena kesalahannya dulu.

"Sepertinya anda mulai tidak waras pak, apa perlu saya belikan obat untuk menyadarkan tingkat kehalan anda." Arunika jengkel karena Devian membahas tentang hal yg tidak mungkin terjadi mengingat mereka saat ini tak lagi sama seperti 6 tahun yg lalu.

"Apakah saya salah jika bermimpi tentang masa depan saya, bukankah kamu sudah setuju mau memberi saya kesempatan untuk berada di dekatmy, memantaskan diri dan menebus semua kesalahan yg pernah saya lakukan." ujar Devian yg masih ingat saat dia meminta maaf pada Arunika dan mengutarakan keinginannya.

"Huft.. sepertinya anda salah paham pak, saya memang sudah memaafkan kesalahan anda, tapi untuk saat ini saya masih ingin sendiri dan fokus pada impian saya, saya tidak mau seolah memberi harapan pada anda yg nyatanya saya sendiri juga tidak tau sampai kapan saya membuka hati untuk menerima cinta kembali, anda tenang saja kalo soal kesalahan di masa lalu itu sudah saya lupakan jadi anda tidak perlu merasa bersalah apalagi sampai dengan menebus kesalahan yg lalu di masa sekarang, lebih baik kita lupakan semuanya, jalani kehidupan masing - masing dan mari kita menjalin kerja sama dengan nyaman tanpa mengurangi rasa profesionalitas." tutur Arunika panjang lebar.
Devian yg mendengar itu hendak protes, namun dia juga menghargai keputusan Arunika yg ingin fokus pada impiannya tanpa di recoki masalah percintaan, dengan berat hati Devian mengangguk.

"Tapi bolehkan kalo kita jadi teman dekat?." tanya Devian, saat melihat raut wajah Arunika yg keberatan, Devian segera meralatnya, "Maksudku kita jadi teman dekat supaya bisa lebih nyaman dan tidak canggung jika kita sedang pergi berdua seperti sekarang, tidak enak rasanya bila sesama rekan kerja tapi seperti musuhan, diem - dieman." lanjutnya lagi.
Mendengar permintaan Devian Arunika mengangguk, tidak ada salahnya berteman dekat dengan mantan, apalagi pekerjaannya yg mengharuskan selalu ada di sekitar Devian.
Tak terasa mobil memasuki kawasan proyek, Devian dan Arunika turun di sambut sang mandor bangunan yg bersiap melaporkan hasil perkembangan proyeknya yg minggu lalu mengalami kendala namun masih bisa diatasi sehingga saat ini bisa kembali bekerja seperti semula.
Setengah jam mengecek dan berkeliling di temani sang mandor dan beberapa karyawan lain, Devian memutuskan mengajak Arunika makan siang karena ini sudah memasuki jam istirahat.
Selesai istirahat Devian dan Arunika bergegas kembali ke kantor karena jam 14 : 30 wib akan ada rapat tahunan yg di pimpin oleh boss besar alias David Mahawira, papah Devian sengaja melakukan rapat setelah jam makan siang karena beliau masih harus mengecek berkas - berkas yg sudah di rekap oleh asisten Devian selama setahun ini.



My CEO is My Ex (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang