29

49.5K 5.3K 704
                                    

Kalian bersoda bgt pengen Zidane koma😭 entar cepet tamat nih cerita.

Maaf ges, maksud part yg semalem bkl ada titik terang masa lalu Zidane, hiya.
.
.
.

_________

Zidane membuka matanya yang terasa berat, dia merasakan tubuhnya terasa sakit, seolah kembali saat dia pertama kali dia kecelakaan. Dia merasakan jika hidungnya juga terpasang selang oksigen, dan ruangan ini pun juga terdengar suara alat pendeteksi jantung.

"Gue di Rumah Sakit?"

Hanya itu yang terlintas di pikirannya. Seingatnya, terakhir dia berada di pinggir jalan setelah menyelamatkan salah satu anak Panti yang hampir tertabrak truk, dan dia berhasil selamat bersama anak itu. Hanya saja, kepalanya terbentur aspal, dengan posisi tangannya yang memeluk erat anak itu.

"Bang Zain. " Suara itu membuatnya merotasi matanya, dia tertegun saat melihat wajah yang familiar.

Itu Nabil.

Adik satu-satunya sebagai Zain.

Dia melihat anak itu menangis menatapnya, entah ini mungkin pertama kalinya dia melihat Adiknya menangis setelah sekian lama.

Apa dia benar-benar kembali sebagai Zain? Dia tersenyum samar, tubuhnya benar-benar terasa sakit.

"J-jangan nangis. " Suara lirih itu membuat Nabil kembali menangis, dia kelimpungan sendiri saat melihat Abangnya kembali membuka mata setelah sekian lama.

"Abi! Umi! Dokter!" Nabil menyuarakan kegelisahannya, dia menekan tombol yang ada di samping brankar. "Bang Zain sadar! Abang sadar!"

"J-jangan. " Nabil menghentikan aktivitasnya sejenak, dan menatap ke arah Zain. Nabil menundukkan wajahnya, berkali-kali dia menghapus air matanya agar tidak jatuh. "Maaf—maafin Abang. "

Susah payah untuk seorang Zain mengatakan hal itu, nafasnya terasa tercekat. Penglihatannya pun ikut memburam. "Maaf—bilang ke Umi, A-bi, Abang. S-semuanya.  "

Nabil menggelengkan kepala keras, saat melihat alat pendeteksi jantung itu hampir menunjukkan garis lurus. "Jangan tutup mata Abang! Jangan!" Nabil berusaha keras, dia dengan cepat untuk berlari ke arah pintu ruangan, dan secercah harapan saat melihat seorang Dokter berlari ke arahnya bersama keluarganya.

La ilaha illallah ..

Nihil, Zain sudah berusaha mempertahankan kesadarannya, namun matanya kini kembali tertutup rapat, bersamaan suara alat pendeteksi jantung itu berbunyi nyaring memenuhi ruangan, dan menampilkan garis lurus.

--

"Zidane!"

"Bangun!"

Mata anak remaja itu mulai mengerjap perlahan, kepalanya terasa sakit setelah apa yang dialaminya. Dia tersadar, dia kembali ke sebuah ruangan putih. Namun sepertinya, dia kembali sebagai Zidane.

Deru nafasnya terasa sesak saat mengingat hal tadi, dia benar-benar melihat sosok Adiknya sebagai Zain, saat anak itu berlalu dari hadapannya, dia tidak bisa lagi mempertahankan kesadarannya. Dia seperti diambang hidup dan mati saat itu, dan yang ada di pikirannya hanyalah pulang ke tempat seharusnya.

"Gue udah mati?" Bulir-bulir bening jatuh pelupuk matanya tanpa sadar.

"Zidane. "

Panggilan lirih itu membuatnya menoleh. Dia tertegun melihatnya. "M-mamah?"

"Apa sakit?" Kamila terdengar khawatir saat mengatakannya. Dia tidak bisa menahan suaranya saat melihat Zidane seperti gelisah dibawah alam sadarnya, hal itu membuatnya meninggikan suara dan memanggil nama laki-laki itu berharap dia tersadar.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang