25. Meeting You Again

731 20 5
                                    

Semilir angin berhembus pelan membuat beberapa helaian rambut milik seorang gadis menutupi wajah cantiknya. Dengan sibuk mencatat di buku catatannya, melihat sekitar dan sesekali tersenyum ramah ke orang-orang yang melewatinya. Berjalan menyusuri desa yang ia jadikan objek penelitiannya, sampai ia berhenti di sebuah rumah sakit jiwa yang sepertinya telah lama tak diurus.

Kaki jenjang itu melangkah lebih dekat ke rumah sakit jiwa itu, sampai dirinya kaget karena tangannya tiba-tiba digenggam seseorang.

"Jangan ke dalam" Ucap Seorang kakek tua.

"Memangnya kenapa ya kek?" Tanya Hani mengernyit heran.

Kakek itu hanya menggelengkan kepalanya dan melenggang pergi. Hani yang keheranan hanya bisa terdiam lalu menggelengkan kepalanya. Ia pikir kakek tadi hanya linglung karena sudah terlalu tua. Mengabaikan perkataan kakek tua tadi, Hani berjalan masuk ke dalam bangunan tua itu.

Saat tangannya meraih kenop pintu dan membukanya lalu masuk ke dalam, tiba-tiba di dalam sangat ramai layaknya masih beroperasi dengan baik. Para perawat dan staf rumah sakit jiwa tersebut berlalu lalang, begitu juga dengan pasien-pasiennya.

Tiba-tiba seseorang menyenggol bahu Hani yang membuat gadis itu terhuyung.

"Sorry yaa han!!!" Teriak Perawat yang mengejar pasiennya.

Hani mengernyit heran, bagaimana orang itu mengetahui namanya? Hani menatap sekelilingnya heran, sampai seseorang memegang bahunya dan membalikkan tubuhnya.

"Jangan di tengah jalan Han, orang-orang sibuk lohh hari ini" Ucap Seorang lelaki dengan tinggi semampai.

"Kak....Hesa...." Ucap Hani lirih.

Tiba-tiba cairan bening mengalir ke pipi Hani, gadis itu menangis atau lebih tepatnya meneteskan air mata. Lelaki di depannya panik bukan main, sampai dirinya mengecek keadaan seluruh tubuh gadis di hadapannya ini. Menanyakan ini dan itu tapi malah dijawab dengan rengekan beserta air mata.

"Hey....Hanii....kenapaa?? Kok tiba-tiba nangis??" Tanya Mahesa sekali lagi.

Hani menggelengkan kepalanya lalu berjalan ke arah pintu masuk lagi.

"Enggak....enggak mungkin....ini pasti khayalan" Monolog Hani sambil berjalan ke arah pintu masuk.

Hani kembali mendorong pintu masuk tersebut dan keluar. Namun, ia masih di tempat yang sama. Kembali lagi ia masuk ke dalam dan masih juga sama. Hani mengacak-acak rambutnya sendiri, sekarang gadis itu tampak seperti pasien di rumah sakit tersebut. Mahesa yang sedari tadi hanya memperhatikan gadisnya akhirnya meraih pergelangan tangan Hani.

"Kenapa hey?? Sini dulu coba duduk, tenangin diri, kan kakak udah bilang kalo ada masalah tuh cerita bukan jadi orang gila gitu" Ucap Mahesa entah menenangkan atau menyindir.

"Seharusnya tuhh kakak enggak disi- maksudnya tuh kakak udah ma- aaakkk!! Pusing ahh!!!" Ucap Hani terputus-putus.

Sungguh Hani sangat bingung dengan situasinya saat ini, bagaimana bisa tempat yang semulanya terbengkalai menjadi bagus seperti ini? Bagaimana bisa tempat ini beroperasi kembali? Bagaimana bisa orang yang sudah mati ada di depannya saat ini? Kira-kira begitulah isi kepala Hani saat ini.

"Rambutnya jangan ditarik gituu....ntar rontok baru nangis, coba ngomong yang jelas. Ada masalah apa sihh Hanii??" Tanya Mahesa sekali lagi sambil merapikan rambut Hani.

Tak lama gadis itu melirik kalender di depan meja resepsionis, matanya menyipit agar angka-angka di kalender itu terlihat jelas. Hani berdiri dan berjalan dengan cepat mendekati meja tersebut lalu meraih kalender itu dengan brutal dan meniliknya

Heeseung Short Story |HSS|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang