30

53.5K 5.1K 290
                                    

Anak laki-laki nampak berlarian mengelilingi Mansion dengan langkah kecilnya. Senyuman begitu indah di bibirnya, membuat anak laki-laki itu nampak menggemaskan. Dia begitu bahagia hari ini, karena hari ini adalah hari dimana dia berusia 6 tahun.

"Haha! Selu!"

Zidane—anak bungsu dari tiga bersaudara itu mengitari salah satu maid yang tengah membawa beberapa piring kotor. Dia tertawa kecil, hingga memperlihatkan gigi kelincinya.

"Tuan muda! Jangan berlari!"

Zidane menghentikan aktivitasnya sejenak, kemudian menggelengkan kepala dengan kekehan kecil. Dia masih mengitari maid tersebut yang membuatnya kelimpungan sendiri. "Tuan muda, saya takut benda ini akan jatuh, " ujar maid tersebut. Dia menatap ke arah Bi Asri—kepala maid disini dengan tatapan meminta pertolongan.

"Tuan muda. " Bi Asri memeluk tubuh kecil itu hingga berhenti berlari, dia mengangkat tubuh kecil itu bersamanya yang membuatnya mengerucutkan bibir.

"Bibi! Idan tidak mau, " keluhnya. "Idan mau tulun. Idan mau main!"

"Maaf tuan muda, nanti tuan muda bisa jatuh. Nanti tuan besar marah, hm?" Dia mengusap rambut berantakan milik tuan mudanya, yang dibalas helaan nafas panjang laki-laki itu. "Tuan muda juga lelah nanti, Bibi tidak mau. "

"Tidak apa-apa Bibi, Idan ingin Papah pulang. "

Bi Asri menghentikan aktivitasnya sejenak, sambil menatap ke arah tuan mudanya dengan kerutan.

"Hali ini Idan ulang tahun, Idan ingin Papah kemali juga. Idan mau Papah ucapin ulang tahun ke Idan. Idah tidak apa-apa dimalahi, yang penting Papah pulang. " Dia memainkan jari jemarinya sambil menunduk.

Hal itu terdengar sederhana, namun bisa membuat Bi Asri terdiam mendengarnya. Dia kemudian menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak perlu lakukan itu tuan muda, nanti tuan muda akan jatuh. "

"Bagaimana, jika Bibi saja yang akan membuatkan roti untuk tuan muda, kita akan rayakan ulang tahun tuan muda nanti, Bibi akan melakukannya. "

Zidane kecil terdiam sebentar. "Yang lain?" Dia memiringkan kepalanya. "Bang An, Bang Li, Mamah—dan Papah?" Dia kembali menunduk.

Bi Asri tersenyum teduh. "Tuan muda tau kan kalo tuan besar di kantor?" Zidane mengangguk kecil. "Nyonya juga sedang ada di Butik. "

Zidane kecil kembali terdiam, bohong jika dia tidak merasakan sedih. Apalagi dia jika tidak mendapatkan ucapan ulang tahun dari orang tuanya. "Abang?"

"Kedua Abang tuan muda ada di kamar, nanti Bibi panggilkan untuk tuan muda, ya?"

"Hem!"

--

"Selamat ulang tahun tuan muda!"

"Selamat ulang tahun!"

"Selamat bertambah usia tuan muda!"

Banyaknya ucapan yang ditujukan pada anak itu, membuatnya tertawa gemas. Dia bertepuk tangan bahagia, sambil menatap kue sederhana di depannya.

"Selamat ulang tahun Adik Abang. " Laki-laki yang berada satu tahun diatas Zidane kecil nampak menepuk-nepuk pundaknya, dan beralih mengusap rambutnya. Dia adalah Feri, senyuman mengembang di bibir anak kecil itu dengan lebar.

"Makasih Abang!"

Lian—anak yang kini berusia 10 tahun tersenyum tipis menatap Adiknya. Dia berganti mengacak pelan rambut Zidane kecil yang kini menatapnya dengan gemas. "Selamat ulang tahun. "

"Makasih!"

"Ayo tuan muda, potong kuenya. " Salah satu maid bersuara, yang membuat anak laki-laki itu mengangguk. Namun sesaat setelahnya, dia tertegun sebentar, dengan lengkungan di bibirnya.

Transmigrasi Mantan Santri? [Otw terbit✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang