R E D U P ■ 07 ✔

1.5K 216 20
                                    

Jisoo hanya diam saat suara Sehun terdengar tengah mengomel di seberang sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisoo hanya diam saat suara Sehun terdengar tengah mengomel di seberang sana. Dia tidak bermaksud mengabaikan pesan ataupun telepon dari Yoona Eomma-nya. Tapi saat dia jatuh sakit, dia sama sekali tidak membuka handphone-nya. Dia juga baru tahu jika semua notofikasi panggilan tidak terjawab hampir keseluruhan adalah dari Yoona. 

Namun alih-alih menjelesakan semuanya pada Sehun, Jisoo lebih memilih untuk diam dan menerima segala ceramahan panjang dari kakaknya itu. Yoona tentu saja sangat mengkhawatirkannya. Nalurinya sebagai seorang ibu yang selama ini membesarkan Jisoo pasti tidak bisa di tampik begitu saja.

"Oppa bisa menutup teleponnya, agar aku juga bisa segera menghubungi Yoona Eomma. Jika Oppa terus mengomel, tentu saja ini tidak akan ada ujungnya."

Sehun tidak pernah berubah. Terkesan dingin dan irit berbicara, tapi akan sangat berbeda seratus delapan puluh derajat jika sudah berkaitan dengan Jisoo.

"Jisoo-yaa,"

Jisoo meremat handphone-nya saat mendengar suara Yoona. Hanya memanggil namanya namun suara itu rasanya benar-benar berhasil menyesakkan dadanya. 

"Sayang, kau baik-baik saja kan? Kenapa tidak menjawab panggilan dari Eomma sama sekali? Eomma sangat khawatir."

Jisoo kembali membuat Yoona menangis. Dia sangat tahu bagaimana beratnya Yoona yang harus melepaskannya untuk pulang sepenuhnya pada Haejin.

"Yoona Eomma, maaf... aku tidak bermaksud untuk mengabaikan panggilan dan pesan dari Eomma. Kemaren—"

Lisa kembali mendengar apa yang Jisoo katakan saat gadis itu melakukan panggilan telepon dengan orang yang sama. Seperti kemaren, Lisa lagi-lagi tidak sengaja memergokinya tengah berbohong. 

Jisoo seolah menutupi sesuatu. Selalu mengatakan jika dia baik-baik saja padahal sebaliknya.

"U-unnie?"

Lisa hanya tersenyum tipis saat Jisoo menatap padanya. Seolah tidak peduli akan keterkejutan Jisoo karena kedatangannya yang bahkan sejak tadi sudah berdiri diambang pintu kamarnya.

Lisa terus berjalan semakin mendekat dengan tangan yang sejak tadi membawa nampan berisi semangkuk bubur dan susu hangat yang sengaja dia buat untuk Jisoo.

Entah untuk keberapa kalinya Lisa menunjukkan perhatiannya pada Jisoo.

"Karena tanganmu masih sakit, maka aku yang akan menyuapimu, ayo, buka mulutmu."

Bukannya membuka mulut, Jisoo justru menelan ludahnya sendiri saat Lisa melakukan hal itu padanya. Jujur saja rasanya masih teramat canggung selain wajah dingin Lisa yang membuatnya sedikit takut. 

Tapi bagaimana pun tidak bisa Jisoo pungkiri jika hati kecilnya benar-benar bahagia saat mendapatkan perlakuan seperti ini dari kakak ketiganya. 

"Unnie, gomawoyo. Mianhae, beberapa hari ini aku sangat—"

R E D U P [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang