Chapter 19: "Aku yang bersifat selamanya"

22 7 0
                                    

Riana terus-terusan menggunting Tangkai-tangkai panjang pada bunga Tulip dengan perlahan-lahan, dengan lengan nya yang lemas bahkan tatapan nya juga memelas. Mengetahui bahwa bunga-bunga tersebut tergunting secara perlahan karena Riana tidak memperhatikan sama sekali apa aktivitas yang dilakukan tanganya. Riana terlamun dengan arah kepalanya yang lurus, terus menghela napas sekian dari beberapa detik. Tidak sadar dengan lamunan nya memakan waktu 20 menit untuk Riana menggunting berpuluh tangkai, Kondisi nya membuat para staf yang lainnya terus memperhatikan nya dengan cemas sembari kerja. Terkadang mereka menawarkan istirahat terdahulu, namun mereka tahu bahwa Riana tidak akan istirahat sebelum dia mendapat kabar baik dari kondisi Yenny.

Dengan perlahan tangan menyentuh pundak Riana yang sedang melamun, Tersentak Riana kaget dan tersadar dari lamunannya. Mengarahkan kepalanya ke arah belakang untuk mencari tahu siapa yang menyentuh pundaknya, menampakkan wajah jelas Jake yang telah di belakang memperhatikan nya dari tadi.

"J-Jake," Menyadari kehadiran Jake, Riana bergegas melepas gunting dan bunga tulip dari tangan nya untuk membereskan gaun yang ia kenakan hari ini agar terlihat lebih rapi untuk dilihat oleh seorang Jake. "Sejak kapan kau disini? Bagaimana keadaan Bibi Yenny?" Setelah gaunnya, Riana mengusap sedikit wajahnya yang kelihatan kusam dan berminyak itu, bahkan membalikkan badan nya agar bisa lebih leluasa berbicara kepada Jake setelah dia membereskan kekacauan dari penampilan nya.

Melihat tingkah Riana, Jake tersenyum dengan perlahan. Melihat Gadisnya rela merapikan sedikit kekacauan pada dirinya untuk menemui ku? alangkah gemas nya Wanita ini dimata Jake.

"Sepertinya bunga Tulip sudah habis dirayap olehmu." Jake menahan tawa gemasnya kepada Riana saking Jake merindukan hal ini walau hanya berselang beberapa hari Ia tidak punya waktu banyak untuk berkomunikasi dengan Riana. "yenny baik-baik saja, Dia sudah sadar."

"ah," Riana bernapas lega sambil mengelus dadanya dan sedikit membungkukkan badan nya, mempertandakan kelegaan nya. Riana merasakan nafas segar nya setelah beberapa saat dia selalu merasakan sesak sehingga kebiasaan buruk nya muncul, namun melihat Jake dihadapan nya dan memberitahunya bahwa Yenny baik-baik saja membuat Riana setidaknya sedikit lebih lega namun tidak terlalu lega karena bagaimanapun Yenny masih harus ditangani dalam Rumah sakit.

Riana mengarahkan kepalanya ke arah Jake mendapatkan Jake yang melihat meja dimana Riana tadi menggunting Tulip-tulip itu, Riana tak tersadar ikut mengalihkan perhatian nya ke arah meja itu saking canggung nya Ia dihadapan Jake. Namun tak selang lama dari kecanggungan nya, Ia tak sadar sebuah barang yang menjadi kebiasaan buruk nya masih terletak di atas meja. Jake melihat sebuah kotak-kotak kecil berisi Pil kapsul bulat bertuliskan lambang M, sesegera setelah Riana sadar, Riana menyambat benda tersebut dari Meja dan menyembunyikan Pil itu dalam selipan Rok Rendanya dengan genggaman kuat pada kotak kecil agar tidak ada cela dari masing jemari nya menutup kehadiran Benda tersebut.

Seketika jake menyadari benda itu, senyuman nya perlahan memudar dari wajahnya. Riana hanya bisa memaksakan senyuman nya dengan kepala sedikit menunduk.

Obat tidur.  Batin Jake.

Namun mereka berdua tidak menyadari dari samping bahwa Tiara sudah berdiri diam memahami percakapan mereka. Riana dan jake tersadar dan langsung memalingkan wajah masing-masing. Tiara mengalihkan pandangan nya ke arah tangan Riana yang meremas kotak itu sungguh kuat. Walau Riana berusaha keras menyembunyikan benda itu, Tiara sudah terlanjur tertarik dengan Benda itu.

"Permen memang membuat suasana tidak menegangkan ya, Kak Riana?" tanpa diketahui apa Obat itu, Tiara mengucapkan nya sambil tersenyum lebar untuk membuat Riana tidak terlalu cemas. Tiara pada masa kejayaan Ayahnya sama sekali tidak mengeluh kesakitan. Perry fold sungguh menjaga Tiara dengan sangat baik, Ketika Demam, Flu, Batuk. Tiara tidak perlu melakukan lebih. Ayahnya akan datang dan mengurusnya, Tiara tidak perlu memikirkan apa yang ia makan setiap hari. Dalam pikiran Tiara, Ayahnya peduli dan datang membawa peralatan sihir nya untuk menyembuhkan Tiara dari penyakit apapun itu. Jadi, masuk akal jika Tiara tidak mengetahui bahwa itu bukanlah Permen, Melainkan Obat tidur.

"Memang Tiara," Riana tidak berkata jujur kali ini, Ia tidak mau membuat Tiara lebih cemas. Namun ia tidak dapat membiarkan Jake berdiri menatap nya secara ironis. "Maka dari itu, Bagaimana jika kamu membantuku membawa beberapa Tulip segar yang belum diturunkan dari garasi?" Ucap Riana mengalihkan Tiara dari rasa penasarannya terhadap 'permen' itu.

"Baik!" Seru Tiara sambil pergi meninggalkan Riana dan Jake.

Riana menghela nafas sebelum ia kembali memulai bicara, Mungkin Jake tahu jelas apa yang Riana lakukan. 

Seketika Jake memegang tangan Riana yang memegang obat itu secara erat mengarahkan badan Riana agar Riana bisa terfokus pada Jake saja.

"Riana," dengan muka Jake yang memelas melihat tangan nya yang masih memegang obat itu secara erat. "Aku sungguh tidak tahu dirimu sepenuhnya ya?"  Jake menatap Riana dengan lekat dengan senyuman paksaan nya, Jake menahan rasa tangisnya.

"Apa maksudmu Jake?" Riana sangat linglung harus mengatakan bagaimana, Bagaimanapun memang ini kebiasaan yang Riana lakukan jauh sebelum Riana datang bertemu dengan Jake. Namun Riana tahu bahwa Jake akan sedih jika Ia baru mengetahui Kebiasan buruk Riana, Yang padahal Riana adalah figur dewasa bagi Jake. Apalagi jika Riana berjanji akan membuat Jake berubah pikiran dari masa percobaan bunuh dirinya. Bagaimana Jake melihat Riana menelan Obat itu sebagai kebiasaan nya membuat Riana merasa Ia telah mengkhianati Jake.

"Maaf, ini kebiasaan ku dari lama. Aku tak bermaksud meneruskan nya Jake, tapi kamu tahu- itu susah.."

Jake menggenggam telapak tangan Riana yang menekuk dan mengelus dengan erat agar tangan nya bisa meregang secara perlahan, sehingga obat itu nampak jelas dihadapan Jake.

Jake hanya menggenggam jemari Riana, Ia bahkan tidak berusaha untuk menyita benda itu.

Jake mengalihkan mata pandangnya dari telapak tangan ke arah mata Riana, Jake membutuhkan beberapa waktu untuk menatap Riana dalam diam. Jake berusaha berkomunikasi dalam diam agar Riana tahu bahwa Jake hanya ingin Riana menggunakan Jake sebagai obatnya. Perlahan ibu jari dan telunjuk Riana mengapit jemari Jake walau sedikit susah karena masih menggenggam Benda tersebut dalam telapak tangannya, Riana membalas tatapan Jake dengan mata memelasnya.

"Obat tidak bersifat selamanya, Aku yang bersifat selamanya."

Halo! balik lagi, ada yang kangen? Ini dengan Moderator mu loh, Madam! 

Lho? apakah aku berbohong? Ayolah merubah cerita yang sudah dibuat sang Master sangat sulit! Tapi lihatlah, tak semua kenangan sedih memperburuk suasana. Kadang itu membuat sebuah kenangan semakin lekat dan berarti.

Apa masih kurang? aku butuh kekuatan kalian untuk merubah cerita ini menjadi lebih menarik! atau sesuai harapan kalian. Aku akan menambahkan lebih banyak adegan untuk si pasangan romantis tersebut bahkan membuka banyak percakapan duo itu hanya untuk kalian, bagaimana?

Ini adalah permintaan terakhir ku untuk kalian membantuku. 

Coba ceritakan padaku, Bagaimana cerita ini bagi kalian? Berbicaralah, aku bisa mendengar kalian dari buku ini. 

...

Wow menarik, katakan padaku apa yang rela kalian lakukan demi Kisah ini?

...

Hm, Begitukah? Aku tak menyangkanya.

Baiklah Kita lanjutkan.

Dream Lake (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang