Chapter 16: "Kemarakan"

19 8 0
                                    

Tak selang lama, rapat pun akhirnya dimulai. Sebagai anak presiden, Moris membuka rapat dengan memberikan sambutan kecil yang diiringi lagu kebangsaan. Pada rapat kali ini, para petinggi negara berunding mengenai krisis ekonomi yang sedang melanda. "Shock" tersebut cukup merepotkan para pejabat dalam merancang kebijakan yang tepat karena bencana ini baru pertama kali terjadi setelah sekian lama sistem perekonomian klasik digunakan. Akibatnya, setelah 1 jam rapat dijalankan, tidak ada yang mampu memberikan usulan sama sekali.Keheningan yang ada selama rapat membuat Morris cukup naik pitam.

"Para petinggi yang terhormat, kalian telah menjabat kurang lebih sekitar 20 tahun, apakah tidak ada satupun di antara kalian yang mampu memberikan usulan pada rapat negara kali ini?" Ucap Moris dengan nada tinggi dan alis yang mengkerut.

Dalam situasi yang cukup tegang itu, Reit mengajukan diri di antara para senior yang ada, ia ingin menyuarakan gagasan yang terlintas di benaknya mengenai langkah kebijakan yang mungkin cocok untuk diterapkan..

"Aku ada saran Morris" Ucap reit sembari mengangkat tangan kanannya

Seketika pandangan tajam para hadirin tertuju ke satu titik yakni Reit.

"Ya Reit, silahkan jelaskan ide yang anda miliki. Mungkin di antara para senior, kau yang memiliki keinginan kuat untuk mewujudkan pemulihan ekonomi di era guncangan yang sedang terjadi" ujar Moris dengan lantang.

"Baik Moris, jadi seperti yang kita ta-"

*BLAM*

Terdengar suara gebrakan meja dari sisi sebelah kanan.

"Berhenti! rapat macam apa ini? kita sebagai para senior ingin mendengarkan ide yang konkret, ide yang masuk akal. Untuk apa memberikan kesempatan jamur kecil ini berguyon di ruang rapat yang sangat terhormat? kami para petinggi tidak menerimanya." Ucap Fabris dengan suara yang lantang.

Mendengar ucapan Fabris tersebut, Reit cukup tersulut emosi dan memberikan tanggapan diluar dugaan.

"Hei gendut, sebelumnya Moris sudah memberikan kesempatan kepada seluruh petinggi yang hadir namun tidak ada satupun yang mengajukan diri mereka, jika hal tersebut terus berlanjut rapat ini tidak akan menghasilkan apapun, bodoh" Jawab Reit dengan nada tinggi dengan secuil ejekan.

"Apa kau bilang? Gendut?!" hei kau anak bau kencur, kau tidak tahu siapa aku, hah? aku adalah-"

"Sudah, cukup" Potong Moris dengan raut wajah yang masam.

"Benar yang diucapkan Reit, saya sebelumnya sudah memberikan setiap orang kesempatan yang sama, namun apa boleh buat jika tidak ada yang menanggapi? mari kita beri kesempatan kepada Reit untuk berbicara. Jika ada yang tidak setuju, dipersilahkan untuk meninggalkan ruangan rapat" Tegas Moris sembari melihat secarik kertas yang ada di atas mejanya.

Akhirnya, rapatpun berlanjut dan Reit mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Hal yang tidak terduga pun terjadi, hampir seluruh petinggi yang masih memiliki sedikit jiwa keadilan cukup terkesima dengan ide yang dibawakan oleh Reit. Walaupun, hampir sebagian lainnya tidak setuju karena kemungkinan akan mengganggu bisnis mereka.

"Seperti yang kita tahu, hampir beberapa dekade kita menggunakan sistem perekonomian pasar, seluruh kendali perekonomian diserahkan kepada pasar, karena yang kita yakini adalah asas laissez faire."

"Sayangnya, ideologi tersebut sangat tidak relevan untuk digunakan sekarang karena hanya menekan para rakyat kecil yang tidak memiliki kekuatan dan semakin menguntungkan para pejabat yang memiliki kekuasaan. Dengan kata lain, kita menganut sistem kapitalisme di negara ini"

"Selain itu, di tengah krisis ekonomi sekarang, peningkatan produksi secara berkelanjutan seperti yang dikatakan oleh John Baptise justru akan menyebabkan bencana yang lebih dahsyat"

"Oleh karena itu, aku berinisiatif untuk memperluas intervensi pemerintah dalam mengatur perekonomian tak terkecuali perekonomian pasar" Ujar Reit dengan sedikit bangga.

Mendengar pernyataan tersebut, hampir seluruh hadirin tersulut emosi. Selain karena dianggap menghina pendahulu para ekonom klasik, dikhawatirkan bisnis mereka juga akan terancam. Fabris berupaya menentang dengan pandangannya mengenai ide yang Reit ungkapkan.

"Orang bodoh berteriak bodoh, lihatlah hadirin sekalian jika jamur kecil ini diberi kesempatan untuk bicara. Sejak kapan pemerintah mampu mengambil alih kendali pasar? Hahaha" Ucap Fabris sambil tertawa terbahak-bahak.

"Kita sudah menganut sistem tersebut berpuluh-puluh tahun, dan tidak ada satupun yang menentangya. Namun? lihatlah dirimu yang mencoba untuk mengacaukan sistem yang sudah berlaku. B-O-D-O-H" Ejek Fabris pada Reit sambil mengerutkan wajah.

"Gendut, kau masih membanggakan sistem kuno tersebut? dalam jangka pendek, harga bersifat rigit, sukar untuk berubah. Apabila produksi terus dilakukan, justru akan menyebabkan harga pasar semakin jatuh. Turunnya harga pasar menyebabkan pemecatan massal para pekerja. Apabila sistem kuno ini terus diterapkan, kita semua akan mati" Balas Reit dengan lantang.

"Sudah cukup Reit dan Fabris" Potong Moris sembari mengangkat tangan kanan dan menatap keduanya.

"Saya setuju dengan ide Reit, alih-alih menggunakan sistem yang sekiranya sudah tidak berfungsi, tidak ada salahnya jika mencoba hal baru yang cukup logis. Namun, jenis intervensi apa yang dapat pemerintah lakukan, Reit?" Tanya Moris pada Reit yang sedang sibuk dengan catatan pribadinya.

"Lihat"

*Reit menunjukkan secarik kertas yang berisi alur sirkulasi perekonomian.

"Pemerintah melakukan pemungutan pajak dengan proporsi yang cukup tinggi pada pengusaha besar dan meningkatkan pendapatan dari sektor usaha negara. Sebagian pendapatan tersebut akan disalurkan sebagai bantuan langsung bagi masyarakat yang terdampak. Akibatnya, konsumsi masyarakat akan meningkat dan menumbuhkan tingkat produksi tiap perusahaan. Dengan kata lain, kita akan melakukan pengalihan dari sisi supply ke sisi demand." Ucap Reit sembari bermain telunjuk di secarik kertas yang ia tunjukkan kepada para petinggi.

"Hmm, ide bagus! brilian! saya setuju, saya pikir argumen anda sangat masuk akal dan sederhana. Baiklah, dengan begitu saya tutup rap-"

"Tunggu Moris" Fabris memotong ucapan Moris yang hendak menutup rapat.

"saya tidak setuju, apa anda serius menggunakan ide bodoh tersebut?" Tanya Fabris sembari berdiri di hadapan para hadirin.

"Ide bodoh? saya pikir para senior disini jauh lebih bodoh dan tidak beretika karena tidak memiliki kapasitas untuk memberikan usulan kebijakan" Balas Moris sembari meminta fabris untuk tetap duduk tenang di kursinya.

Akibat ucapan Moris, para petinggi khususnya Fabris langsung terdiam dan menundukkan wajah mereka untuk menyembunyikan rasa malu karena kalah berargumen dengan Reit.

Setelah perdebatan panjang Reit tersenyum puas dengan rapat barusan.

Reit berdiri dari kursinya mengambil segelas Wine yang ia belum teguk selang rapat tadi, Mengarahkan Wine itu tepat ke arah Fabris. Dia membalas tindakan Fabris di awal dengan menyanjung kembali menggunakan Wine tersebut sambil tersenyum tipis. Namun ia tidak meminumnya karena Reit merasa semua Wine yang ada di gelas nya adalah Wine yang dibeli oleh Fabris, Diartikan sebagai darah - darah keluarga Yold yang telah jatuh di tangannya.

Kebetulan merupakan Wine merah.

Reit menaruh kembali gelas itu di meja yang dikhususkan untuk seorang Reit sendiri untuk duduk, meninggalkan meja lalu menyaut Dayel yang telah menunggu nya di belakang untuk menyuruhnya menyiapkan mobil. Melihat hasil rapat dan tindakan Reit barusan, Fabris merasa geram. Fabris memanggil Bodyguard dalam duduknya dan membisikkan "Awasi Reit."

Dream Lake (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang