Seketika Riana mendapat kabar dari suster yang barusan ditelpon dari Reit, Ia bergegas ke bawah. Riana sangat panik dengan keadaan Jake dan Tiara, yang padahal baru Ia tinggal selang beberapa menit. Bagaimana ini bisa terjadi?
Saat di lobi berdekatan dengan IGD, Riana melihat Jake meletakkan Tiara yang penuh dengan darah diatas ranjang agar dibawa ke dalam unit IGD. Riana langsung shock melihat itu, badan nya spontan berlari ke arah Tiara.
"Oh, Tidak. OH, TIDAK. TIARA!"
Riana lari dengan penuh tangis, Jake yang tersadar dengan teriakan Riana langsung menghalangi Riana untuk mendekati Tiara yang akan dibawa ke IGD. Jake langsung memegang kedua pundak Riana dan menenangkan nya.
"Jake apa yang terjadi- APA YANG TERJADI PADA RIANA" Emosi yang lepas dari Riana dan Depresi nya yang muncul kembali, Ia barusan kehilangan Yenny dan sekarang ia tidak mau kehilangan Tiara. "Jake, oh tidak-"
"Tenang Riana, tenang. Sekarang aku mau kamu pulang ke rumah kita yang baru, tenangkan dirimu dan buka kado pemberian Tiara." Ucap jake menenangkan nya.
"BAGAIMANA BISA AKU MELAKUKAN HAL ITU DISAAT SEPERTI INI JAKE??" Bentak Riana.
"Itu pesan terakhirnya" Dalam suara rintih Jake berusaha untuk berbicara.
"Apa?-" Riana merasa kebingungan dengan perkataan nya.
"Itu yang Tiara inginkan, dia ingin kamu buka kado pemberian nya. Dia ingin kau tidak memikirkan hal ini, Tiara bilang bahwa jika kamu melakukan nya sebelum hari berganti. Itu akan menjadi hal paling bahagia buat Tiara jadi kumohon, Riana. Kumohon pulanglah." Jake memohon Riana dengan mukanya yang menahan tangis. "Biarkan aku yang mengurus Tiara, kali ini terimakasih sudah mengurus Yenny."
Perasaan aneh itu langsung mengelilingi atmosfer dalam pikiran Riana, dengan hal yang dilakukan barusan Oleh Jake. Riana termenung dalam taksi, Ia hanya bisa melihat arah luar jendela kaca mobil. Tidak ada secercah harapan pada dirinya. Bahkan tidak mengharapkan apa-apa, hanya menunggu dirinya sampai dirumah itu dan merayakan ulang tahunya dalam kekacauan?
Selepas Ia sampai pada Rumah baru, Ia turun dari taksi itu melihat rumah baru itu dalam tatapan kosong.
Apa yang aku lakukan coba? Batinnya.
Ia memasuki rumah itu dengan lesu, ia melihat sebuah kotak kue besar diatas meja dapur. Dalam gelapnya malam itu dicampur dengan suasana hujan petir, hanya secercah cahaya yang masuk dalam rumah itu. Riana mengabaikan kado yang ada di atas itu, ia menuju ke arah wastafel dan mengambil pisau dari tempat itu dan mengarahkannya ke arah lehernya.
"BAGAIMANA SEKARANG TUHAN? APAKAH KAMU PUAS??" Teriak Riana.
"BAGAIMANA KAMU DAPAT MENOLONGKU DALAM SITUASI INI?? JIKA AKU MEMOHONMU UNTUK MENGURANGI RASA SAKIT APAKAH KAMU BISA??" Seketika Riana merasa tubuhnya kosong dan tidak bisa merasakan apa-apa, Riana berspekulasi bahwa karena ia tidak bisa merasakan apa-apa maka Tuhan mengizinkan dirinya untuk melakukan.
ah, perasaan ini lagi, JADI KAU MENGIZINKAN KU?? BUKANKAH KAMU SUDAH MELAKUKAN INI TERHADAPKU SEBELUMNYA? MENGAPA KAMU SELALU MEMBIARKAN KU MELAKUKAN NYA?? KAMU TIDAK MENYAYANGIKU?? KAMU BERUSAHA MEMBANTUKU MELAKUKAN HAL INI?" Riana semakin bertekad untuk menusuk lehernya dengan pisau, namun saat Ia hendak menusuknya Ia terhenti. Ia mengerti.
Tuhan tidak bermaksud mengizinkan nya, bahkan disaat sebelumnya. Tuhan memberinya penenang agar Ia tidak dapat menderita sementara waktu, dimana ia tidak merasakan kaki nya yang terpijak dalam dunia ini. Tuhan memberi waktu agar kita tidak merasakan hal tentang apa yang di dunia ini, agar kita tidak melakukan hal menyakitkan.
'Pikirkan terlebih dahulu' kira-kira seperti itu gambarannya.
Riana jatuh tersungkur bersama pisaunya, ia tersedu-sedu dalam tangisnya. Ia akhirnya mengerti, bahwa Tuhan selalu ada bersamanya dan terus menjawab doanya. Terasa sakit dadanya, hingga napas dapat mencekiknya. Riana tersadar dia sudah kembali memijak dunia nyata, Ia sudah berada pada posisi yang lebih baik. Riana melihat ke arah meja makan itu, kotak kue yang sudah menunggunya. Suara gemuruh dan sinar petir memenuhi ruangan itu, Riana berdiri secara perlahan dan mendekati kotak kue itu.
Ia membuka kotak kue itu secara perlahan, secara perlahan wajahnya berubah menjadi shock.
"AHHHHHHHH!" Riana berteriak dan tangisnya semakin kencang, ia menjatuhkan tutup kotak itu. Berbarengan dengan Jake yang baru tiba dirumah itu, Jake terkejut dengan teriakan Riana bahkan dengan keadaan Riana yang penuh dengan tangisan.
"Riana."
Jake langsung memeluk Riana dengan erat, bahkan dengan teriakan Riana yang memusingkan telinganya.
Disaat malam itu, hanya ada gemuruh, petir, dan tangisan. Sebuah penutup yang meriah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Lake (COMPLETED)
Storie d'amoreDi tengah keramaian kota, bisingnya ledakan kemeriahan kembang api, dan sorak setiap orang dalam menyambut tahun baru, masih belum cukup untuk menggerakan hati seorang remaja pria bernama Jake yang sedang meratapi bengisnya kehidupan yang ia jalani...