Chapter 21: "Berlindung dalam Hujan"

20 7 0
                                    

Kalian tak sabar? Bagaimana kalau Madam membantu kalian untuk langsung ke esok hari?

Di esok hari, Alun-alun yang tidak terlalu ramai. Jake dan Riana berjalan mengarah pintu utama Alun, selepas mereka melihat tampak Alun-alun kota tersebut, Riana tampak shock dengan keindahan itu. Ia tak berhenti memuji setiap elok-elok Alun itu, Ia juga tak berhenti tersenyum melihat tempat yang ia kunjungi dengan Jake.

Hal pertama yang mereka kunjungi selepas sampai di daerah tersebut, mereka mengarah tempat Masyarakat berdagang di sepanjang jalanan. Mencoba beberapa Topi musim pana yang tertera, Walau sedang dalam musim hujan. Pedagang topi itu memuji kecantikan Riana dengan topi itu, bahkan pedagang lain memuji bagaimana ceria nya gadis itu sehingga mereka menyebutnya Riana adalah gadis hangat yang layak disukai. Mereka mengakui Jake sungguh beruntung memilikinya, walau hubungan Riana dan Jake masih tidak sangat jelas. Namun mendengar itu, Jake cukup senang. Riana sangat mudah untuk berbicara dengan beberapa pedagang, kehangatan yang dapat dirasakan oleh semua orang. Keramahan pada dirinya yang membuat Jake sungguh menghargainya. Kehangatan yang tak menyadarkan betapa pegalnya untuk tersenyum seharian melihat gadis pujaan nya tersenyum dan tertawa.

Tak sedikit orang juga memuji bagaimana serasi nya Jake dengan Tiara di daerah itu. Sebuah kota hangat, banyak Turis mengakuinya. Walau dalam musim hujannya, itu masih terasa hangat dalam kota itu. Betapa cocoknya Riana dalam keadaan itu, menyadarkan Jake bahwa Ia tidak bisa lagi melihat kota ini tanpa bayangan Riana dalam kepalanya.

Jake terus mengeluarkan duitnya untuk Riana agar dapat mencicipi betapa enaknya makanan yang terjual dalam daerah itu, Jake tidak peduli seberapa bosan lidahnya sudah mencicipi makanan itu beberapa kali. Ketika Riana baru mencobanya, Bagi dia, itu juga akan terasa baru kembali. Seberapa bosannya Jake melihat Alun-alun kota itu hampir setiap hari karena melewati perjalanan ke tempat magangnya, akan terasa baru dan sangat berbeda ketika Ia pertama kali bersama Riana. Jake tidak perlu lagi mengeluh betapa ramainya dan seberapa macet setiap Ia pulang kerja melalui daerah itu nantinya. Tersimpan dalam memorinya, daerah itu melekat dengan Riana.

"Riana, sudah hampir seharian kita bermain disini." Ucap Jake.

"Woah, aku tidak menyangkanya! Daerah ini sungguh luas Jake. Aku sungguh puas!" Senyum Riana tak terbendung dan masih sibuk melihat sekitar.

"Kamu belum capek kan?" Jake mendekatkan kepalanya ke Riana agar Riana fokus padanya.

"Belum! ada tempat lain lagi??" Riana menoleh ke arah Jake, masih dengan senyumannya yang tak terbendung. Ia mengharapkan tempat lain untuk menambah waktunya bersama Jake.

Jake tersenyum manis, Ia sungguh senang Riana tidak merasakan capek setelah hampir seharian berpetualang dalam kota ini. Terlebih, Riana justru ingin menambah waktu bersamanya.

"Ada." Jake lanjut berjalan untuk menambahkan waktunya di kota itu.

Riana mengikuti Jake sambil berjingkrak dan girang karena Jake menyetujuinya untuk menambahkan waktunya dan juga tempat lain yang mungkin belum mereka jelajahi.

"Sudah hampir sore hari, akan bagus jika kita mengelilingi Alun-alun terdalam sambil menikmati matahari terbenam." Jake mengulurkan tangannya, menunggu Riana membalas tindakannya dengan memegang tangan nya. Riana sedikit malu untuk memegang tangan Jake, tidak pernah terpikir untuknya lebih dekat dengan Jake. Bahkan menyentuh tubuh Jake. Namun hatinya ingin, rasa ingin memiliki yang membuat Riana ingin merasakan nya bagaimana rasa memegang tangan pria itu? Apakah rasanya akan berbeda? Riana memegang tangan Jake dengan ragu. Jake tersenyum melihat tangan nya digenggam oleh Riana. "Bagian terbagus dari kota ini adalah.." Jake menarik tangan Riana lalu mulai berlari kecil menuju tempat terakhir yang ingin dituju mereka di tempat itu. Riana sedikit kaget dengan tarikan Jake, namun Riana menikmatinya. "Adalah melihat kota ini dalam terbenamnya, bahkan Malam hari."

Mereka mulai berlari sekitar Alun-alun itu dalam keadaan yang semakin gelap, Jake seketika memperlambat langkah nya. 

Apakah aku salah memperhitungkan jam yang pas? kenapa begitu cepat gelap.

Seketika rintik hujan muncul secara perlahan, Daerah sekitar semakin gelap tertutupi oleh mendungnya. Sekarang Jake benar-benar menghentikan langkahnya dengan muka kebingungan, Ia menatap langit-langit dengan muka kecewanya. Riana ikut berhenti melihat Jake seketika terdiam dengan perubahan cuaca yang drastis, Warga-warga sekitar sudah berjalan dengan cepat mencari tempat untuk mereka teduhi. Jake langsung menundukkan kepalanya, Riana melihat tindakkan nya kali ini. Riana tahu Jake kecewa dengan keadaan cuaca ini, tidak bisa menunjukkan keindahan yang ingin sekali Jake tunjukkan kepada Riana.

"Sepertinya tidak hari ini, Riana. Maaf." Semakin deras rintik itu berganti menjadi Hujan, Jake menutup senyum memaksa nya dalam Hujan yang semakin deras itu. Riana menatap Jake dengan muka sedih, Ia tahu benar momen inilah sebenarnya yang ingin Jake tunjukkan dan menjadi alasan utama Jake mengajak Riana untuk menghabiskan waktunya.

Jake mulai sedikit meregangkan pegangan pada tangan nya. "Ayo kita cari tempat berteduh sebelum hujan semakin deras."

"Tunggu." Kali ini Riana memegang tangan Jake semakin erat, Riana menolak ajakan Jake untuk berteduh. "Hujan tak masalah, tidak akan membuat penampilan Alun-alun terlihat buruk." Riana menarik tangan Jake dengan perlahan dan membawanya ke arah dimana sederet Sepeda Alun-alun kota terparkir. Riana melepas pegangan tangan tersebut untuk membuka rantai-rantai yang melilit pada Sepeda-sepeda itu, Jake terdiam melihat kegigihan yang Riana lakukan. Riana melihat ke arah Jake yang masih terdiam, dalam Hujan yang telah membasahi kuyup mereka berdua. Riana masih menolak untuk berteduh. "Naiklah Sepeda bersamaku, Aku yakin kita bisa menikmati lebih dalam keadaan ini." Riana tersenyum kepada Jake untuk memastikan bahwa Ia benar-benar serius dengan hal ini.

Tanpa menunggu lama, Jake ikut mengambil Sepeda. Ia melupakan kekecewaan nya begitu cepat, Gerakan hatinya begitu nurut kepada suara manis Riana. Dengan sepeda masing-masing, mereka mulai mengayuh pelan dalam Hujan yang lebat. Jake memperhatikan Riana dari belakang, Jake sedikit memperlambat kayuhan nya untuk memperhatikan Riana diam-diam. Riana tampak senang menikmati hujan itu, Lampu-lampu kota yang mulai menyala satu persatu mengikuti kayuhan Sepeda Jake dan Riana.

"TAHUKAH JAKE! HAL YANG HARUS DIKETAHUI OLEH ORANG KOTA, ADALAH MENIKMATI HUJAN!" Teriak Riana dengan puas, Teriakan itu mampu membendung suara Hujan.

Jake mendengar jelas teriakan itu, lalu tersenyum. "Benar." Bisiknya. 

Jake mempercepat kayuhan nya, untuk menyeimbangkan dirinya disebelah Riana. Sekali lagi, Jake mengulurkan tangan nya ke arah Riana dengan yakin. Riana kaget dan terdiam melihat Jake mengulurkan tangannya, Ia melihat lekat ekspresi Jake yang tersenyum ke arahnya. Riana ikut tersenyum, Ia meraih tangan Jake dan menyelipkan jemari kecilnya dalam jemari panjang Jake. Seperti menggunakan Koneksi, Jemari mereka merapat berbarengan.

Mereka berkayuh sepeda dalam satu tangan pada setir, satu tangan pada pegangan erat. Pada Hujan lebat dengan Senyuman tak terbendung.

Menikmati Sore yang seperti malam, Benar kata Riana.

Hujan tak mengalahkan keindahan mutlak pada daerah itu, Mungkin karena tetap ada Riana disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan tak mengalahkan keindahan mutlak pada daerah itu, Mungkin karena tetap ada Riana disampingnya.

Seorang Pria bertubuh kekar berjalan melewati lorong gedung, disaat itu cuaca masih terlihat Hujan dalam gedung itu. Pria kekar itu nampak menggunakan jas rapi dengan kacamata hitam, berjalan dengan sangat percaya diri dalam gelapnya lorong itu. Berhenti tepat di depan pintu, Pria itu mengetuk pintu tersebut.

"Masuk." Ucap seseorang dibalik pintu itu.

Pria itu membuka pintu secara perlahan agar tak terdengar, walau petir nya sangat menyambat daerah kota itu. 

"Tuan Fabris." Ucap pria itu.

Dream Lake (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang