Chapter 11: "Waktu yang katanya tidak banyak"

16 9 0
                                    

Riana berjalan kembali untuk membentuk beberapa balon bunga mentari yang pantas untuk di dekorasi kan menjadi pajangan yang pas untuk pernikahan anak Reit. tidak terasa memang berbulan- bulan memakan waktu hidupnya yang sebelumnya Dia tidak tahu akan kemana hidupnya namun setelah Bertemu dengan Jake apalagi dengan cara yang mungkin terbilang berbeda, bahkan yang semula hampir tidak mengerti bagaimana bisa bunga menjadi penglihatannya sehari hari selain melihat Jake.  dari dasar Dia membuat bunga,  menyusunnya yang berapa kali diajarkan oleh Yenny hingga Dia dapat melakukan nya sendri bahkan merancang dengan idenya sendiri. 

Dia mengambil beberapa bunga tangkap daisy serta bunga kembang sepatu, lalu mengambil gunting dan memotong beberapa daun yang masih menyangkut dalam tangkai setiap bunga yang ia ambil sebelumnya. 

Riana mencermati setiap inci tangkai yang dapat Dipotong juga agar pas untuk dimasukkan ke dalam pot Bulat. setelah Dia memotong satu persatu Dia berhenti dalam langkah berikutnya lalu mengangkat kepalanya untuk melihat sekelilingnya, orang yang pertama ia cermat adalah tentu,  Jake.

Jake fokus untuk memindahkan bunga- bunga asli yang segar dari tanah lalu memotong akar  akar tanah untuk dipindahkan ke dalam pot berisi air. Riana tak bisa memalingkan pandangannya lupa dengan tujuan bahwa Dia benar benar ingin melihat yang lainnya bekerja. 

namun tidak selang lama juga Riana memandang kan arah kepalanya jauh dari letak Jake berada,  tepat pada Tiara yang sedang berbolak balik membawa beberapa tangkai bunga agar staf yang ikut membantu juga dapat memilah bunga yang bagus apalagi direkomendasi langsung oleh pemilih bunga terbaik katanya yang tak lain tiara itu sendiri. 

lalu setelah Riana berfokus kepada Tiara tiba tiba suara memasuki kuping telinganya. 

*uhuk-uhuk

suara itu sontak mengalihkan pandangan Riana dari Tiara kepada Pemilik suara batuk itu, Yenny. 

melihat sebuah pandangan yang membuat Riana khawatir dengan kesehatan Yenny yang sudah berumur lansia membuatnya berfokus lebih pada Yenny. 

Yenny mengangkat beberapa bunga namun tak kuasa menahan batuk juga nafasnya yang ngos-ngosan membuatnya Yenny berhenti sejenak melepas beberapa bunga dari genggaman nya. 

Riana sigap menghampiri Yenny mengambil kursi plastik dan menuntun Yenny untuk segera duduk. 

“duduklah bibi, anda sudah tidak dimasa kuat anda.” ucap Riana. 

tanpa sepatah kata pun Yenny nurut kepada Riana lalu perlahan untuk duduk dan meminum teh hangat yang sudah disiapkan staf lain untuknya. Riana bergegas untuk membereskan beberapa bunga yang telah dipilah Yenny barusan untuk segera dirapikan. seketika muncul suara Reit yang menggemuruh seisi ruangan menyapa para staff staff yang bekerja.

mendengar suara Reit,  Riana berhenti sekejap dari beberapa bunga yang baru dia pilih setelah itu memilih untuk meninggalkan bunga nya sejenak untuk berbicara para Reit. 

“tunggu disini Bibi, aku akan kembali membantu.” senyum Riana kepada Yenny memegang tangan Yenny yang sudah setengah keriput sesuai dengan penuaan nya. 

seketika Riana bergegas berlari kecil menuju Reit. sementara itu Yenny melihat ke arah Riana yang sedang berlari kecil sambil mengelus tangan nya yang telah disentuh oleh Riana barusan. lalu Yenny mengalihkan pandangan nya ke arah tangan nya yang begitu keriput itu, menyadarkan bahwa dia sudah di penghujung umur nya. 

melihat tangan nya sendiri Yenny membengiskan wajahnya karena tahu bahwa dia memang sudah jauh Tua untuk hidup sebagai manusia di dalam hidupnya.

kembali melihat kepada Riana dengan wajah bengis nya yang tak kuasa menahan sedih karena apa yang dia pikirkan bahwa sekarang dia berpikir dia sudah cukup besar untuk membesarkan Riana sebagai anaknya dan merasa bahwa masa nya berlalu begitu cepat. 

tanpa ada pikiran bahwa Riana bukanlah anak kandungnya dan tak merawat nya sedari kecil, apa yang ada di pikiran Yenny adalah dia sudah tua dan anak-anaknya sudah cukup dewasa.

“sir Reit, maaf mengganggu waktu anda.” Riana mendekati Reit dengan penuh keyakinan yang padahal dia dalam kondisi takut terlalu lancang berbicara dengan seorang walikota. 

seketika Reit yang sadar bahwa Riana menghampirinya membuatnya terfokus pada Riana. 

“Riana nak. tidak mengganggu. silahkan nakku.”Reit tersenyum tipis mengetahui dalam sosok pikiran nya bahwa ini pertama kalinya dia berbicara 2 mata dengan Riana membuatnya penasaran seberapa menarik sang Gadis yang membuat Jake dua kali melempar wajahnya dibanding menatap beliau saat pertemuan pertama. 

“a-aku, aku hanya takut.” Riana menelan ludahnya dan memegan erat kedua tangan nya dan terkunci rapat dengan jemari jemarinya membuat pertanda betapa takut dan ragunya dia berbicara dengan yang dia pandang orang hebat. 

“Aku takut ini akan berlangsung lebih lama.” lalu Riana memakan beberapa detik waktu untuk diam dan melanjutkan omongan nya. 

“Bibi Yenny kondisinya tidak sehat sesuai dengan umurnya-” 

“saya tahu Riana,  kamu tak perlu khawatir. jika ini berlangsung lebih lama aku tak yakin karena aku Yakin semakin para Staf tambahan yang ku kirim semakin ingin membantu jadi tenang aja.” ucap Reit sambil memegang pundak Riana yang menegan.

Riana mengalihkan pandangan nya ke bawah dan menelan ludah sekali lagi tapi itu membuatnya lebih lega dengan ucapan Reit.

“jika boleh aku akan menanyakan Yenny dengan kondisi nya aku tahu kenal dokter salah satu teman ku.” tak selang lama Reit bilang itu kepada Riana,  Reit mencuri pandangan kepada Jake yang mengintip Reit dan Riana berbicara membuat Reit tersenyum konyol. 

Jake menggunting perlahan beberapa bunga sambil sedikit melirik kearah Riana untuk mengetahui apa yang terjadi yang membuat Riana sedikit berani berbicara dengan Walikota seorang. 

“aku akan mengirim beberapa staff untuk mengecek keadaan Yenny dan memberi nya istirahat, aku rasa kamu lebih baik membantu Pangeran penasaran disana.” Reit melemparkan senyuman pada Riana dan mengarahkan pandangan kepada Jake sebagai kunci jawaban siapa pangeran penasaran yang dia maksud. 

Riana mengalihkan pandangan nya mengikuti arah pandangan Reit yang menuju ke arah Jake.  seketika itu membuat Riana sedikit merinding dan sensitif untuk mengetahui semua hal yang menuju ke arah Jake.  itu jelas membuatnya dia sering mempunyai perasaan aneh namun juga membuatnya candu, apapun yang berkaitan dengan Jake membuatnya jatuh seperti memakai obat atau vitamin yang membuatnya melonjak naik adrenalin nya. 

melihat Jake dalam keadaan menatap mereka menyadari Jake yang sudah ketahuan mencuri pandang pada Reit dan Riana membuatnya tidak berhenti menatap nya. 

Jake justru mengeluarkan wajah tenangnya pada Riana seperti sebuah kode bahwa dia bisa membawa ketenangan bagi Riana yang sedang panik. tidak sama sekali memandang Reit, justru mematung pada Riana seorang seolah membuat lingkaran hangat agar Riana dapat menghampirinya untuk berbagi cerita yang baru dibicarakan nya pada Reit. 

seketika Riana tersenyum ke arah Jake secara diam dan tidak tersadar, membuat Reit memalingkan wajahnya kepada Riana kembali lalu melihat kembali ke arah Jake yang sudah memberi senyuman balik pada Riana. 

“gih.” ucap Reit dengan senyuman dalamnya setelah melihat kejadian yang muncul di depan matanya. 

Riana sontak melihat kearah Reit setelah suara Reit muncul dalam kebingungan nya dan setelah suara itu Riana tak sadar menggerakan badan nya spontan meninggalkan Reit perlahan dan berjalan menuju ke arah Jake. 

   

Dream Lake (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang