Bab 1 Calon Suami

421 35 3
                                    

Bismillah,

"Hai, Ras!"

Begitu memasuki kafe, Rasi langsung tertegun. Melihat Miranda melambai-lambaikan tangan dan mengedipkan mata, dia meneguk ludah. Tenggorokannya mendadak kering. Apalagi ketika Miranda mengerling lelaki yang duduk di depannya. Lutut Rasi rasanya gemetar dan jantungnya berdebar lebih cepat.

Ngapain dia juga di sini?

Akhirnya Rasi bisa melangkah walaupun tertatih. Semakin mendekati meja tempat dua sahabatnya dan lelaki itu, semakin dadanya bergemuruh.

Aku kudu gimana, nih? Ngomong apa? Hai, Mas Ryu. Apa kabar? Ah, basi.

Begitu meja itu tinggal beberapa meter, Rasi mengembangkan senyum. Mengabaikan kalau bibirnya gemetar dan terasa kaku. "Hai, Mir," sapanya.

"Miranda aja, nih yang disapa?" Teno mencebik. "Aku invisible ya, Ras? Nih ada Ryu juga." Teno mengarahkan pandangan dengan malas pada lelaki berambut lurus itu.

"Hai, Teno." Rasi menjulurkan lidah, lalu memutar lehernya dan menatap Ryu yang juga sedang menatapnya. "Hai ... Mas."

Dalam hati menyemburkan rentetan kalimat merutuk diri sendiri karena tingkahnya yang konyol. Ryu pasti bisa melihat dengan jelas kalau dia gugup.

Ryu mengangkat satu tangannya untuk membalas sapaan Rasi. "Apa kabar? Mau duduk di sini?" katanya sambil menarik kursi yang tepat berada di sampingnya.

"Iya, Ras. Kamu di situ aja, deket Ryu," komentar Miranda dengan senyum geli yang ditutupi.

"Silakan Tuan Putri." Teno ikut-ikutan menggoda Rasi.

Sementara gadis bertunik biru muda itu menyentuh keningnya sekilas sebelum menghenyakkan tubuhnya perlahan. Dengan badan masih gemetaran Rasi membetulkan posisi kursinya. Sedikit bergeser supaya tidak terlalu dekat dengan Ryuu.

Sungguh, kakak tingkatnya di universitas ini membuat debaran jantungnya kacau balau.

"Kamu masih suka teh bunga krisan, kan, Ras?"

"Eh, gimana?" Rasi melongo. Tidak menyangka Ryuu yang dipujanya sejak lama mengetahui teh kesukaannya.

"Teh krisan, kan? Atau sudah ganti selera?" tambah Ryu sedikit gugup.

"Oh, nggak, nggak. Aku masih suka teh krisan, kok."

"Oke, aku pesankan itu ya. Sama carrot cake aja gimana? Di sini nggak ada lemper soalnya."

Wow, wow. Itu tadi apaan?! Jadi Mas Ryu selama ini hafal dengan kesukaanku?! Seriously?

Rasi tidak sadar kalau matanya membola. Hari ini penuh kejutan terlepas dari sinyal-sinyal yang dikirimkan Ryu selama satu bulan terakhir ini. Dia tidak bodoh untuk mengerti kalau Ryuu menunjukkan tanda-tanda suka. Tapi tidak menyangka lelaki itu begitu dalam mengenalnya sampai tahu teh dan kue kesukaannya.

"Rasi! Hellow dengan Ibu Rasi Wirastri," panggil Miranda dengan gaya lebay. "Jadi anda mau pesan apa? Kami di sini sudah laper ya."

"Eh, iya, iya. Teh sama carrot cake boleh, kok. Makasih, Mas." Rasi menyentuh keningnya lagi, lalu menunduk menyembunyikan ekspresi apa pun yang akan menunjukkan kalau dia grogi berat.

Kafe berdesain minimalis yang dekat dengan pusat kota itu menjadi tempat yang luar biasa menyenangkan siang ini. Setidaknya itu yang dirasakan Rasi. Tidak seperti biasanya, Rasi betah berlama-lama. Padahal selama ini dia membatasi jam kongkow-kongkow karena menurutnya kalau terlalu lama bisa tidak produktif. Sebagai seorang Virgo sekaligus melankolis dia sering suka membuat rencana yang rapi. Dan akan senang bukan main kalau semua berjalan sesuai rencana.

The Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang