Bab 14. Di Mana-Mana Ada Bintang

24 5 0
                                    

Bismillah,

Dengan mata mengerjap-ngerjap Bingung, Rasi berdiri kaku. Tangannya yang memegang kotak cake sedikit pegal, karena ada dua kotak yang dibawanya. Teringat Mama yang tadi tersenyum-senyum ketika dia pamit mengantar kue, Rasi berusaha meletakkan kepingan-kepingan petunjuk supaya bisa menjawab pertanyaannya sendiri.

"Duduk, Ras." Perempuan berjilbab warna mocca itu tersenyum ramah, mengambil tumpukan kotak di tangan Rasi dan menyerahkannya pada gadis berseragam di sampingnya. "Aku sudah dengar testimoni dari beberapa temanku, katanya cake buatan kamu tuh unik. Desainnya cantik dan rasanya juga enak banget. Makanya aku penasaran. Pas aku lagi liat-liat Instagram TeRa Cake, ada Bintang. Dia malah promosiin TeRa Cake."

"Eh, Iya, Mbak," gagap Rasi masih bingung.

"Oh, iya. Aku Astrid." Perempuan itu mengulurkan tangan.

Masih setengah linglung Rasi membalas uluran tangan Astrid. Dia masih bertanya-tanya apa hubungan Astrid dengan Bintang. Sempat ciut mengingat deretan perempuan yang selalu berdiri di belakang, samping dan di semua sisi Bintang. Dia khawatir perempuan ini adalah istri sahnya Bintang.

Masak iya ini istrinya Bintang? Kalau Bintang punya istri kenapa dulu Mama nerima perjodohan Tante Febri? Atau ini Kakaknya Bintang? Bintang punya Kakak enggak, sih?!

Selama sibuk dengan pemikirannya, Rasi tidak menyadari kalau sekarang sudah duduk di hadapan sekumpulan anak-anak yang sedang bernyanyi dipimpin seorang gadis berseragam. Gadis yang berbeda dengan yang tadi membantu Astrid membawa kotak kue.

Dia berada di tempat ini karena mengantar pesanan cake. Biasanya pesanan diambil klien atau diantar kurir, sesuai keinginan klien. Kali ini kurir yang biasa mengantar pesanan sedang bertugas semua, sedangkan cake yang dipesan Astrid harus sampai di tempat satu jam lagi. Jadilah Rasi berangkat sendiri dengan taksi online. Dia tidak berani mengirimkan cake ini hanya dengan taksi online karena khawatir rusak. Dua orang kurirnya sudah biasa mengantar cake buatan Rasi, sehingga punya tempat khusus dan cara sendiri untuk menjaga cake tetap aman sampai tujuan.

Namun begitu sampai di tempat yang ternyata Day Care ini, dia malah mendapat kejutan. Bintang membukakan pintu lalu menghilang karena seorang anak laki-laki menarik paksa tangannya. Lalu Astrid datang dan berbicara ini itu sebelum kabut di kepala Rasi hilang sepenuhnya.

"Maaf, Mbak. Mbak Astrid ini ... eng, siapanya Bintang?" Akhirnya pertanyaan yang bercokol di kepalanya tercetus juga. Walaupun Rasi ketakutan menunggu jawaban.

Tawa lembut Astri pecah. "Aku istrinya Mas Aksa."

Aksa? Siapa lagi itu?

Rasi tanpa sadar menyentuh kening.

"Kamu enggak kenal Mas Aksa?" tanya Astrid heran. "Mas Aksa itu Kakak sulungnya Bintang."

Ya ampun, aku bodo banget, sih?! Kenapa enggak pernah penasaran dengan silsilah keluarga Bintang. Mungkin si Aksa ini juga pernah datang pas lamaran. Ralat, perkenalan keluarga. Tapi aku enggak perhatian. Ampun deh, Ras!

"Oh iya, iya. Kakaknya Bintang. Saya ... lupa." Rasi nyengir dengan konyolnya. Dalam hati mencaci maki ketidakpeduliannya yang berakibat pada kejadian memalukan. Dia juga belum selesai dengan rentetan pertanyaan lain yang berjejer di dalam benaknya. Tentang tempat yang sekarang didatanginya, tentang Bintang yang tidak lagi kelihatan batang hidungnya dan tentang acara apa yang sekarang sedang disiapkan Astrid.

"Minum dulu, Ras." Astrid mengulurkan gelas kertas berisi cairan beraroma jeruk.

"Eh, makasih, Mbak." Rasi menerima gelas setelah sempat tertegun beberapa detik. Dia sedikit malu karena kelihatannya Astrid memergokinya ketika dia sedang mengedarkan pandang ke seluruh ruangan.

The Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang