Bab 23. Snorkeling Paling Romantis

45 7 1
                                    

Bismillah,

"Bint." Rasi menjeda, terlihat ragu dengan ponsel yang digenggamnya erat.

"Kenapa, Sayang?" Bintang mengernyitkan kening, menelisik ekspresi Rasi.

"Hm ... mau dengerin ini enggak?" Rasi mengulurkan earpod, lalu menunduk menghindari tatapan lelaki di hadapannya.

Tanpa bertanya lagi, Bintang menerima earpod dan memasang di telinga. Matanya tidak lepas dari Rasi yang terlihat salah tingkah. Setelah beberapa detik, lelaki itu melengkungkan bibirnya. Matanya menyipit, mengarah pada gadis yang sekarang menunduk malu. Bintang bergeser mendekat, lalu meraih tangan Rasi yang bebas. Meremas lembut dan mengecupnya lama.

Lagu yang sekarang mengalun melalui earpod itulah yang membuat debaran jantung Bintang berkejaran serasi. Lagu lama berjudul Bintang yang dinyanyikan Anima, diputar Rasi. Seakan-akan menyampaikan isi hati gadis itu. Semakin meyakinkan Bintang kalau gadis yang dikenalnya sejak kecil ini memang mencintainya.

"Biar ku tunda, segala hasratku tuk miliki dirimu. Karena semua, telah tersiratkan. Dirimu kan milikku." Bintang ikut bernyanyi dengan mata tertuju pada Rasi yang masih menyembunyikan wajahnya. Saat lagu itu selesai, Bintang melepas earpod dan mengembalikan pada Rasi. "Nanti aku nyanyikan lagunya. Khusus buat kamu. Atau ... kamu aja yang nyanyi gimana?"

"Aku enggak bisa nyanyi, Bint. Jangan ngaco, ah," elak Rasi. Tangannya sibuk mengutak atik ponsel. Sebenarnya dia hanya berusaha menghindari bertatapan dengan Bintang. Sejak awal dia sudah gugup sekaligus cemas akan reaksi Bintang. Pengalamannya dalam berurusan dengan lawan jenis nol besar. Pernah naksir Ryu waktu kuliah, tidak membuat Rasi jadi tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan. Menyimpan rasa sukanya rapat-rapat adalah hal yang dilakukannya. Itu cara paling aman menurutnya, karena dia tidak tahu harus bagaimana. Selain Ryu, mungkin hanya Teno lelaki yang dekat dengannya. Itu pun sebagai sahabat, karena Rasi tidak pernah mendefinisikan Teno dengan hal romantis.

"Boleh nanya lagi?"

Rasi yang sejak tadi menunduk, otomatis menengadah. Menatap Bintang yang duduk di sampingnya. Dia mengangguk ringan.

"Kalo sama Teno ... hubungan kamu gimana?"

Sekarang sepasang alis Rasi bertaut. Di belakangnya angin laut berembus keras, menimbulkan kemerisik dedaunan pohon kelapa. Bangsring Underwater siang ini cukup ramai, pengunjung lalu lalang dan kapal-kapal yang mengantar ke Rumah Apung tidak berhenti hilir mudik. Sebenarnya Rasi dan Bintang juga akan menyeberang untuk snorkeling, tetapi menunggu Aksa dan Astrid yang sedang mengambil perlengkapan di mobil.

"Jadi ... gimana?" ulang Bintang. Jantungnya sedikit berisik karena jawaban Rasi belum terdengar.

"Kenapa jadi nanyain Teno, Bint?"

"Enggak apa-apa. Pengen tahu aja kalo boleh. Tapi kalo kamu enggak mau cerita juga enggak apa-apa." Seperti biasa, respon Bintang sangat santai. Bahkan kalimat itu diucap dengan senyum menawan bercampur tengil seperti biasa.

Rasi tiba-tiba tertawa pelan. Lalu dia melirik Bintang yang terlihat heran. "Teno itu sahabat aku, Bint. Sudah ... hm berapa tahun ya? Aku juga lupa berapa lama sahabatan. Hubungan kami ... ya gitu-gitu aja. Dia kaya kakak, kadang bawel, kadang ngeselin. Oh iya, dia juga rekan bisnis aku. Usaha TeRa Cake itu patungan kami. Dia invest lebih banyak, sih. Kalo ditanya hubungan sama Teno ... ya biasa aja, sih. Dia orangnya enggak banyak tingkah, sabar dan ... dewasa. Udah, itu aja."

Bintang mengangguk-angguk kaku. Hatinya seperti dicubit mendengar rentetan kalimat Rasi. Gadis yang dicintainya terdengar sangat dekat dan mengenal Teno. Ada was-was di hati Bintang. Bagaimana pun, dia belajar kalau tidak ada yang pasti di masa depan. "Teno baik, ya, Ras," cetusnya.

The Last StarlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang