***
Sekitar satu jam tangisan Lana mereda, tatapan Arka begitu teduh menatap Lana lalu menyeka sisa air mata di pipi dan sekitar mata gadis ini.
"Maafkan saya sudah membuat kamu tidak nyaman," tutur Arka.
"Jangan begitu lagi," balas Lana suaranya berubah serak akibat terlalu lama menangis.
"Iya Lana," jawab Arka mengangguk.
"Saya ingin mengungkapkan perasaan tapi sepertinya saya terlalu lancang, maaf sudah membuat kamu tidak nyaman. Saya peluk? Janji hanya pelukkan," ucap Arka merentangkan tangannya.
Tubuh Lana sedikit condong ke arahnya membuat Arka lebih dulu menarik Lana ke dalam pelukan.
"Reaksi kamu benar-benar terlihat belum pernah menjalin hubungan sebelumnya, tebakkan saya benar?" tanya Arka mengusap rambut halus milik Lana.
"Belum," jawab Lana.
"Pasti tadi benar-benar mengejutkan, maaf."
"Sebelumnya aku pernah bilang takut sama kamu, itu serius," ungkap Lana.
"Kamu tidak menyukai saya?"
"Bukan begitu, tindakan kamu bikin aku gak nyaman. Tapi...," ucapan Lana menggantung.
"Gatau," sambung Lana tidak melanjutkan ucapannya.
"Sebaiknya kamu tidur," ucap Arka melepaskan pelukannya membantu Lana kembali berbaring.
Bukan merasa mengantuk jantung Lana masih tetap berdegup kencang apalagi Arka tidak sedikitpun mengalihkan pandangan menatapnya.
"Saya mana bisa tidur kalau Bapak liatin begini," ucap Lana.
"Tapi saya ingin menemani kamu, tidak boleh ya?" tanya Arka, namun tidak ada jawaban dari Lana.
"Begini saja saya matikan lampunya tapi tetap saya temani sampai kamu tertidur?"
Lana mengangguk setuju, saat lampu kamar dimatikan ruangan menjadi gelap hanya ada samar-samar cahaya.
Arka meraih tangan Lana untuk di genggam, seperti ini lebih baik. Usapan halus di tangan Lana membuatnya menjadi nyaman.
Fikiran Lana menerawang, apa benar Arka mempunyai perasaan sama seperti dirinya. Tapi sejak kapan?
***
Pada pagi hari Lana terbangun dari tidur, ia sendirian berada di kamar ini. Lana turun dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk mencuci muka.
Di depan cermin Lana menatap wajahnya, ia ingat bagaimana bibir Arka menempel pada bibirnya meski hanya sekilas. Jemari Lana terangkat memegang bibirnya sediri.
Deg!
Deg!
Deg!
Jantungnya kembali berpacu lebih cepat, Lana belum terbiasa merasakan seperti ini. Lana memutuskan keluar dari kamar melihat keadaan, jam masih menunjukkan pukul 5 pagi.
Kali ini Lana bangun lebih cepat, ia berjalan keluar dari rumah menuju area kolam renang. Keadaan sekitar masih gelap namun udara pagi menyambut Lana meredakan rasa panas pada pipinya.
"Lana?"
Lana melirik ke sumber suara, ia sangat mengenal suara dan nada bicara itu.
"Kamu bisa masuk angin berada di luar sepagi ini," ucap Arka berdiri di samping Lana.
"Saya kebangun dan udara pagi ternyata sejuk banget," ucap Lana menahan senyuman.
"Mama tau kamu menginap disini, nanti mau menemui Mama bersama Queen?" tawar Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKALANA (Babysitter & Boss) HIATUS
Teen FictionKalana secara tiba-tiba mendapatkan tawaran menjadi babysitter anak dari duda bernama Arka. Arka menjabat sebagai CEO salah satu perusahaan industri membuatnya selalu sibuk dengan pekerjaan hingga memiliki sedikit waktu untuk anaknya. Arka seorang...