TWENTY THREE

372 27 2
                                    

3orang pria duduk dengan tenang di meja makan dengan menikmati sarapan masing masing, seorang maid mendekati revando membisikkan sesuai yg membuat ia berhenti makan.

"Tuan Narendra tak memakan makanannya sedari kemarin" Bisik kepala pelayan padanya

Nichols melihat interaksi itu, menatap Revan bingung hendak menanyakannya namun revando beranjak dari tempat duduknya berlari cepat kearah ruang bawah tanah.

"Ada apa pak?" Tanya pradipta

"Maaf jika menganggu sarapan anda namun tawanan di ruang bawah tak menyentuh makanannya sedari kemarin" Ucap kepala pelayan lalu meminta izin untuk kembali ke belakang yg di balas anggukan oleh dipta.

"Sepertinya kak Revan benar jatuh cinta" Ucap nic lirih

"Kau cemburu? " Tanya dipta

"Tidak, apapun itu yg membuat kak Revan senang aku akan membiarkannya"
"Ia begitu tersiksa, tanggungjawab yg ia bawa setelah kematian ayah dan ibu cukup berat dan aku tak ingin menjadi penghalang kebahagiaan itu"
"Yg terpenting semua ini tak menghalangi rencana kita" Ucap nichols lalu beranjak pergi dari sana menuju kamarnya .

Pradipta menatap nichols yg berjalan menaiki tangga lalu memasuki kamarnya, sebenarnya ia ingin menemani pria kesayangan nya itu namun hari ini ia memiliki perkerjaan di kantor kepolisian tentang penyelidikan Mr. Ripper yg semalam kembali memakan korban kembali.

Albert, asisten pribadi dari Marcelino Alexander di temukan tewas di pinggir jalan raya dengan bola matanya yg menghilang serta kepala yg retak seperti terhantam benda keras.

Sebenarnya tuan besarnya tak meminta ini semua untuk di urus namun kejadian pembunuhan ini sudah menjadi perbincangan masyarakat dan tidak bisa untuk di tutupi, dan mengakibatkan pihak penyidik harus turun tangan untuk menyelidiki masalah ini.

.............

"Keras kepala"
"Kau ingin mati naren! "
"Mengapa kau tak memakan makanan mu" Ucap Revan kesal ia berjalan mendekati naren yg terduduk di pojok ruangan namun ketika Revan menyentuh badan naren ia merasakan tubuh dingin Narendra dengan sedikit mengigil, sial dia sakit pikir Revan dengan segera ia mengangkat tubuh lemah itu menuju kamarnya.

"Panggil dokter sekarang! Ucap Revan pada kepala pelayan yg terkejut ketika revando berlari terburu buru dari arah ruang bawah tanah. Revan turunkan perlahan tubuh lemah itu pada ranjang kingsize nya membungkus tubuh mengigil Narendra dengan selimut tebal demi menghangatkan tubuh dinginnya.

20menit narendra di periksa oleh dokter
Revan yg cemas hanya bisa menunggu di luar hingga dokter menghampiri nya

"Bagaimana? " Tanya revan to the point

"Tidak ada yg serius tuan"
"Pasien mengalami syock dan juga tubuhnya sedikit kelelahan itu membuat ia menjadi demam"
"Apakah pasien tidak mengkonsumsi apapun sedari kemarin? " Tanya dokter

"Dia susah sekali makanya"

"Tolong di pastikan pasien mengisi perutnya karna tubuhnya membutuhkan nutrisi"
"Saya akan resep kan obat untuk penurun demam serta penambah nafsu makan" Revan yg mendengar itu meminta dipta untuk mengurus resep tersebut, sedangkan ia berjalan perlahan memasuki kamar .

Revan mendekati tubuh terlelap naren, namun setelah ia amati ada yg berbeda dan benar saja ada beberapa luka baru di lengan kanan Narendra lamunan revan teralihkan dengan kedatangan nichols

"Kak"
"Bagaimana keadaannya? " Tanya nic

"Kata dokter ia kelelahan"
"Sepertinya ia cukup terkejut dengan apa yg terjadi terlebih selama ini ia cukup di manja kan dengan ayah nya" Ucap revan

"Tidak semua hal yg kita lihat adalah kebenarannya"
"Baiklah aku akan menyiapkan makan malam untuk kita" Ucap nichols lalu beranjak pergi dari sana

Perasaan Revan begitu nyeri melihat naren seperti ini, ia lebih suka melihat naren dengan segala emosi nya ketika memaki dia sejujurnya ia memang mendekati naren untuk mengetahui informasi tentang Marcelino namun semua tak berjalan sesuai rencananya perasaannya berkata lain ketika ia meniduri naren tempo hari, melihat tubuh cantik itu yg di penuhi dengan luka membuat revando bertanya tanya Narendra alexander seorang putra semata wayang Marcelino Alexander seluruh berita mengatakan bahwa Marcelino adalah ayah yg sangat baik namun apa ini Revan melihat luka sayat luka lebam luka cambuk di tubuh Narendra.

"Maaf"
"Aku berjanji akan melepaskan mu setelah kematian ayah mu" Ucap Revan lirih lalu ikut membaringkan tubuhnya di samping naren dengan mendekap erat tubuh pria manis tersebut.

Naren yg merasa situasi telah aman ia membuka perlahan matanya, menatap sendu Revan lalu mengenggam erat selimut yg menutupi tubuhnya.

"Ibu aku begitu membencinya" Ucap Narendra dalam hati sembari meneteskan air matanya menatap nyalang ke depan dengan senyum yg begitu mematikan.


TBC

SEEYOU NEXT CHAPTURE

SECRET  (Blm Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang