32. Oceans and Engines

256 53 21
                                    

Kalau ngerasa kepanjangan, bacanya pelan-pelan aja, ya. Cerita ini gak akan ke mana-mana hehe.

Maaf kalo banyak typo :')

.

.

.


Tidak seperti yang Jungwon bayangkan, Senin pagi Jungwon sama sekali tidak melihat kehadiran Jay di sekolah. Jungwon pikir ia akan melihat Jay yang keras kepala dan masih menentang ucapannya Sabtu lalu, karena saat itu dilihat ia pergi meninggalkan Jungwon dengan wajah kecewa.

Jungwon tidak bisa berbuat banyak. Hampir setiap hari ia memikirkan keputusannya itu. Semakin ia menolak fakta bahwa Jay akan pergi, semakin pula ia dililit keserakahan. Kedekatan dan hubungannya dengan Jay ternyata membuatnya terlena. Ia sadar bahwa semakin erat ia menggenggam sesuatu, nantinya akan menyakitkan dan justru akan hancur. Pilihannya hanya mengurangi kekuatan genggaman itu atau melepaskannya. Jungwon akhirnya memilih opsi kedua karena menurutnya mimpinya dan mimpi Jay masih panjang. Ia sangat tau apa yang menjadi mimpi cowok itu dari kecil. Melihatnya mencoba melangkah setelah segala kejadian yang menimpa Jay membuat Jungwon lega. Jungwon tidak ingin keserakahannya tadi hanya menjadi beban.

"Won, lo kenapa sih dari pagi bengong terus? Gak enak badan?" Taesan bertanya setelah menyelesaikan satu piring siomay.

Senyum yang diberikan Jungwon terlihat tidak lepas. Ia juga hanya mengaduk-ngaduk es jeruk yang kini esnya sudah mencair semua.

"Kalo sakit nanti gue izinin ke guru piket biar lo pulang cepet."

Ucapan Taesan itu membuat satu desahan berat keluar dari mulut Jungwon, diiringi dengan ia menjauhkan gelas es jeruk dari hadapannya.

"Gue gapapa dan gue gak sakit, Saaan. Gue cuma capek."

"Capek? Capek kenapa? Lo kemaren abis ikut lari maraton yang di Hutkot itu, ya?"

"Hah?" Jungwon terkekeh. Ia baru ingat satu minggu yang lalu Taesan mengajak Jungwon dan Leehan untuk ikut lomba lari maraton yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan swasta. Start-nya dari hutan kota. "Kalo gue ikut kayaknya hari ini gue bukan dateng ke sekolah. Tapi ke rumah sakit! Gila aja gak ada persiapan apa-apa ikut acara kayak gitu."

"Terus kenapa lo loyo gitu? Kayak gak ada semangat buat ngapa-ngapain. Tadi pelajaran Biologi aja jiwa lo kayak lagi bertamasya."

Tak ada jawaban dari Jungwon. Tiba-tiba suara beberapa siswa yang bergosip di belakangnya terdengar. Karena memang volume obrolan mereka kencang sekali. Tiga orang itu terdiri dari dua perempuan dan satu laki-laki.

"Iya gue juga denger. Keren banget ya Kak Jay bisa masuk ke tahap wawancara itu."

"Kalo gue sih malah yakin dia bakal keterima. Backingnnya Pak Namjoon. Terus gue denger-denger sampe di-support langsung sama kepsek."

"Beneran?!"

"Iya. Gue gak sengaja nguping di ruang guru tadi pagi. Soalnya kalo Kak Jay keterima di sana, dia jadi alumni kedua yang dapet beasiswa full ke luar negeri. Dan ... pasti lo gak percaya siapa alumni yang pertama."

"Siapa-siapa?"

"Jangan setengah-setengah dong kalo cerita. Lo mah nyebelin!"

Cowok itu tertawa melihat kedua temannya penasaran. "Sabar dong, ladies. Yang alumni pertamanya itu Pak Namjoon."

"HAH?"

"BOHONG! Gak mungkin. Ngapain dia capek-capek balik ke sini buat ngajar? "

"Iya tuh bener."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Milky Way and The Lost Stars [jaywon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang