Part 02. || Mulai Perhatian

25 14 1
                                    

Yuhuuu ... anyeong jumpa lagi dengan diriku. Hehehe.

                       ~ Happy Reading ~

Tidak ada manusia yang rela melihat wanita yang dicintainya disakiti orang lain.’ 

~ Aksa Damian Axelle ~ 

Bel istirahat pertama telah berbunyi beberapa menit yang lalu, tapi Aksa baru ke kantin setelah sepuluh menit kemudian. Aksa berjalan bersama Faresta Aydin Gunadya atau bisa dipanggil dengan Fares. Berdua saja sebab geng motor yang lainnya tidak satu sekolah dengan mereka. 

Begitu sampai di kantin Aksa dan Fares melihat keributan di tengah-tengah meja. 

Aksa mendekat bersamaan dengan itu dia kedatangan Elmira Revalina Putri—-kekasih sahabatnya—Fares. Aksa tidak peduli dengan kedatangan Elmira yang jelas dia saat ini harus melihat siapa orang yang dibully, sebab pandangannya tadi sekilas seperti melihat Livia di sana. 

“Itu Livia, Sa. Tadi gue sempet mau bantuin tuh anak, tapi gue malah kena cipratan kuah bakso si nenek lampir,” kata Elmira seraya memperlihatkan kedua punggung tangannya yang memerah. 

Elmira sebenarnya bukan termasuk ke cewek-cewek yang manja entah pada sahabatnya, pacar atau orang tua sekalipun. Elmira bisa dikatakan walau tidak punya teman, tapi gadis itu selalu kuat dan tidak pernah takut akan siapapun. 

Aksa yang melihat sekilas punggung tangan Elmira itu lantas meminta Fares agar mengobati Elmira. Sementara dirinya berlari menghampiri kerumunan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. 

“Woi berhenti, nggak?!” teriak Aksa sembari menyingkirkan siapa saja yang menghalanginya, dan begitu dia mendapati Livia yang terduduk dengan seluruh tubuhnya basah kuyup Aksa segera mengangkat tubuh ramping Livia.

“Aksa! Lo apa-apaan, sih, kenapa lo bawa tuh hama sih?!” protes Azalea. Salah satu ketua dari dua yang lainnya yang tadi membully Livia.

“Lo … hama yang sebenarnya, Lea! Minggir lo!” teriak Aksa. 

Aksa pun bergegas membawa Livia yang tak sadarkan diri ke UKS, mereka yang sedari tadi brrkumpul pun memberikan jalan ke Aksa. Sebagian dari mereka Aksa yakin ada beberapa dari mereka merasa iba terhadap Livia, tapi tidak bisa membantu mengingat geng Azalea yang selalu membuat siapa saja bungkam. 

Bungkam dalam artian siapapun yang menghalangi jalannya melancarkan rencana akan berakhir keluar dari sekolah tersebut, sebab Azalea dan dua lainnya selalu pintar membuat suasana seakan mereka bertiga adalah korbannya. 

Namun, jika apa yang menimpa pada Livia ternyata bisa membuat Azalea tak berkutik bagaimana?

“Bu! Bu Tiwi, tolong urus dia dan gantiin bajunya kalau bisa. Please! Saya mau ke ruang kepala sekolah dulu,” pinta Aksa pada si penjaga UKS. 

Yang diajak bicara mengangguk. 

Aksa berlari menuju ke ruang kepala sekolah dan belum sempat dia ke sana di tengah jalan dia bertemu dengan guru Fisika yang Aksa yakin sekali kalau guru itu salah satu guru yang menyayangi Livia. Sebab, terbukti selama ini jika Bu Vivian selalu saja mengagung-agungkan nama Livia dalam acara apapun. 

Tanpa pikir panjang Aksa menghampiri Bu Vivian menjelaskan tujuan kedatangannya, sekaligus kondisi Livia serta tidak lupa Aksa mengatakan Elmira dan beberapa anak lain yang melihat kejadian tersebut.

Aksa yakin Bu Vivian tidak akan percaya kepada dirinya, karena Aksa selama ini yang notabenenya langganan ruang BK. Alhasil, dia menyebutkan saksi mata atas pelaku pembulyan terhadap Livia. 

Ma, Aku Ingin Bebas! [Telah Terbit] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang