Cinta Semesta 03

118 8 1
                                    

"Hari itu aku merasa seperti ada yang padam, semoga bukan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hari itu aku merasa seperti ada yang padam, semoga bukan kita."

Song recomendation - Sunrise, Stay by Ernesto

***

Di atas sebuah kursi gantung di ketinggian rooftop, sepasang remaja duduk berdampingan memandangi langit. Bulan sedikit menggigil, zipped cardigan yang ia kenakan tak sepenuhnya mampu menahan suhu dingin yang terasa menembus hingga ke tulang.

Di horizon timur sana semburat kemerahan mulai terlihat, menandakan bahwa sebentar lagi sang surya akan segera menampakkan diri. "Liat deh, Ar, bentar lagi Helios bakal datang dengan kereta mataharinya," celoteh Bulan memecah hening.

Helios adalah salah satu dewa matahari dalam mitologi yunani kuno. Menurut cerita, setiap hari saat matahari terbit Helios akan datang dengan keretanya bersama enam kuda berkepala api membawa matahari dari timur ke barat.

Arsenio terkekeh sembari mempererat rangkulannya, membiarkan kepala gadis itu perlahan rebah di bahunya yang tegap. "Lo tau, gak, kalau Helios awalnya adalah  manusia?" tanya Arsenio.

"Oh, ya?" Bulan mendongak antusias.

"Heem." Cowok itu mengangguk. "Helios adalah anak dari Hyperion dan Theia, dia juga punya saudara yang bernama Selene. Suatu hari para Titan yang iri kepada Hyperion dan Theia yang berkuasa setelah ayah mereka, Uranus, membunuh Hyperion." Arsenio menjeda sebentar.

"Terus terus?"

"Saat peristiwa itu terjadi Helios diceburkan oleh para Titan ke sungai Eridanos dan Selene yang mengalami kesedihan mendalam akibat kematian ayah dan saudaranya ikut menjatuhkan diri dari atas dinding kota hingga tewas."

"Setelah kematiannya, Helios diangkat menjadi dewa matahari?"

"Yes, dan Selene menjadi dewi bulan."

"Gue suka Selene, Ar," ujar Bulan. "Soalnya dia memberi manusia mimpi indah," lanjutnya  menguap.

Sepanjang malam Bulan terjaga dan sekarang ketika bersama Arsenio mendadak saja matanya mulai diserang rasa kantuk akibat nyaman yang mengalir dari tubuh hingga ke hati. Kehadiran Arsenio seolah mampu menyerap segala lelah dan sakit yang ia rasakan. "Mau tidur sebentar."

"Katanya mau liat sunrise." Arsenio mengingatkan.

"Besok aja," suara Bulan lemas hampir tak terdengar. "Bangunin pukul enam." Sedetik kemudian kelopak matanya sudah jatuh terpejam dan hal itu sukses membuat Arsenio mengulum senyum gemas.

Lewat penerangan seadanya lelaki itu bisa melihat jejak goresan kuku orang dewasa terukir pada kedua pipi sahabat kecilnya itu. "Sorry i can't keep you safe completely, Moon," bisiknya lembut.

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang