Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
{I'm giving it my all, but i'm not the guy you're taking home}
Song Recomendation - Dancing On My Own by Calum Scott
***
Dalam hidup, manusia tidak memeliki sarana untuk benar-benar mempersiapkan diri akan kedatangan cinta. Terkadang, seseorang masuk ke kehidupan kita dengan sangat tiba-tiba dan dengan cara yang tidak terduga sama sekali.
Sama seperti halnya yang dialami oleh Langit, hatinya jatuh begitu saja kepada sosok Bulan, si pemilik wajah sendu dengan tatapan yang entah kenapa selalu tampak sedih sepanjang hari.
Dulu, saat pertama kali perasaan itu muncul, sebenarnya separuh jiwa Langit masih caruk-maruk berperang dengan ingatan masalalu yang selalu datang menghantuinya kapan saja dan di mana saja. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, kehadiran Bulan sedikit demi sedikit mulai menghapus segala pelik, membawa Langit keluar dari dimensi rasa sakit yang telah membelitnya selama bertahun-tahun.
Meski, hingga kini tak seorang pun yang tau tentang hal itu.
Telapak tangan Langit perlahan terangkat, mengelus rambut Bulan yang berantakan dengan penuh perasaan. Ia biarkan baju seragamnya basah oleh linangan air mata yang diam-diam juga menjelma hujan di hatinya.
Begitu menyesakkan ketika orang yang kamu cintai menangisi orang yang dicintainya dalam pelukanmu sendiri.
"Gak mau ke kelas?" tanya Langit setelah beberapa waktu.
Bulan menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Langit. "Gue malu, Lang," lirihnya. "Gue malu ketemu orang-orang, gue gak mau ke kelas, gak mau ketemu siapapun."
Langit berdehem paham. Dia sangat mengerti bagaimana keadaan Bulan saat ini dan memilih untuk mengesampingkan perasaannya sendiri.
"Kalau gitu kita pindah tempat, ya? Kaki lo pasti pegal berdiri terus."
"Kemana?"
"Ke tempat yang cuma ada lo dan gue."
Bulan mengangkat dagu, menyeka pipinya lalu menatap Langit dari bawah. "Lo ikut bolos bareng gue?"
Cowok itu mengangguk. "Iya," jawabnya sembari memeriksa jam tangan. "Lagian cuma sisa satu mapel setelah ini."
"Mr. Albert gak masuk emang?"
"Enggak, beliau ada rapat sama panitia seleksi peserta olimpiade."
"Gakpapa lo ketinggalan pelajaran gara-gara gue? Ya meskipun cuma satu mapel," tanya Bulan memastikan. Mengingat bahwa Langit selama ini adalah seorang siswa disiplin yang hampir tidak pernah absen sepanjang semester.
"It's okay," balas Langit santai. "Lo juga pernah absen gara-gara nolongin gue waktu itu, sekarang kita gantian."
Pada akhirnya, Bulan hanya menurut ketika Langit menggandeng tangannya menjauh dari situ, membawanya ke suatu tempat yang berada di belakang Galaxy. Bentangan lahan kosong yang dipenuhi oleh rimbun tanaman ilalang.