Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Aku mencintai kakimu hanya karena mereka berjalan di bumi, di atas angin, dan di atas air, sampai mereka menemukanku.”
- Pablo Nureda
Song recomendation - My Moon by Jess Benko
***
"Permisi." Mbak Lastri muncul bersamaan dengan derit daun pintu yang terbuka. "Sarapan dulu, Lan," ucap wanita itu meletakkan nampan yang berisi beberapa potong sandwich, semangkok oatmeal dan segelas susu cokelat kesukaan Bulan.
Hari itu hari minggu pukul delapan pagi, hari ketiga sejak Bulan jadi tahanan di rumahnya sendiri. Ia sama sekali tidak beranjak dan tidak tau-menau bagaimana keadaan di luar.
"Banyak banget, Mbak," kata Bulan saat mengecek isi nampan yang dibawa mbak Lastri. Ia baru selesai mandi dan sedang mengeringkan rambut.
"Gakpapa, biar kamu punya energi lebih untuk menghadapi pelajaran hari ini. Apa lagi besok sudah mulai ujian," balas mbak Lastri perhatian. "Ini sekalian mbak bawakan juga vitamin." Satu strip vitamin keluar dari saku baju wanita muda itu.
"Makasih, Mbak." Bulan menaruh hair drayer-nya dan meraih kursi kecil ke dekat meja. "Doain hasil ujian Bulan bagus, ya. Biar papa sama mama seneng dan gak ngurung Bulan lagi kayak gini."
"Aminn!" Lastri menyapukan telapak tangan kanannya ke wajah. "Sarapan dulu, gih, keburu tutor kamu datang."
Kemudian wanita itu meninggalkan kamar dan Bulan mulai menyantap sarapannya dengan lahap. Dari arah jendela yang terbuka Bulan melihat kamar Arsenio yang tampak gelap tanpa penerangan. Sejak hari itu mereka belum berkomunikasi lagi sama sekali.
"Bohong." Bulan bergumam. "Katanya lo mau nyulik gue hari ini."
Teringat percakapan mereka kemaren, Bulan yang ingin diculik pada hari minggu, jalan-jalan seharian mengelilingi kota dengan motor ganteng Arsenio lalu membeli cotton candy warna-warni. Atau paling tidak, membaca novel di Literary Aura sambil menikmati segelas Latte berdua.
"Gue hitung satu sampai tiga, kalau lo gak muncul gue akan marah besar," katanya lagi seolah Arsenio akan bisa mendengar ucapan lirihnya itu.
"Satu ...."
"Dua ...."
"Tiga ...."
Tok tok tok!
"Bulan!"
Bukan Arsenio yang muncul. Gadis itu memicingkan mata seraya menghela nafas.
"Iya, Mrs," sautnya berjalan untuk membukakan pintu.
"Selamat pagi!" Mrs Anne sudah berdiri di sana dengan wajahnya yang segar.
"Selamat pagi, Mrs Anne," jawab Bulan segera mengondisikan ekspresi wajah agar kecewanya tak terlalu kentara. "Aku masih sarapan, Mrs, gakpapa, kan?"