Cinta Semesta 19

110 11 8
                                    

"Di lautan bagian mana kita yang dulu kamu tenggelamkan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Di lautan bagian mana kita yang dulu kamu tenggelamkan?"

Song recomendation - Eclipse of the Heart by Bonnie Tyler

***

Bulan melangkah perlahan, dadanya meriuh oleh gelombang rindu yang terasa begitu menggelitik. Sudah sangat lama rasanya sejak terakhir kali ia menginjakkan kaki di depan pintu bangunan penuh sejarah ini.

Dalam penglihatan, Literary Aura sore itu terasa begitu syahdu. Tempat duduk kayu berjejer rapi membentuk pola garis panjang sebanyak empat baris, setiap baris terdiri dari lima meja dan dua kursi saja, tidak banyak, karena areanya juga tidak begitu luas.

Pada dinding sebelah kanan dan kiri terdapat dua rak besar nan tinggi yang menampung puluhan bahkan mungkin sampai ratusan judul buku. Hampir semuanya bergenre fiksi.

Tanaman Garbera, Peace Lily dan Violet Afrika tumbuh subur dalam suhu ruang. Garbera dan Peace Lily ditata di sepanjang sudut ruangan sedang Violet Afrika digunakan sebagai penghias meja dan bendul jendela. Aromanya menguar, berkaloborasi dengan wangi kopi yang mengepul dari arah bar.

Ya, Literary Aura tak lain adalah sebuah kedai kopi sederhana yang menyediakan buku bacaan untuk para pengunjung, atau lebih akrab disebut sebagai coffee book. Jaraknya tak jauh dari Galaxy, tepat di persimpangan dekat sebatang Angsana tua, sebelah utara lampu merah.

Bulan mengurai senyum sembari menghirup udara dalam-dalam, merasakan ketenangan sekaligus kenangannya. Banyak memori berserakan yang meminta untuk dipungut kembali setiap kali ia datang berkunjung ke tempat ini.

"Pesanan datang, jeng jeng jeng!" Suara seseorang membuat Bulan spontan berpindah fokus. "Two cheescake and one large vanilla latte," ujar pemuda berwajah Tionghoa itu dengan ceria. "Menunya gak pernah ganti dari jaman Majapahit, kalian gak bosen?"

"Gak ada kata bosen dalam kamus manusia setia seperti kami ini, Koh Lin," canda Arsenio menimpali.

"Bener itu, Koh." Bulan mengangguk sepakat. "Sekali latte tetap latte."

Koh Lin mencibir. "Banyak gaya anak muda," balasnya. "Oiya, kenapa belakangan jarang main ke sini? Biasanya separuh jiwa kalian tinggal di kedai kopi saya."

"Bosen liat muka koh Lin terus," balas Arsenio. "Bikin double eyelid dulu nanti kami rutin mampir lagi kayak dulu."

"Sory aja nih ya, saya kalau pake double eyelid bisa ketuker sama Sehun EXO."

"Ketuker ama sempak-nya kali."

"Hush! Mulut lo, Ar," sela Bulan.

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang