Cinta Semesta 18

93 8 11
                                    

"Kesepian adalah salah satu penderitaan manusia paling pedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kesepian adalah salah satu penderitaan manusia paling pedih."

{And no one's left to be hero of this fairy tale gone wrong}

Song recomendation - I Am Only One by We Are The Fallen

***

"Lo gak ke kelas?"

"Enggak, kalau tanpa lo."

"Ck." Langit berdecak untuk kesekian kalinya. "Gue lagi mau sendiri, Lan. lo pergi aja gakpapa," ujar cowok itu. "Kita ada ulangan sama ms Lily, nanti nilai lo kosong."

"Gue bakal pergi setelah ngobatin luka lo," jawab Bulan bersekukuh. Fokus gadis itu tak lepas dari bercak darah yang membanjiri sepanjang sela jemari tangan kanan Langit.

"Cuma luka ringan," kata Langit. "Gue udah sering begini dan gue bisa sembuhin sendiri, kok, lo tenang aja."

Bulan membuang nafas kasar, menatap laki-laki itu selama beberapa detik. "Tapi gue yakin, luka yang kali ini gak bisa lo sembuhin sendiri," balasnya.

Langit menoleh, sesaat kemudian bahunya turun tanda menyerah. Ia menjauh beberapa langkah dari Bulan kemudian duduk menjuntai di pembatas rooftop sembari mengayunkan kedua kaki di udara, sementara pandangannya menerawang jauh ke depan.

Dari sini Galaxy tampak sangat indah. Bangunannya yang unik serta pemilihan warna yang cocok begitu apik berpadu dengan latar kota yang bersih dan tertata rapi. Dalam area sekolah tumbuh subur berbagai jenis pohon perindang serta beraneka ragam bunga-bungaan yang menambah asri suasana.

Bulan bergabung duduk di samping. Tanpa kata ia meraih tangan Langit dan meletakkannya di paha, mengabaikan ekspresi terkejut yang terpampang nyata di wajah cowok itu.

"Lo gak mau ke UKS dulu?"

Langit menggeleng kaku sebagai jawaban. Bekas sayatan basah yang cukup dalam tampak menggores di telapak tangannya. Bulan memperhatikan cukup lama sebelum kemudian mengeluarkan selembar sapu tangan dari totebag.

"Yahh, gak sampai," keluh Bulan setelah beberapa waktu larut dalam aktivitasnya membersihkan noda darah. Ukuran sapu tangan itu terlalu mungil untuk membungkus telapak tangan Langit yang besar.

Langit yang menyaksikan raut serius Bulan dari jarak yang terbilang sangat dekat, reflek menarik sudut bibir. Lucu, pikirnya.

"Pakai ini aja, deh," ide Bulan menarik pita putih yang terikat di rambutnya secara serampangan, membuat surai hitamnya yang lebat dan panjang berhamburan ke sembarang arah karena tertiup angin. Bersamaan dengan itu aroma manis khas fruity menguar menyapa indera penciuman.

Langit terpana. Irama jantungnya tiba-tiba saja meningkat berkali-kali lipat lebih cepat dari sebelumnya. Lelaki itu meneguk saliva kasar untuk membasahi kerongkongan yang mendadak kering.

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang