Cinta Semesta 14

76 7 8
                                    

"Kata orang, kasih sayang orang tua  tumbuh bahkan jauh sebelum anak-anak mereka terlahir ke dunia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kata orang, kasih sayang orang tua  tumbuh bahkan jauh sebelum anak-anak mereka terlahir ke dunia. Tapi, kenapa sampai sekarang aku masih belum mendapatkannya?"

-Bulan Anasha

Song recomendation - Howl by BRMC

***

Cahaya hangat sinar matahari masuk dari arah jendela yang terbuka di samping brankar, membuat ruangan UKS bernuansa serba putih itu semakin terang. Sementara aroma terapi menguar di setiap sudut mengantarkan rasa tenang bagi siapa saja yang sedang beristirahat di sana. Terkecuali Dee, karena sedari tadi raut kesakitan tak kunjung lepas dari wajah gadis itu.

Sungguh, Dee benci saat-saat seperti ini, ketika ia tidak memiliki daya untuk melawan rasa sakit yang bersarang dalam tubuhnya.

Arsenio berjalan mendekat, dia baru saja datang dari dapur UKS mengambilkan teh manis yang dibuatkan oleh mbak Trista.

"Minum dulu, ya," ujar cowok itu kemudian duduk di sebelah Dee, membantu Dee untuk bersandar pada kepala brankar yang terlebih dahulu diganjal menggunakan bantal.

Dee mengangguk lalu menyeruput minuman dalam gelas, bibirnya yang semula kering kini tampak lembab. Setelah itu, Arsenio kembali mengambil alih gelas dan meletakkannya di atas meja.

Untuk beberapa saat keduanya sama-sama terdiam.

Cukup lama Dee menatap kosong ujung kakinya yang menyembul dari balik selimut. Selain rasa sakit di bagian perut atas sebelah kanannya, pikiran Dee juga terbagi pada perlakuan dan kata-kata yang diucapkan Bulan kepadanya saat di kelas tadi.

Dia tidak mengerti kesalahan apa yang telah ia perbuat hingga saudara angkatnya itu begitu sangat membencinya.

"Kenapa tadi kak Bulan bisa sampai semarah itu sama aku ya, Kak?"

Arsenio yang hendak merapikan selimut menoleh. Sebenarnya, dia sendiri juga tidak paham kenapa Bulan sampai bersikap demikian.

"Mungkin karena kursi," jawab Arsenio sedikit ragu. "Soalnya sebelum ada kamu dia yang duduk di sana."

"Hanya karena itu?" Dee menatap serius laki-laki disampingnya. Untuk remaja seusia mereka bukan kah terlalu berlebihan ribut perkara sebuah kursi?

"Entah lah." Arsenio memijit kening. "Aku juga heran, biasanya dia gak pernah kayak gini, apa lagi gara-gara hal sepele."

"Dia bilang aku mengambil semua posisinya dan orang-orangnya," tambah Dee. "Jujur, Kak, aku gak tau apa yang kak Bulan maksud." Matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku tau aku cuma anak dari panti asuhan yang kebetulan dibawa oleh orang tuanya ke rumah mereka. Tapi, bukan berarti aku gak punya perasaan."

"Lagi pula selama ini aku gak ngapa-ngapain dia, kok, dan aku juga berusaha bersikap sebaik mungkin. Karena aku tau posisiku yang hanya anak pungut."

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang