"But i hurt, i was hurt, i'm always getting hurt every single time in my life. Did you see it?"
-Langit Andromeda
Song Recomendation - Easy On Me by Adele
***
Bulan meringis, tangannya sedikit gemetar menjangkau cardigan putih gading yang tergantung di samping lemari. Ketika benda itu terpasang di tubuhnya, tekstur kasar kain lansung menggesek bekas pecut yang memanjang di kedua lengan.
Pada permukaan kaca yang tinggi itu, bayangan Bulan memantul jelas. Gadis itu mendesah pelan, semakin hari dirinya tampak semakin menyedihkan.
Diambilnya sebuah masker kemudian dipakai untuk menutupi luka robek di sudut bibir, bekas gamparan Irfan semalam.
Seandainya nanti tidak ada ulangan bersama mrs Lily, mungkin Bulan akan berhibernasi saja di kamarnya, tidur seharian.
Setelah dirasa cukup, Bulan beranjak ke luar. Sebelum pergi ia terlebih dahulu singgah ke dapur untuk mengambil susu kotak dan roti. Terlalu malas dan lemas untuk sekedar datang ke kantin saat jam istirahat nanti siang.
"Ayo tambah, anak papa harus makan banyak biar kuat dan cepat pulih. Gak lama lagi ada seleksi olimpiade di sekolah, kan? Kamu udah kelas tiga dan ini kesempatan terakhir untuk ikut."
"Iya, Pa, tapi Dee udah kenyang."
"Dikit lagi, ya? Sekalian minum obat mu juga." Miranda menambahkan sepotong brasille ke piring Dee, menghiraukan raut remaja itu yang seperti ingin muntah.
Bulan tertegun sebentar saat melewati ruang makan, pemandangan itu cukup membuat hatinya panas. Tetapi, ia diam saja, sudah terlalu lelah dan tidak ingin membuang tenaga lagi untuk hal-hal yang jelas tidak akan berguna. Yang ada hanya akan memperkeruh suasana.
Tidak ingin berlama-lama, gadis itu segera menuju kulkas yang berada di dapur, memasukkan dua kotak susu cokelat dan dua bungkus roti ke dalam totebage-nya.
"Bulan," tegur mbak Lastri. "Gak sarapan dulu?"
Bulan menggeleng. "Di sekolah aja, Mbak, takut telat," katanya beralasan.
Setelahnya, Bulan bergegas pergi dari sana. Dalam hati, ia ingin sekali Miranda dan Irfan akan menyapa atau mengatakan sesuatu kepadanya. Namun nihil, pasangan suami-istri itu tak bergeming. Mereka acuh bahkan sekedar menoleh saja tidak.
Ketika pagar tinggi di depan rumah terbuka, hal pertama yang menyambut Bulan adalah Arsenio dan motor besarnya. Bulan sedikit terkejut sekaligus senang.
Cowok itu menengok lalu melempar senyum, sekian detik keduanya saling bertatapan.
"Lo nungguin gue?" tanya Bulan penuh harap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Semesta
Teen Fiction"Pada akhirnya kita hanyalah kumpulan rasa-rasa tak berbalas, sungai-sungai yang tidak menemukan muaranya." Start: 13 Maret 2024 Finish: -