Cinta Semesta 24

148 17 15
                                    

"Don't hurt someone just because you know their heart is yours

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't hurt someone just because you know their heart is yours."

Langit Andromeda

Song recomendation - The A Team by Ed Sheeran

***

"Loh?"

"Hi!" sapa Langit menyambut kedatangan seorang gadis berseragam yang baru saja muncul dari balik pagar tinggi itu dengan lambaian tangan dan sebaris senyum tipisnya yang sangat khas. "Gimana keadaan lo?" tanyanya. "Udah mendingan?"

"U-udah, kok." Bulan mengangguk kaku dengan ekspresi yang membiaskan sedikit rasa terkejut. Ia tidak menduga akan menemukan Langit berdiri di depan rumahnya sepagi ini.

Seingat Bulan, kemaren dia tidak sempat memberitahu teman-teman sekelasnya atau pun mengirimkan surat izin ke sekolah. Dia absen begitu saja tanpa keterangan.

Ah, atau mungkin Arsenio?

"Lo ngapain di sini?" tanya Bulan.

Bukannya menjawab, Langit malah bergerak membukakan pintu mobilnya, mengisyaratkan Bulan untuk masuk. Sementara Bulan memilih berdiam diri di tempat. Tatapan herannya tertuju penuh pada cowok tinggi itu.

Menyadari gelagat tak nyaman si lawan bicara, Langit pun menyampaikan maksud kedatangannya, "gue kesini mau jemput lo."

"Tumben banget." Dibarengi kekehan ringan, Bulan mendekat. Sebetulnya, ia memang sedang lemas untuk berjalan kaki ke halte dan menunggu bis di sana. Jadi, niat baik Langit kali ini bisa dibilang sebagai sebuah keberuntungan yang sangat patut Bulan syukuri.

Namun, begitu akan melangkahkan kaki ke dalam mobil, pergelangan Bulan dicekal, membuatnya menoleh dan sejenak menghentikan pergerakan.

"Kenapa?"

Dengan mata hitamnya yang agak sipit Langit menatap Bulan cukup lama. Memperhatikan setiap bilur dan memar yang terukir samar di permukaan wajah gadis itu.

"Lang?"

Langit menghembuskan napas pelan, lalu mengeluarkan sebuah plester luka bergambar dari dalam sakunya. Tanpa kata laki-laki itu memasangkan plester tersebut pada bekas luka di kening Bulan yang tampak paling menonjol di penglihatan.

"Untuk siapapun yang meninggalkan bekas luka di tubuh dan di hati lo, gue mewakili mereka semua untuk meminta maaf, ya?" ujar Langit pelan.

Kemudian, satu sentuhan lembut mendarat di kepala Bulan, mengelus halus surai panjangnya yang tergerai. "Kesembuhan lo dari segala rasa sakit itu adalah salah satu yang tidak pernah absen gue mintakan ke Tuhan, Lan."

Entah apa tujuan Langit berkata demikian, namun kalimat bernada tulus itu sukses menyentuh hati Bulan. Ia tercekat sekian detik sebelum kemudian menyentuh canggung plester di keningnya. "Terima kasih, Lang," kata Bulan seraya tersenyum. "Terima kasih banyak."

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang