Cinta Semesta 05

94 7 1
                                    

"Kebetulan adalah takdir sedangkan takdir bukanlah sebuah kebetulan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kebetulan adalah takdir sedangkan takdir bukanlah sebuah kebetulan."

Song recomendation - Girl In My Dreams by Stephan Altman

***

Arumi menuangkan segelas air untuk Arsenio yang tengah menyantap lahap nasi goreng kecap buatannya. Senyum manis tak kunjung lepas dari bibir wanita itu sedari tadi, menandakan bahwa pagi ini suasana hatinya sedang baik.

"Ganteng banget anak bunda."

Arsenio hanya tersenyum mendengar pujian yang hampir setiap hari meluncur dari mulut sang ibu.

"Gak berasa, ya, setahun lagi kamu akan lulus sma." Arumi melanjutkan percakapan. "Rasanya baru kemaren, Ar, ayah dan bunda menimang-nimang kamu."

"Seandainya ayahmu masih ada pasti dia seneng banget melihat pertumbuhan kamu. Apa lagi, kamu lebih mirip dia dibanding bunda."

"Iya, Ndaa." Arsenio meneguk air minumnya, nasi dalam piringnya sudah tandas tak bersisa. "Ayah pasti juga gak kalah seneng dan bangga melihat istrinya yang cantik berhasil membesarkan kedua putranya dengan baik sendirian."

Arumi menatap lembut wajah Arsenio. Genap sudah delapan tahun sejak Aaraf-suaminya meninggal dunia dan sejak itu pula ia menjalani kehidupan sebagai seorang single mother dengan dua orang anak laki-laki.

Arsenio memeliki seorang kakak bernama Arlando yang kini tengah meniti karir sebagai seorang dokter muda di sebuah rumah sakit ternama di ibu kota. Arlando jarang pulang hingga rumah besar peninggalan Aaraf itu hanya dihunyi berdua oleh Arumi dan si bungsu yang tampan, Arsenio.

"Nda, Arsen berangkat dulu," pamit anak laki-laki itu mencium punggung tangan Arumi.

"Hati-hati sayang," jawab Arumi seraya mengelus kepala putranya. "Nanti pulang sekolah temenin bunda ke mall, ya?"

"Siap, ibunda ratu," gurau Arsenio sebelum keluar dan menyalakan mesin motor kesayangannya.

Hari ini Bulan yang biasa menjadi penumpang tetap tidak masuk sekolah. Itu tandanya Arsenio akan berangkat sendirian kali ini. Namun, belum beberapa meter Arsenio meninggalkan halaman rumah seseorang menghentikannya.

"Ar, Arsen!" panggil Miranda sedikit tergopoh keluar mendorong pagar tinggi itu.

"Kenapa tante?"

"Hari ini kamu sendirian, kan, ke sekolah?"

"Iya, sendiri," jawab Arsenio mengangguk.

"Minta tolong tebengin anak tante, ya?"

"Bulan?" Cowok di atas motor itu menatap heran. "Bukannya dia gak ke sekolah sampai ujian selesai?"

"Bukan, bukan Bulan," balas Miranda sukses membuat kerutan panjang bermunculan di dahi Arsenio.

"Sini sayang." Miranda menarik lengan seseorang yang rupanya telah berdiri di balik pagar dari tadi. "Cepet, gak usah malu-malu."

Cinta SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang