berakhir(2)

112 1 0
                                    

Malam hari nya Rara dengan perasaan senang menunggu Rian menelpon nya.

Rian berkata akan menelpon nya nanti malam, sewaktu Rara meminta maaf tadi sore.

Kata Rian ia memaafkan Rara dan ad yang ingin ia beri tau kan kepada nya juga.

Sudah hampir larut, Rian baru menelpon Rara.
Hampir saja Rara tertidur tadi ketika menunggu nya.

"Hai." Sapa Rian begitu panggilan itu tersambung.

"Iyaa, pekerjaan mu sudah selesai?" Rara menjawab antusias.

"Rara, aku ingin menyampaikan sesuatu" Rian berujar pelan.

Rara mengangguk.
"aku juga. Ada hal yang ingin ku beritahukan kepada mu" Jawab Rara cepat.

"Kamu duluan saja jika begitu" Rian berujar penasaran.

"Tidak mau. Kamu saja yang duluan" tolak Rara malu.

Rian diam cukup lama, Rara merasa ada yang aneh dengan nya.

"Kenapa?" tanya Rara melihat Rian hanya diam saja.

"Ayo putus" ujar Rian pelan.

Rara tersentak.
"Apa?" Tanya Rara memastikan ia tidak salah dengar.

"Kamu pasti lelah kan mengahadapi aku yang selalu menggangu mu, jadi ayo selesaikan semua nya." Rian menjelaskan nya dengan pelan.

Rara diam mematung, mulut nya terasa kebas.
Ia tidak bisa mengucapkan apa pun karena terlalu terkejut.

Diam sejenak, Rara mencoba menenangkan diri.
"Oh! Haaha." Rara tertawa mencoba mencair kan suasana.

"Kalau itu yang kamu mau, baiklah" Ujar Rara pelan.

Memandang langit-langit kamar nya,
Rara tersenyum miris.

"Kamu tidak pernah mencoba untuk menyukai ku, Aku lelah.
Sekarang pun kamu tidak berusaha menahan ku!" Rian berujar lantang.

"Maaf. Itu memang salah ku karna tidak pernah tau bagaimana cara menyukai sesuatu" Rara berujar pelan.

"Apa kita masih bisa berteman?" Tanya Rian tiba-tiba.

"Tentu, kita masih bisa terus berteman" jawab Rara sambil berusaha tersenyum.

"Jadi, apa yang ingin kamu katakan kepada ku?"Rian bertanya.

Aku sudah mengatakan yang ingin ku katakan kepada mu kan, jadi ayo katakan apa yang ingin kamu katakan, jangan membuat ku penasaran" sambung Rian.

"Haha. Tidak ada.
Hanya hal konyol yang sedang aku pikirkan." Rara berusaha sekuat tenaga nya agar suara nya tidak terdengar bergetar.

Rian diam cukup lama, hingga akhirnya ia berujar pelan.

"Untuk yang terakhir kali nya.
Aku ingin mengatakan kepada mu.
Aku selalu menyukai mu, selalu." Suara serak Rian dapat Rara dengar dengan jelas.

Rara diam, ia yakin jika dia menjawab ia pasti akan menangis.

"Aku matikan telpon nya Rara, bangun lah lebih cepat besok pagi. Jangan terlambat dan jangan menunda-nunda waktu makan mu." Rian melanjutkan ucapan nya setelah menjeda cukup lama.

Menarik nafas panjang Rian kembali berujar pelan.

"Kamu istimewa, jangan menyalah kan diri mu lagi.
Dan ayoo tidur lebih cepat untuk malam ini.
Telpon nya aku mati kan yaaa, selamat malam" Ujar Rian berpamitan.

Rara diam lama sampai akhirnya dia menyetujui, berkata bahwa dia akan segera tidur.

Begitu sambungan itu terputus, air mata yang sejak tadi Rara tahan turun tampa bisa ia tahan lagi.

"Pergi lah jauh, semoga kita tidak pernah bertemu lagi." ujar Rara di sela Isak tangis nya malam itu.

Rara bangun dan membuka jendela kamar nya, ia ingin melihat bulan.

Begitu melihat bulan, ia kembali menutup muka dengan telapak tangan nya.

Segala hal yang ia bicarakan dengan Rian sambil melihat bulan setiap malam nya seakan berputar di pikiran nya.

"Aku sempat lupa.
Dunia nya terlalu luas untuk aku yang hanya punya dia sebagai dunia." Rara menertawakan diri nya sendiri,
merasa bahwa ia bodoh dan gagal. 

menghela nafas panjang, Rara menatap bulan dengan mata sembab nya.
berujar pelan pada diri nya sendiri
"jadi, mari hidup dengan lebih baik lagi".




                    

                           End

Aku kamu dan luka(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang