28

8.4K 450 36
                                    



Sudah 3 hari Alden demam dan rewel tiap malam, membuat daya tahan tubuh Rinjani juga perlahan menurun karna kurang istirahat dan kelelahan akibat sang putra yang tidak mau lepas dari gendongannya walau saat tidur sekalipun

Hal itu tentu membuat Indra tak tenang saat bekerja apa lagi keluar kota

"Saya antar ke rumah papa dulu ya? Kamu ketularan demamnya Alden" Kata Indra menyentuh kening Rinjani

"Telponin aja yangg, biar papa kesini nanti kamu kesiangan kalo antar aku dulu" Kata Rinjani lemas

"Maaf ya... Pas Kamu sakit gini saya ga bisa urus" Ucap Indra membelai rambut panjang Rinjani

"Gapapa sayangg... Sini cium aku dulu" Pintanya tentu saja langsung di turuti sang suami

"Udah sana pergi kerja, aku abis ini sembuh udah dicium" Ucap Rinjani tersenyum

"Ada aja sih, bentar saya telepon papa dulu" Kata Indra keluar kamar

Ia kembali dengan beberapa lembar roti tawar, selai coklat kesukaan Rinjani dan segelas susu coklat

"Saya sudah telepon papa, kebetulan papa lagi cari sarapan deket sini abis ini langsung mampir, saya berangkat dulu ya.. " Ucap Indra berpamitan panjang lebar pada istrinya itu

Saat mendekati box bayi Alden, langkah Indra tertahan oleh peringatan Rinjani

"Pamit sama anaknya ntar aja yangg, jangan gangguin sekarang nanti aku repot, video call aja nanti" Ucap Rinjani

"Yaudah, saya berangkat" Kata Indra mencium kening sang istri

Tak lama setelah Indra berangkat, tibalah orang tua Rinjani

"Kakak pulang ke rumah papa aja gimana? Papa ga bisa nginep sini, kan bagas sekolah kak" Ucap Alkam

"Atau prabu sama mama yang disini? " Imbuhnya

"Aduh aduh enggak deh pa, mama kalo jadi wasit sendirian ga akan mampu.. Aku pulang kesana aja deh, ijin suami Rinjani sebentar" Kata Rinjani mengambil ponsel miliknya untuk menghubungi Indra

"Yangg.. Aku pulang ke rumah papa boleh ya? Papa ga bisa nginep sini karna bagas sekolah" Ucap Rinjani saat sambungan telepon terhubung pada suaminya

"Boleh, nanti saya pulang kesana juga" Kata Indra

"Ya Udah oke" Ucap Rinjani

"Eh mau kemana buru buru banget tutup teleponnya, saya masih mau denger suara kamu" Kata Indra

"Kayak bujang aja, baiiii" Ucap Rinjani menutup teleponnya

Hingga sore hari kondisi Rinjani tak kunjung membaik, hingga di larikan ke rumah sakit karna panas tubuhnya mencapai 40 derajat dan sama sekali tak berani mendekati putranya yang juga baru pulih itu

Mendengar tangisan Alden Rinjani terusik dan bangun dari tidurnya, mendapati sang putra berada di gendongan ayahnya yang kerepotan menenangkan

"Sayanggg... Mama sakit, Alden jangan dekat dekat dulu ya" Ucap Rinjani lemah sementara bayi 4 bulan itu marah dan menangis tetap ingin mendekat ke arah Rinjani menggapai gapaikan tangan mungilnya

Tak kunjung mereda, Indra membawa Alden keluar ruangan memberikan Alden pada Utinya agar Rinjani bisa beristirahat kembali

"Panasnya udah agak turun yangg, kamu mau apa? " Tanya Indra menyentuh kening Rinjani

"Kasiannya anak aku nangis kenceng banget gitu yangg" Ucap Rinjani dengan mata mulai berkaca kaca tak tega mendengar jeritan Alden dari luar ruangan

"Sudah di kasih susu, popoknya juga sudah di ganti.. Dia baik baik aja, mungkin dia khawatir sama mamanya ini" Kata Indra mengelus pipi kiri Rinjani yang masih terasa sedikit panas di telapak tangannya

"Siapa yg gantiin popok? " Tanya Rinjani, karna ia tau menggantikan popok Alden bukan perkara mudah, bayi kecil itu sudah sangat aktif tak jarang membuatnya kewalahan juga

"Sama saya, kenapa? " Jawab Indra

"Gapapa, kamu ayah yg hebat yangg.. Aku suka" Ucap Rinjani, seketika membuat senyum Indra merekah

"Siniii.. Kamu baring sini" Ucap Rinjani menepuk sisa ranjang pasien di sebelahnya

"Ga muat" Ucap Indra

"Muattt.. Aku kecil, sini yangg" Rengek Rinjani lagi

"Ga muat sayangg" Ucap Indra tanpa menjawab Rinjani berbalik memunggungi suaminya itu

"Ya sudah sana geseran, saya sebelah sini" Ucap Indra menepuk pelan kaki Rinjani membuat senyumnya langsung merekah

"Sini yangg" Ucap Rinjani Rinjani mengambil posisi di sebelah kanan ranjang rumah sakit dan Indra di sebelah kiri, memberikan lengan kanannya sebagai bantal sang Istri

"Yangg sempit ya" Ucap Rinjani

"Saya bilang juga apa, ngeyel aja" Ucap Indra mencubit hidung Rinjani gemas

"Gapapa, aku suka.. Aku suka pelukin kamu gini" Kata Rinjani

"Pindahin sakitnya ke saya yangg, saya ga tega kamu begini" Ucap Indra, Rinjani menggeleng membayangkan suaminya sakit adalah hal yang menakutkan baginya

"Aku aja, kamu besok besok kalau bapak sudah di lantik, kamu mau apa yangg? Ajudan Presiden harus kolonel kan? " Tanya Rinjani pada suaminya, ia melihat Indra merenung beberapa saat sebelum menjawab

"Saya ya tetep sama bapak lah, sekolah dulu nanti balik lagi kalau rejeki" Ucap Indra

"Kamu gapapa kan saya sekolah lagi?" Tanya Indra

"Aku?? Ya gapapa yangg, aku sering bilang aku bangga sama kamu dan selalu begitu" Ucap Rinjani sambil mengeratkan pelukan pada suaminya

"Nanti saya bakal lebih sering pulang ke rumah, kamu di tempat papa ya" Kata Indra

"Ngapain? Emang kamu berbulan bulan ga bakal pulang? Pulang kan? " Tanya Rinjani

 "Iya pulang kalau pesiar, saya ga tenang kamu berdua aja sama Alden, kalo kecapekan lagi gini gimana? " Ucap Indra

 "Hmmm kalo aku sakit gini lagi, ya kamu pulang lah.. Peluk aku gini lagi trus aku sembuh" Ucap Rinjani tertawa kecil

 "Kok gampang banget sih? Kayaknya saya yg susah jauh dari kamu" Kata Indra

 "Aku ngangenin, aku tau kok" Ucap Rinjani percaya diri

 Berpisah dari sang suami walau hanya untuk beberapa bulan saja juga bukan hal yang mudah untuk Rinjani, Indra benar dengan hanya berdua bersama putra kecil mereka tentu saja akan semakin susah

Namun Rinjani tak ingin memberatkan langkah Indra, apapun akan ia lakukan asal lelakinya itu berhasil mendapat apa yg ia impikan, Rinjani terlalu menyukainya

 Saat awal menikah, Rinjani masih belum yakin ia mampu mengarungi bahtera rumah tangga ini bersama seorang Indra Tirtana Wijaya, sosok yang cukup kaku dan irit bicara

Namun sekarang, Rinjani menyukainya... Amat sangat, bahkan ia tak rela apapun menghambat suaminya termasuk perasaannya sendiri, ia akan menjadi kuat untuk lelakinya dan ia berjanji untuk itu

"Selama sekolah, boleh main handphone kan yangg? " Tanya Rinjani polos

"Boleh, kenapa emang? " Tanya Indra kembali

"Kirain kayak anak sekolah madrasah ga boleh main handphone nanti disita kalo ketauan" Ucap Rinjani terkikik geli oleh kelakuannya sendiri, membuat Indra ikut tertawa

Astagaaaa Rinjani menyukainya, suara tawa itu, pelukan hangat dan degup jantung ini, Rinjani jadi merasa serakah ia ingin memiliki semuanya














Bersambung...













Kamu dan Negara S1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang