"Lembar usang ini akan menjadi saksi bisu hitam dan putih kehidupan."
ft. Haechan & Renjun
Persahabatan yang satu-persatu hilang, impian yang selalu ditentukan, ketakutan yang selalu terbayangkan, dan orangtua yang selalu menyalahkan.
Tanukala men...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Dia terlihat bahagia hanya untuk membahagiakan orang lain."
- Lembar Usang Bab 4 -
Tanukala pikir setelah ia berhasil mendapatkan persetujuan dosen pembimbingnya untuk mempersiapkan seminar proposal lebih lanjut Papanya itu akan memberikan apresiasi yang membahagiakan, tapi ternyata ekspektasi Tanukala salah.
Ia lupa kalau sang Papa adalah tipikal orang yang lebih menyukai hasil daripada proses.
"Jangan bangga! Baru segitu saja kamu sudah berbahagia! Cepat buat powerpoint nya yang menarik dan mencakup hal-hal penting, hapalkan teori teori yang akan kamu presentasikan! Jangan terlalu berbahagia Tanu!" omel Hevan.
Pria itu masih fokus pada layar laptop. Tidak sedikitpun ia mengalihkan tatapannya ke arah Tanukala. Sepertinya Papa sedang sibuk, pikir Tanukala.
"Baik Pa."
"Satu lagi, jangan suka kelayapan seperti orang tidak punya rumah. Selain membuang waktu, kamu juga membuang hal baik yang seharusnya kamu dapatkan," ujar Hevan.
Menit setelahnya Hevan menutup laptop tersebut. Pria itu melepaskan kacamata nya kemudian barulah ia menatap Tanukala.
Lamat-lamat ia menatap putra sulungnya itu dengan tatapan tidak senang.
"Kamu denger nggak tadi Papa bilang apa?"
Spontan Tanukala menatap bingung ke arah Hevan.
"Tadi Papa bilang jangan buang-buang waktu, Tanu! Harusnya kamu bisa tahu maksudnya. Lamban sekali kamu ini, begitu saja tidak paham! Kamu itu mahasiswa! Agent of change! Jangan bikin Papa malu! Bagaimana nanti kalau kamu meneruskan perusahaan Papa? Apa kata investor ketika nanti kamu sedang rapat kerja? Mau planga-plongo seperti orang bodoh? Jangan memalukan diri sendiri! Ingat, kamu berbuat kesalahan, Papa yang akan malu Tanu!"
"Maaf Pa."
"Maaf maaf, sudah sana!!"
Tanukala langsung beralih, cowok itu melangkah menuju pintu.
"Jangan makan terlalu banyak malam ini. Kamu bisa gendut nanti dan juga segera selesaikan semuanya!" peringat Hevan pada Tanukala.
Tanpa berbalik Tanukala hanya menjawab sekenanya. "Iya Pa."
Pintu bercat coklat itu tertutup menghilangkan presensi Tanukala dari radar penglihatan Hevan.
***
Bentala langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Wajah cowok itu terlihat sangat lelah. Social battery nya sudah habis. Ia terlalu lelah hari ini. Seluruh pesanan di toko semakin banyak.