Bab 27 - Akhir Dari Kenyataan

568 70 33
                                    


⚠️cw//tw blood & death mention⚠️

Happy Reading

"Akan tetapi pada akhirnya, yang akan menjadi kenyataan ialah perpisahan itu tetap terjadi dalam bentuk apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Akan tetapi pada akhirnya, yang akan menjadi kenyataan ialah perpisahan itu tetap terjadi dalam bentuk apapun."

- Lembar Usang Bab 27 -

Situasi di rumah sakit hari itu tampak begitu sibuk. Banyak sekali pasien yang datang secara bergantian. Terlebih hari ini sepertinya baru saja terjadi kecelakaan lalu lintas yang menimbulkan beberapa korban dengan luma berat. Koridor di Unit Gawat Darurat terdengar riuh oleh beberapa alat medis.

"Dok, ini kenapa sama Tanu? Kenapa dia bisa kesakitan kayak tadi? Apa yang saya nggak tau dari dia? Tanu kenapa, Dok? Dia sakit apa?" Malik bertanya-tanya kepada Jerlando di sebelahnya.

Detik setelah Jerlando membersihkan tangannya, pria itu berbalik menghadap Malik. Dapat ia lihat ketakutan yang tampak di wajah cowok itu.

"Kamu tenangkan diri kamu terlebih dahulu. Bersihkan tangan kamu yang kena darah itu," jawab Jerlando.

Seketika Malik tersadar bahwa pada telapak tangannya terlihat darah yang sudah mengering. Ia sontak mundur beberapa langkah. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Kejadian di kampus tadi, berlalu dengan sangat cepat. Ia terlalu takut sampai lupa kejadian dimana ia melihat Tanukala muntah darah.

Beberapa saat yang lalu, tepatnya setelah Tanukala keluar dari ruang bimbingan. Cowok itu bersandar pada dinding sambil meremat perut bagian atasnya. Sesekali ia mencengkram tenggorokannya yang terasa begitu menyakitkan. Ia kesulitan bernapas. Pandangan Tanukala memburam.

Ingin sekali rasanya Tanukala berlari ke kamar mandi untuk bersembunyi. Namun kaki cowok itu terasa begitu berat untuk melangkah. Kepalanya terlalu pening dan fokusnya berbayang.

Hingga tidak lama kemudian dari ujung koridor, Tanukala dapat mendengar jelas suara Malik yang memanggilnya.

"Oi Tanu!" Dari arah berlawanan terdengar suara Malik yang memanggilnya.

Tanukala berusaha melangkah menghampiri, namun baru saja dua langkah pertahanan cowok itu kalah. Tanukala jatuh terduduk di lantai sambil mengerang tertahan.

Melihat sahabatnya yang jatuh seperti itu, membuat Malik kaget bukan main. Ia langsung berlari menghampiri Tanukala untuk kemudian mencengkram kedua pundak Tanukala.

"Nu, lo kenapa??" Malik bertanya.

"Bawa... gu-gue... ke-keluar... Mal." Tanukala dengan susah payah berujar.

Malik hanya menurut. Ia memapah Tanukala untuk keluar dari gedung tersebut. Banyak beberapa mahasiswa yang kala itu melintasi koridor menatap ke arah Tanukala. Sebagian dari mereka bertanya-tanya mengapa seorang Tanukala bisa terlihat begitu kesakitan?

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang