Bab 16 - Fase Terburuk

461 66 54
                                    

⚠️cw//tw contain suicide and mental illness ⚠️

Happy Reading

"Tuhan tahu rasa sakit mu, Tuhan juga tahu kamu lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan tahu rasa sakit mu, Tuhan juga tahu kamu lelah. Tapi tolong jangan pulang dulu."

- Lembar Usang Bab 16 -

Setelah kejadian pagi tadi, dimana Tanukala melihat banyak rambut rontok pada telapak tangan. Tidak satupun perasaan tenang mengetuk hatinya. Tanukala  sangat takut akan sesuatu hal yang tidak pernah benar-benar ia siap kedatangannya. 

Di dalam pikirannya, mungkin setelah ini akan ada hal yang jauh lebih menyakitkan dan menakutkan. Mungkin setelah ini penyakit yang berkembang di dalam dirinya akan semakin menyebar dan sudah tidak bisa lagi untuk disembuhkan. 

Tanukala takut. Ia belum siap. Namun, inilah kenyataan yang saat ini tengah ia lalui. Berperang melawan kanker yang tidak pernah Tanukala inginkan dalam hidupnya. 

Di tengah hiruk pikuk dunia, di tengah proses nya yang berjuang untuk mendapatkan gelar di  nama belakangnya, mengapa semesta harus memberikan cobaan sebesar itu? Terkadang Tanukala berpikir, kehidupan seperti apa yang ia lalui sebelumnya hingga membuat hidupnya saat ini begitu sangat berat? Apa yang harus ia lakukan agar semua penderitaan dan beban yang selama ini ia pikul akan lepas dengan damai. Tanukala tidak tahun, ia  benar-benar sudah ada di ambang ketakutan setengah mati. 

"Nu, hoi!" Tanukala tersentak begitu Malik menoyor pundaknya.

Sudah hampir lima menit yang lalu Malik bercerita tentang kesehariannya selama magang, namun tidak ada satupun respon yang ia dengar dari Tanukala. Sahabatnya itu hanya duduk diam di kursi taman pekarangan kampus dengan tatapan kosong. Sesekali ia mendengar Tanukala menghela napas panjang. 

"Ha?"

"Lo kenapasi? Dari tadi gue liat-liat ngelamun aja," sahut Malik jengah. 

 Yang Malik lihat dari Tanukala hari ini adalah sisi paling murung yang pernah ia lihat dari Tanukala. 

"Mal,  orang kanker tu bisa sembuh nggak si?" tanya Tanukala tiba-tiba. Mendengar itu kening Malik mengerut bingung. 

"Tergantung si, setau gue kalau orang kanker itu kan ada stadiumnya," jawab Malik.

"Stadium dua, Mal."

Malik terdiam seraya menyentuh dagunya dengan jari telunjuk. Ia terlihat tengah menimang jawaban yang tepat dan benar.  

"Menurut gue si lima puluh banding lima puluh. Soalnya  penyakit kanker itu kan ada empat stadium setau gue, jadi kalau ditanya sembuh apa nggak ya fifty fifty," jelas Malik setelah memikirkan jawaban yang pas. 

Tanukala menghela napas panjang. Cowok itu terlihat mengangguk kecil. 

"Kenapa emang? Siapa yang sakit kanker?" 

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang