Bab 26 - Usaha Terakhir

557 69 29
                                    

⚠️cw//tw blood scene⚠️

Happy Reading

"Karena berdamai tidak semudah merelakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Karena berdamai tidak semudah merelakan."

- Lembar Usang Bab 26 -

Menangis pada kesendirian yang tidak pernah diapresiasi adalah salah satu hal yang selalu Tanukala alami dalam hidupnya. Menyedihkan rasanya setiap kali ia berusaha memperbaiki atau mendapatkan sesuatu, namun tidak ada satupun kalimat dambaan yang terucap dari mulut sang Papa. Tanukala tidak pernah meminta apapun. Ia hanya ingin dihargai, dibanggakan, disayangi, dan diapresiasi. Hanya itu, tapi mengapa rasanya begitu sulit ia mendapatkan hal-hal yang diinginkan?

"Nak Tanu, tidak apa-apa? Pipinya mau Bibi kompres tidak?" Sebuah tepukan lembut  membuat Tanukala terkesiap. Dengan cepat ia menyeka air matanya. 

"Tanu nggak apa-apa, Bi. Masakan Mama di meja tolong disimpan di rak ya Bi. Nanti Tanu chat Papa, biar kalau lapar Papa tau ada makanan di rak," jawab Tanukala tanpa menatap Bi Rahmi. Cowok itu tidak berani menatap wajah asisten rumah tangganya. 

"Nak Tanu--"

"Tanu nggak apa-apa Bi, beneran deh. Bibi tenang aja." selak Tanukala berusaha meyakinkan Bi Rahmi. 

"Yasudah sekarang nak Tanu istirahat di kamar saja, kalau butuh apa-apa teriak atau telepon Bibi ya?"  Tanukala mengangguk ala kadarnya. 

"Tanu ke kamar dulu, Bi. Makasih banyak."

Setelah itu ia melangkah menaiki anak tangga satu-persatu secara perlahan.  Pada saat ia hendak ingin menginjak anak tangga terakhir, Tanukala berhenti sejenak seraya berpegangan erat pada railling tangga. Dadanya terasa sedikit sesak dari sebelumnya.  Perlahan ia menarik napas dalam lalu menghembus pelan. Hingga dirasa alur napasnya mulai membaik, Tanukala melanjutkan langkahnya.

Pada saat ia membuka kamar, salah satu benda yang dapat ia lihat adalah bingkai foto sang Mama yang tersimpan di atas nakas sebelah kasur. Hatinya bergemuruh saat itu juga. Ada perasaan yang tidak dapat Tanukala deskripsikan secara khusus. Yang terjadi hari ini terlalu pelik dan rumit. Ia bahagia namun terasa hampa akibat kenyataan yang baru saja ia terima. 

Perlahan Tanukala masuk ke kamar, aroma kopi di dalam kamar tersebut dapat Tanukala cium. Sudah lama sekali rasanya ia tidak mencium aroma khas kamarnya. Tidak ada satupun yang berubah dari dalam kamarnya. Semuanya masih berada di tempat masing-masing. 

Pada saat ia duduk di kursi belajarnya, sebuah pesan masuk terlihat pada notifikasi di layar ponselnya. 

Prof. Ab
| Maaf saya baru baca pesan dari kamu, hari Jum'at saya tunggu di ruangan seperti biasa. Jangan lupa bawa berkas yang diperlukan dan juga pastikan skripsi kamu telah rampung tanpa ada satupun kesalahan. Semoga berhasil!
17.55

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang