Happy Reading
"Orang dewasa hanya berpikir tentang pilihan terbaik dengan cara mengambil keputusan secara sepihak tanpa memikirkan akibatnya terhadap orang di sekitar."
- Lembar Usang Bab 19 -
Surai hitam legam Bentala tertiup angin. Matanya menyipit menatap lurus pemandangan gedung-gedung tinggi menjulang. Langit tampak mengabu memberi pertanda yang sepertinya hujan akan segera turun. Di rooftop rumah sakit itu, masih terlihat sosok pemuda yang memakai pakaian pasien putih duduk di kursi rooftop yang menghadap ke arah barat pemandangan kota metropolitan.
Di sebelahnya terdapat seorang pria paruh baya yang memegang tongkat dengan pundak yang sedikit membungkuk. Pria itu berkali-kali menghela napas berat di sebelah Bentala sambil terdiam merenungi kesalahan.
"Saya minta maaf." Kalimat pertama terlontar dari mulut Wijaya setelah bermenit-menit ia bungkam.
Ia tertentuk kembali menghela napas berat. "Saya tahu saya telah membuat kalian berdua kesulitan selama ini. Saya... benar-benar minta maaf dengan kamu Bentala."
"Hampir selama dua puluh tahun, saya lepas dari tanggung jawab. Saya... membiarkan kamu begitu saja meskipun saya tahu, kamu juga salah satu darah daging saya. Saya sungguh minta maaf," ucapnya dengan parau.
Bentala masih diam membeku dengan tatapan kosong. Matanya sembab dengan air mata yang terus saja menetes. Hatinya begitu sakit mendengar permintaan maaf itu, ia ingin memberontak, namun Bentala sama sekali tidak sanggup.
"Selama dua puluh tahun lebih Astri berusaha menghubungi saya, dia selalu mengirimkan email dan meminta saya untuk membawa kamu. Tapi... kala itu saya benar-benar tidak memiliki keberanian. Saya tidak bisa... saya terlalu takut untuk menyakiti istri saya, saya juga nggak-"
"Dan Bapak memilih untuk membiarkan Tala dan Mama dengan setumpuk lukanya?" pungkas Bentala memotong pembicaraan.
"Egois."
"Bentala, saya bukan bermaksud untuk seperti itu, saya.. saya hanya berusaha untuk mempertahankan pilihan terbaik kala itu." Wijaya gugup.
"Pilihan terbaik? Untuk siapa? Untuk saya sama Mama atau, hanya untuk kalian?" tanya Bentala.
"Yang Bapak lakukan itu cuma bisa lari dari tanggung jawab setelah Bapak bersenang-senang, kemudian... Bapak menganggap itu semua sebagai kesalahan. Bapak biarin orang-orang mencaci maki Tala."
"Hampir setiap hari... Tala denger kalimat itu, semua orang menganggap Tala... sebagai anak haram... semua orang... semua orang bilang kalau Tala cuma kesialan dari kesalahan..." Bentala menarik napas dalam untuk mengisi ruang paru-paru nya yang terasa begitu sesak.
"Setiap hari... Tala berharap bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang Ayah... Tapi... tapi yang Tala dapet cuma rasa sakit atas semua amarah dari orang dewasa. Dihina, dipukul dan dibentak. " Bentala terisak. Tangisnya semakin deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Usang [SELESAI]
Teen Fiction"Lembar usang ini akan menjadi saksi bisu hitam dan putih kehidupan." ft. Haechan & Renjun Persahabatan yang satu-persatu hilang, impian yang selalu ditentukan, ketakutan yang selalu terbayangkan, dan orangtua yang selalu menyalahkan. Tanukala men...