Bab 10 - Tidak Ada yang Baik-Baik Saja

615 79 70
                                    


⚠️tw+cw//blood//mental illness ⚠️

"Ada jiwa yang selama ini merasakan takut akan masa lalu, trauma, maupun takut mengecewakan orang lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada jiwa yang selama ini merasakan takut akan masa lalu, trauma, maupun takut mengecewakan orang lain."

-Lembar Usang Bab 10-

Mungkin bagi sebagian orang ada yang menganggap bahwa badai di isi kepala hanyalah angan-angan yang terlalu berlebihan. Mungkin pula bagi sebagian orang ada yang menganggap bahwa mencari tenang di malam hari adalah hal yang berlebihan. Namun, percayalah perasaan khawatir dan ketakutan yang bergerumul di dalam isi kepala rasanya sangat menyesakkan.

Seperti malam ini, Bentala bersumpah tidak ada satupun ketenangan yang ia dapatkan. Kepalanya ramai, berisik, dan penuh dengan ketakutan. Ada banyak bisikan dan ingatan yang membuat jiwanya sakit. Hatinya sesak seakan diikat oleh tali tambang besar.

Malam ini, kenyataan baru saja membangunkan imajinasi Bentala. Selama tiga tahun ia menganggap bahwa sang Mama sedang sibuk mengurusi pekerjaannya di Vietnam. Bentala tidak pernah mengingat kejadian dimana ia pernah menangis histeris pada saat ia datang ke tepi pantai bersama sang Tante untuk menaburkan bunga sebagai bentuk perpisahan. Ia lupa bahwa dirinya pernah meminta laut untuk mengembalikan sang Mama. Ia lupa rasa sakitnya tiga tahun lalu.

Setelah kepergian sang Mama, Bentala benar-benar hancur sehancur-hancurnya. Ia lebih suka melamun lalu tiba-tiba menangis dan saat malam tiba ia menjadi lebih agresif. Bukan hanya tangisan melainkan jeritan akan rasa sakit dari trauma yang pernah ia alami di rumah maupun di sekolah. Dan memang benar, Bentala pernah nyaris untuk menyerah pada takdir.

Namun, hal itu dapat ditangani ketika salah seorang keluarga dari Ibu Bentala yang berkenan untuk merawat Bentala. Kemudian cowok itu segera dibawa ke psikolog dan psikiater untuk melakukan pengobatan. Awalnya semua tidak berjalan baik, sampai sang Tante ingin merujuk Bentala agar dirawat di rumah sakit jiwa namun setelah menimbang alangkah baiknya Bentala tetap ada pada pengawasan sang Tante.

Butuh satu tahun sampai pada suatu ketika, Bentala dengan bahagia berkata kepada sang Tante.

"Hari ini Tala mau kasih kabar ke Mama, tante masak rendang, opor, sama beli ketupat. Makanannya enak banget!"

Mendengar itu hati Luna mencelos.

"Emangnya Tala tahu dimana Kakak Tante?"

Bentala dengan cepat mengangguk. "Tau! Mama kan lagi kerja di Vietnam, lagi mengurus bisnisnya di sana. Semalam Mama telepon Tala, katanya Mama baik-baik aja di sana," jawabnya.

Mata Luna sontak berkaca-kaca. Detik itu juga ia langsung memeluk Bentala seerat mungkin.

"Kamu anak baik Tala, Mama mu pasti bangga dengan kamu," gumam Luna.

Bentala hanya tersenyum simpul. Dan sejak hari itu, setiap kali Bentala memfoto seluruh kegiatannya, maupun hasil masakan sang Tante lalu mengirimkannya ke WhatsApp, Luna tidak pernah memberikan komentar apapun. Biarkan Bentala menganggap seperti itu, mungkin memang itu cara Bentala membatasi abtara realita yang penuh dengan lara dengan imajinasi yang penuh dengan suka cita.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang