Bab 11 - What If I Can't?

545 64 101
                                    

⚠️ Trigger Warning ⚠️

Happy Reading

"Pertanyaan-pertanyaan yang berkelana di pikirannya berhasil membuat perasaannya khawatir bukan main

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pertanyaan-pertanyaan yang berkelana di pikirannya berhasil membuat perasaannya khawatir bukan main. Mungkinkah ia bisa?"

- Lembar Usang Bab 11 -

Derap langkah terdengar memekak memecah hening koridor rumah sakit. Terlihat seorang pria yang berjalan terburu-buru sambil memakai jas Snelli nya. Setibanya di Unit Gawat Darurat, ia langsung menggunakan hand sanitizer sebelum memberikan tindakan untuk pasien.

"Denyut jantung pasien lemah, Dok."

Jerlando menghela napas panjang. Ia memeriksa terlebih dahulu tubuh Tanukala menggunakan stetoskop sebelum akhirnya memberikan instruksi kepada seluruh perawat.

Sementara tidak jauh dari brankar terlihat Hevan yang tak kunjung mengalihkan atensinya. Kedua telapak tangannya tanpa sadar menyatu, dalam hati ia berdoa kepada Tuhan. Entah mengapa, hatinya merasa sesak.  Sebelumnya Hevan tidak pernah ada di posisi ini, ia tidak pernah menyangka melihat putra sulungnya tengah ditangani oleh staff medis.

"Sesakit apapun itu, tolong bertahan Tanu." Hevan berujar dalam hati.

Suara mesin EKG dapat Hevan dengar dengan jelas. Pria itu menatap cemas lengkungan garis hijau yang membentuk seperti rumput.

Setelah hampir setengah jam menunggu dan berdiri tidak jauh dari brankar, Jerlando terlihat  melangkah ke arahnya. Pria itu berjalan seraya melepas sarung tangan dan juga maskernya.

Tatapannya dingin dan mencekam. Terlihat sorot amarah yang tidak dapat Jerlando sembunyikan. Hevan sadar akan hal itu.

Jerlando berdiri di hadapan Hevan. Untuk beberapa saat ia menatap dingin netra Hevan. Sungguh, perasaannya sangat campur aduk. Kalau saja saat ini ia sedang tidak bertugas, atau mungkin tidak menjadi seorang dokter Tanukala, Jerlando akan bersungguh-sungguh akan meninju wajah pria di hadapannya. Tidak peduli seberapa berpengaruhnya Hevan di dunia bisnis. Yang jelas ia sangat marah.

Meskipun Tanukala bukan putranya, tapi ia tahu bagaimana rasanya melihat putra kesayangannya mengalami sakit yang bertubi-tubi. Rasanya sangat menyesakkan. Terlebih ketika rasa penyesalan dalam dirinya semakin besar saat melihat Bastara masuk ke ICU.  Jerlando tahu bagaimana rasanya.

Dan juga ada alasan mengapa Jerlando ingin sekali menyembuhkan Tanukala, semua karena permintaan Bastara.

Ingat terakhir kali Bastara berbisik kepada dokter nya dan meminta untuk mengirimkan beberapa email? Dalam email itu, terdapat beberapa permintaan yang Bastara ketik. Ia juga mengetikkan beberapa permintaan untuk sang Papa.

From : bastaraaaa000@gmail.com
To : tnjerlando@gmail.com

Pa, kalau suatu hari nanti email ini udah masuk ke email Papa berarti Bas udah ada di tempat lain sama Mama.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang