Bab 14 - Pasti Bisa (Mungkin)

527 69 49
                                    


⚠️cw//tw suicide+mental illness ⚠️

Happy Reading

"Anak sepuluh tahun itu masih mencari dan menunggu Bunda nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anak sepuluh tahun itu masih mencari dan menunggu Bunda nya."

-Lembar Usang Bab 14-

Nabastala tampak mengabu di perbatasan ufuk barat. Derap langkah diiringi dengan berbagai suara decit roda brankar dengan beriringan terdengar menggema di seluruh koridor rumah sakit. Aroma khas obat-obatan tercium semerbak pada indera penciuman.

Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore. Di sudut ruang Unit Gawat Darurat itu terkapar jiwa seseorang lelaki yang beberapa jam lalu ditangani. Kedua maniknya masih terpejam dengan masker oksigen. Cairan infus yang tergantung sudah tersisa setengah.

Di sana, dia sendiri. Terbaring pada pembaringan yang tidak ditemani oleh siapapun di sebelahnya. Hanya dia.

Perlahan namun pasti kedua kelopak matanya terbuka. Netra legamnya berkedip perlahan ketika cahaya lampu langsung menabrak pupil matanya.

Detik kemudian seorang perawat perempuan yang hendak memeriksa keadaan Tanukala, secara spontan mendelik. Ia bergegas langsung memanggil dokter yang menangani. Beberapa menit setelahnya Jerlando datang bersama Celion. Mereka menghela napas lega. Raut wajahnya tampak sedikit tenang dari sebelumnya.

Dokter yang dipanggil oleh sang perawat langsung memeriksa keadaan Tanukala.

"Bagaimana keadaannya, Dok?" tanya Celion tidak sabar. Jerlando melirik sekilas ke arah cowok itu.

"Keadaannya mulai membaik, hanya saja pasien masih perlu penanganan lebih lanjut terkait penyakit yang diderita. Perlu dibutuhkan beberapa pemeriksaan lebih mendalam terkait sel sel kanker yang ada di dalam diri Pasien."

Dokter tersebut menatap ke arah Jerlando. "Untuk selanjutnya Pasien akan lebih sering mengalami keluhan rasa sakit di area tenggorokan, tengkuk, dan juga bagian ulu hati. Saya harap setelah ini, pasien mendapatkan penanganan dengan baik. Lakukan kemoterapi dengan teratur dan pastikan pola hidup pasien sehat," pesannya.

Lelaki yang memakai kacamata itu mengangguk lalu menjulurkan sebelah tangannya untum berjabat tangan. "Baik terima kasih banyak atas pesannya, Dokter Rian."

"Saya permisi."

"Selamat bertugas kembali."

Dokter bernama Rian itu segera beralih ke brankar di sebelah Tanukala-meninggalkan Jerlando dan Celion di tengah kesibukan ruang Unit Gawat Darurat sore itu.

Sesaat setelah mereka menatap kepergian Dokter tersebut, atensi Jerlando kembali tertuju ke arah brankar. Manik legamnya sontak mendelik ketika melihat Tanukala berusaha untum duduk dari brankar seraya melepas masker oksigennya.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang