Bab 23 - Garis Kisah Kehilangan

473 64 25
                                    

️⚠️cw//tw⚠️

Happy Reading

"Tuhan atur saja baiknya gimana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tuhan atur saja baiknya gimana."

— Lembar Usang Bab 23 —

"You'll go after me." Tanukala berujar dalam hati seraya tersenyum menatap langit.

Manik legamnya tampak berkilau saat melihat kilau matahari yang terlihat begitu menakjubkan di penghujung barat. Sementara di sebelah Tanukala, Bentala sibuk dengan pikirannya yang riuh. Ia sedari tadi menunduk seraya memainkan pasir di kakinya.

"Kira-kira gue bisa bahagia lagi nggak ya?" Tiba-tiba Bentala bertanya dengan lirih.

Sontak Tanukala menoleh dengan alis yang terangkat menatap bingung. Ucapan Bentala tidak begitu terdengar olehnya.

"Ha? Lo ngomong sesuatu?"

"Bahagia Can."

Seolah paham maksud dari kalimat singkat yang dikatakan oleh Bentala, Tanukala langsung mengangguk kontras.

"La, bahagia itu nggak bisa ditargetkan. Kata bahagia menurut gue adalah sesuatu hal yang punya makna sendiri tentang sesuatu hal yang bikin bikin lo senang dalam waktu tertentu. Sederhananya bahagia itu, sesuatu yang bisa bikin lo lupa tentang masalah lo." Tanukala menjawab dengan bijak.

"Contohnya ketika lo senang dengan pekerjaan lo, jadi seorang designer dan membuka butik, lo gambar semua pakaian yang diminta oleh customer, mengarahkan para pekerja yang kerja di butik lo, lo arahin mereka dengan baik, dan dengan begitu lo bisa lupa dengan masalah lo. Lo menikmati pekerjaan lo dengan baik dan lo senang bukan ketika melakukan pekerjaan itu?"

"Ya, i'm happy."

"That's happiness. Kebahagiaan bukan sesuatu hal yang punya tolak ukur sendiri dengan mensyaratkan sesuatu kejadian yang bisa bikin lo ketawa lepas. If you enjoy with your activities that's happiness."

"Jadi La,  pada intinya lo bisa bahagia kapanpun itu. Entah dengan orang lain, dengan diri lo sendiri, dengan pekerjaan lo sendiri, ataupun dengan setiap waktu luang yang lo punya," imbuh Tanukala.

"Bijaksana nya orang mau lulus ternyata ampuh juga," ledek Bentala seraya tertawa kecil.

"Iyalah, siapa dulu."

"Orang ambis." Tanukala terkekeh mendengarnya.

"La."

"Apa?"

"Lo... udah ikhlas sama semua yang  terjadi?" Tanukala bertanya dengan ragu.

Bentala menghela napas.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang