⚠️cw//tw suicide+blood⚠️
Happy Reading
"Percayalah dunia terasa sangat menyeramkan ketika tidak ada satupun orang yang mau menerima kehadirannya. Sudah begitu banyak penolakan yang ia dengar. Maka hari ini, bolehkah ia menyerah sekali lagi untuk selamanya?"
— Lembar Usang Bab 18 —
Derit roda tiang infus terdengar berdenyit setiap langkah memecah keheningan di sepanjang koridor rumah sakit. Seorang pemuda yang memakai baju pasien berwarna putih itu terlihat melangkah di tengah koridor lantai enam belas. Nyaris seluruh koridor dari ujung ke ujung tampak sepi, hanya ada beberapa perawat dan dokter yang keluar masuk dari kamar satu ke kamar lainnya.
Sudah hampir satu jam sejak Bentala sadar, namun sepertinya masih belum ada tanda-tanda seseorang akan datang menemaninya di kamar. Bentala terlalu bosan di sana.
Sejujurnya ia bukanlah tipikal orang yang menyukai sepi seperti orang introvert yang suka mengurung diri di dalam kamar.
Sebab setiap kali ia sendiri pikiran-pikiran berkecamuk yang rumit itu terus saja bergerumul di dalam kepalanya. Bentala tidak suka.Namun, nyatanya ia justru mengurung diri selama hampir sebulan. Bentala terlalu takut keluar kamar untuk beraktivitas. Ia takut bertemu dengan sang ayah, ia takut jika nanti ayahnya itu akan datang ke butiknya hanya untuk mengganggu ketenangan hidup Bentala. Itulah sebabnya Bentala memilih untuk mengurung diri di rumah.
Namun sial, ternyata memang benar berteman dengan sepi secara perlahan akan membunuh kewarasannya. Pikirannya yang berisik itu berhasil membuat Bentala kalah.
Sejujurnya sampai detik ini, Bentala benar-benar tidak memiliki harapan apapun. Jika ada, itu pun tidak jauh dari keinginannya sejak dulu yang ingin melihat Tanukala memakai toga di hari kelulusan. Ia bersungguh-sungguh menginginkan hal itu.
Tapi ternyata, selama perjalanannya orang yang diharapkan sudah jarang sekali menghubungi Bentala. Tanukala sibuk dengan dunianya, Tanukala sibuk dengan teman kampusnya, Tanukala sibuk dengan skripsi.
Selama menunggu lift terbuka, Bentala mengeluarkan ponselnya dari dalam saku baju. Ia menatap roomchat nya dengan Tanukala. Chat terakhirnya benar-benar tiga minggu yang lalu dan itupun chatnya hanya dibaca tanpa dibalas apapun.
Bentala mulai mengetik sesuatu di layar ponsel.
"Can, lagi apa? Sibuk? Gue... sakit Can."
Bentala termangu membaca kalimat yang ia ketik. Untuk sesaat ia merasa ragu, haruskah ia mengirim chat seperti ini? Ia takut mengganggu kesibukan Tanukala. Hingga pada akhirnya Bentala memutuskan untuk menghapus seluruh kalimatnya, menyisakan satu kata pertama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Usang [SELESAI]
أدب المراهقين"Lembar usang ini akan menjadi saksi bisu hitam dan putih kehidupan." ft. Haechan & Renjun Persahabatan yang satu-persatu hilang, impian yang selalu ditentukan, ketakutan yang selalu terbayangkan, dan orangtua yang selalu menyalahkan. Tanukala men...