⚠️Cw//tw⚠️
Happy Reading
"Waktu memang sudah berlalu, tapi tidak dengan trauma masa lalu."
—Lembar Usang Bab 7—
Empat tahun lalu Bentala pernah benar-benar berharap agar ia bisa mendapat rumah yang ramah saat ia berada di titik paling bawah. Empat tahun yang lalu Bentala pernah merasa hilang arah. Bahkan empat tahun yang lalu ia pernah ingin menyerah.
Sungguh tidak mudah hidup di antara ketakutan berisiknya rumah. Tidak mudah ketika hadirnya tidak pernah dianggap ada di mata sang ayah. Tidak mudah untuk tetap terlihat tegar di tengah lingkungan sekolah yang tidak pernah mau menerimanya.
Dalam hati, Bentala selalu berujar mungkin memang ini cara terbaik semesta menunjukkan kasih sayangnya, mungkin memang ini jalannya, namun tidak bisakah bahagia sekali saja datang ke hidupnya?
Dan Tuhan memang Maha Mendengar, ia mendapat jawab atas permintaannya dengan waktu dan yang tidak pernah ia duga. Tuhan mempertemukan dia dengan manusia-manusia baik yang sama-sama menginginkan rumah yang ramah.
Bentala ingat tempat pertama kali ia bertemu dengan Naskara dan Bastara. Di tempat pemakaman umum, tepat di depan pusara sang nenek ia menangis dan menyalahkan diri atas kehadirannya yang tidak pernah diinginkan oleh siapapun.
Bastara menjadi orang pertama yang mau berbicara dengannya. Sahabatnya itu bahkan memberikan sebuah sticky note berwarna dan pulpen kepada Bentala. Hingga tanpa sadar, hal itu menjadi sebuah kebiasaan baru bagi Bastara. Cowok itu akan menjadi orang pertama yang datang, duduk di sebelahnya tanpa berbicara apapun, lalu memberikan sebuah sticky note berwarna.
Haa... Bentala sungguh merindukan sahabatnya yang bernama Bastara. Sudah empat tahun, tapi rasanya baru kemarin ia mengantar Bastara pulang. Waktu terlalu cepat bergulir. Atau mungkin memang Bentala saja yang masih ada di tempat yang sama?
Helaan napas panjang melongos dari mulut lelaki itu. Ia menengadah menatap langit.
"Bas, apa kabar? Udah lama gue nggak denger suara heboh lo di telepon tengah malem, udah lama gue nggak dapet sticky notes dari lo, pulpen yang waktu itu mau gue balikin masih ada di tempat pensil, Bas. Tinta nya udah habis empat tahun lalu," gumam Bentala.
Telapak tangannya menggenggam sebuah sticky notes berwarna kuning yang tersisa sedikit.
"Buku gambar yang pernah lo kasih juga udah habis lembarannya. Persis kayak masa lo yang udah habis."
Sepoi angin bertiup menerpa pori-pori wajahnya. Lelaki yang memakai kaos berwarna kuning dengan tas coklat susu kesukaannya itu terlihat tengah duduk seorang diri di taman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Usang [SELESAI]
Fiksi Remaja"Lembar usang ini akan menjadi saksi bisu hitam dan putih kehidupan." ft. Haechan & Renjun Persahabatan yang satu-persatu hilang, impian yang selalu ditentukan, ketakutan yang selalu terbayangkan, dan orangtua yang selalu menyalahkan. Tanukala men...