️⚠️cw//tw⚠️
Please correct me if i wrongHappy Reading
"Untuk kamu yang masih berjuang, terima kasih karena sudah bertahan sampai sejauh ini."
- Lembar Usang Bab 22 -
Sore ini tidak ada yang lebih indah daripada langit kemarin. Perpaduan warna oranye dengan biru tampak begitu indah memikat netra bagi semua insan penikmat senja. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, cahayanya berpendar meredup secara perlahan beriringan dengan suara adzan Maghrib yang berkumandang.
Di ruang inap Tanukala, terlihat seorang wanita berpakaian kasual sederhana berwarna coklat susu yang sedari tadi duduk di sebelah brankar sambil mengusap punggung tangan kanan Tanukala. Wanita itu terlihat begitu cemas. Dokter bilang kemungkinan besar setelah Tanukala melakukan kemoterapi akan ada efek samping. Namun bukan hanya itu yang ia khawatirkan, melainkan keadaan Tanukala yang semakin hari semakin sulit untuk ditebak. ia khawatir kemoterapi ini akan semakin menyiksa Tanukala.
"Ssh.."
Terdengar Tanukala yang berdesis. Ia sedikit meliyukkan tubuhnya-merasa tidak nyaman. Kelopak mata cowok itu perlahan terbuka. Napasnya menghela dengan berat.
Sontak ia bangkit dari kursi untuk kemudian mengusap puncak kepala Tanukala.
"Tanu kamu sudah sadar? Apa yang kamu rasa?"
Ucapannya terdengar mengalun dengan sangat pelan dan sedikit berdenging di telinga Tanukala. Tangan cowok itu meremat perut bagian atasnya. Tanukala merasa tidak nyaman pada perut bagian atas.
"Apa yang kamu rasakan? Bilang sama Mama," ulangnya.
Perlahan kelopak mata Tanukala terbuka. Keningnya sedikit mengerut ketika merasakan sesuatu yang begitu menyiksa di dalam tubuh. Samar-samar ia dapat melihat seorang wanita dengan rambut legam sebahu yang tengah menatap khawatir.
Napas Tanukala tercekat. Ia mengerang tertahan.
"Sayang... sebentar Mama panggilkan dokter. Tunggu sebentar."
"Ma-ma?" Ia melirih.
Di sebelah Tanukala ia mengangguk cepat. Manik legam wanita itu berkaca-kaca menahan tangis.
"Iya Mama... Mama di sini, di samping kamu," jawabnya.
Cowok itu mengerjap pelan seraya membenarkan posisinya agar bisa menghadap ke arah sang Mama. Dibuka oleh Tanukala masker oksigen yang membantunya untuk bernapas.
"Ma-ma..." Tanukala mengulas senyum. Meski ia tidak begitu bisa melihat jelas wajah cantik yang selama ini ia rindukan, namun hatinya merasa begitu bahagia ketika mendengar suara khas yang selama ini ingin sekali ia dengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembar Usang [SELESAI]
Teen Fiction"Lembar usang ini akan menjadi saksi bisu hitam dan putih kehidupan." ft. Haechan & Renjun Persahabatan yang satu-persatu hilang, impian yang selalu ditentukan, ketakutan yang selalu terbayangkan, dan orangtua yang selalu menyalahkan. Tanukala men...