Bab 13 - Dia Sakit

731 74 37
                                    

⚠️Cw//Tw⚠️

Happy Reading

"Tidak semua pertemuan memberikan kesan indah, terkadang pertemuan itu bisa dalam bentuk luka abadi yang tidak diketahui oleh siapapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Tidak semua pertemuan memberikan kesan indah, terkadang pertemuan itu bisa dalam bentuk luka abadi yang tidak diketahui oleh siapapun."

- Lembang Usang Bab 13 -


Jauh sebelum hari-hari dimana bangunan yang disebut rumah itu berubah menjaga jeruji yang mendekam raga seorang anak lelaki pertama harapan keluarga, di dalamnya terdapat sebuah keluarga kecil yang hidup dengan bahagia. Sangat bahagia. Sampai mereka lupa untuk mengemas kemungkinan-kemungkinan perpecahan yang akan datang. Mereka lupa untuk mempersiapkan diri atas segala lara yang tidak tahu kapan akan datang bertamu.

Hingga suatu hari, tepatnya pada pukul tiga dini hari dua orang dewasa itu saling melontarkan seluruh keluh kesah yang telah lama mereka pendam. Mereka saling memuaskan amarah dan argumen masing-masing. Di tengah pagi buta, ketika sang suami baru saja tiba dari kantor yang kala itu masih menjadi perusahaan start-up.

"Kamu itu nggak lebih daripada manusia egois yang selalu menginginkan kesempurnaan! Kamu hanya manusia yang peduli dengan sesuatu hal yang sifatnya sementara, Mas!" Perempuan dengan rambut ikal sebahu itu menatap penuh amarah Hevan.

"Iya saya egois! Saya seperti ini juga untuk kalian!" bentak Hevan tidak mau kalah.

"Untuk kita atau untuk kepuasan diri kamu?!"

Hevan bungkam.

"Lihat, kamu kikuk! Kamu itu serakah! Kamu selalu menuntut aku ini dan itu, kamu selalu maksa aku untuk tetap lakuin semua yang kamu mau! Kamu selalu menginginkan segala sesuatu dengan hasil yang sempurna. Aku muak! Setiap aku salah, kamu tanpa segan bentak-bentak aku, selalu bilang aku nggak bisa ngapa-ngapain. Aku muak, Mas! Aku capek!"

"Oh jadi maksud kamu, di sini saya yang salah?" Hevan melangkah memperkecil jarak dengan sang istri.

"Berhenti salahin aku, Mas! Karena memang kamu yang bermasalah! Aku capek!"

Hevan langsung menangkup kedua pipi Rianti dengan satu tangan. Manik legamnya mendelik denegan napas menggebu. Jujur malam ini Hevan sudah sangat lelah setelah ia bertarung dengan setumpuk proposal yang akan diajukan untuk menarik investor.

Kalau saja malam ini kondisi rumah rapi, tidak banyak mainan yang bertebaran di lantai, tidak banyak sampah remahan makanan di lantai, mungkin Hevan tidak akan semarah ini di awal.

"Saya lebih capek, Rianti!!!" Pria itu benar-benar ada di ujung kesabarannya.

Rianti menepi kasar tangan Hevan dari pipinya. Dengan gusar ia mengusap gelinangn air matanya yang nyaris menetes dari sudut pelupuk mata.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang