Bab 21 - Padam Asa

435 71 29
                                    


⚠️ Trigger Warning⚠️

Happy Reading

"Harapan yang selalu ia harapkan itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu atas ketidakberdayaan yang menimpa kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Harapan yang selalu ia harapkan itu perlahan memudar seiring berjalannya waktu atas ketidakberdayaan yang menimpa kehidupan."

-Lembar Usang Bab 21-


Malam ini hujan dengan deras turun, rintiknya terdengar deras memecah belah keheningan malam. Kilat tampak menggelegar di langit. Angin bergemuruh dengan kencang di luar.

Waktu menunjukkan pukul satu malam dini hari, di tengah keheningan malam itu terlihat Tanukala yang masih terbangun. Lelaki itu duduk bersandar pada brankar dengan tatapan kosong menatap ke arah Bi Rahmi dan Abel yang tertidur di sofa.

Hatinya mencelos melihat sang adik yang seharian ini hanya menangis setiap kali melihat dirinya. Tanukala tidak tega, namun ia tidak bisa berbuat banyak. Kalimat yang selalu Tanukala ucapkan kepada Abel seolah tidak mempan untuk perempuan itu, Abel tetap akan menangis.

Tanukala menghela napas berat. Sebelah tangan kanannya ia letakkan di atas mata. Beberapa saat yang lalu, dokter Jerlando datang untuk sekadar mengajaknya berbicara. Tentang banyak hal, salah satunya tentang kondisi tubuhnya.

Dokter Jerlando bilang, saat ini ia benar-benar harus fokus untuk pengobatan dan lebih banyak istirahat.

"Saya boleh berbicara dengan kamu?" tanya Jerlando. Tanukala langsung mengangguk menyetujui.

Kemudian pria itu beralih untuk mengecek cairan infus Tanukala.

"Keadaan kamu saat ini benar-benar membutuhkan banyak pengawasan dari saya sebagai dokter kamu. Sebaiknya kamu fokus untuk pengobatan, lakukan kemoterapi dengan rutin, minum obat setiap hari, dan banyak istirahat," saran Jerlando.

"Saya tahu kamu pasti akan menolak saran dari saya. Tapi Tanu, ada satu hal yang harus kamu ingat, kalau di hidup kamu bukan hanya tentang gelar. Ada orang-orang yang menaruh harap sama kesembuhan diri kamu. Radar kehidupan kamu bukan hanya tentang diri kamu, Tanu."

Tanukala hanya diam mendengarkan.

"Penyebaran sel kanker akan sangat berdampak untuk tubuh kamu apabila tidak ditindak lanjuti. Kamu tidak hanya kesulitan pada saat menjalankan kehidupan sehari-hari, tapi kamu juga akan merasa kesulitan untuk menyelesaikan sesuatu hal yang saat ini kamu prioritaskan."

"Saya juga tahu, kalau kamu ingin sekali mendapatkan gelar di belakang nama kamu. Tapi Tanu, gelar itu masih bisa kamu dapatkan nanti."

Tanukala mengalihkan atensinya ke arah lain. Ia tidak ingin melihat Jerlando yang berusaha untuk membujuknya.

"Tanu."

"Jangan memberikan saya harapan yang sudah jelas tidak akan ada hasilnya," jawab Tanukala dengan ketus.

Lembar Usang [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang