Bab 14 ( keluarga dirgantara )

169 6 0
                                    

Dengan patuh dokter Aldo melangkah mendekati Gita dan memandang pasien itu dengan bingung kini dokter duduk di kursi yang berada dipinggir ranjang tempat tidur, pertama yang dia lakukan adalah menyentuh tangan Gita yang terkulai lesu betapa terkej...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan patuh dokter Aldo melangkah mendekati Gita dan memandang pasien itu dengan bingung kini dokter duduk di kursi yang berada dipinggir ranjang tempat tidur, pertama yang dia lakukan adalah menyentuh tangan Gita yang terkulai lesu betapa terkejutnya dia ternyata Gita mengalami demam yang cukup tinggi seketika pergerakan nya menjadi lebih cepat mengarahkan stetoskop ke dada Gita.

"Sejak kapan demam nya muncul?"

Dateen terperanjat karena sebelumnya Gita masih dengan suhu tubuh yang normal,

"Seperti nya itu baru, karna sebelumnya masih normal", jawab Dateen menerangkan

Melihat kondisi pasiennya melemah dokter Aldo segera memasangkan selang infus di tubuh Gita.

"Tolong untuk menjaga suhu tubuh nya malam ini untuk berjaga-jaga, jika demamnya tidak kunjung turun kamu bisa segera meminumkan obat ini lagi setelah 4-6jam"

"Baik...ah tolong untuk merawat luka dipergelangan tangannya juga dok!", ucap Dateen masih berdiri di seberang ranjang tidurnya.

Dokter langsung bergegas membaluti kedua lengannya dengan perban setelah memberikannya obat, Dateen masih terus memerhatikan setiap pergerakan dokter dengan seksama.

"Apakah dia akan segera sadar?"

"Mungkin setelah demam nya mereda dia bisa pulih dengan cepat, Sepertinya dia telah mengalami syok yang berat karena tekanan darahnya yang menurun dengan dratis" Terang dokter Aldo pada nya.

Disaat mereka mengobrol tentang kondisi nya yang menurun justru Gita membuat kaget dan panik saat dengan tiba-tiba dia mengigau dengan berteriak.
"Jangan..jangan sentuh!! Tolong jangaaan!!"

Ucapan yang terdengar histeris namun tiba-tiba mereda lagi, mungkin itu efek dari demam nya yang tinggi.
Dateen mendekatkan dirinya ke arah terbaringnya Gita, secara naluriah menggenggam erat tangannya yang kembali tenang namun tetap tidak sadarkan diri.

Ucapan Dateen pada Devano mengenai perasaannya pada Gita beberapa hari yang lalu kini disaksikan dengan mata kepala Devano bahwa kebenaran atas perasaan itu, perlakuan Dateen saat membawa wanita itu ke rumahnya, merawatnya dengan penuh rasa perhatian sangat membuktikan bahwa itu terlihat sangat tulus dari lubuk hatinya, tentu Devano sangat mengenal Dateen lebih dari sekedar saat dia merasakan jatuh cinta.

Setelah dokter pamit untuk pergi, Devano mengantarnya sampai ke depan pintu, dan menunggu Dateen di sofa ruang tengah, dia menyandarkan kepala nya di sayap sofa sebelum dia mengeluarkan satu batang rokonya dari dalam kotak kecil, dan menjentikan korek untuk menyundut.
Tatapan kosong ke atas langit-langit atap, Devano mulai menghisap dan mengepulkan asap rokok nya ke udara, kini pikirannya sepenuhnya memikirkan Dateen, dia merasa kasihan saat melihat diri nya merasakan jatuh cinta lagi namun sudah ada cobaan baru yang harus dia rasakan.

'nasib nya tentang percintaan selalu kurang beruntung, tetapi dia selalu berhasil untuk setiap bisnis yang dijalaninya'

'punya wajah tampan ternyata ga menutup kemungkinan untuk beruntung tentang mendapatkan cinta'

Another Love PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang