Bab 8 ( setelah jam kantor )

204 4 0
                                    

Angin sore menggugurkan daun yang menguning terlihat sangat indah ketika terbawa hembusan angin yang silir-semilir, mengacak-acak dedaunan kering yang berserakan di sepanjang jalan menuju ke tempat parkir, langkah kaki mereka seperti bergema saat menginjak daun kering yang tersapu ke jalan setapak yang mereka lalui.

Kegembiraan yang aneh menyelimuti hati Gita saat mendengar tawaran dari Dateen untuk mengantarkannya, tanpa sadar matanya terpaku pada sosok pria tinggi yang berjalan sejajar dengan dirinya disamping, mendapati dirinya terpikat oleh nya.

Namun hatinya menjadi terenyuh saat melihat wajah tampan Dateen menjadi ternoda oleh luka memar karna ulah dari Jassen tadi malam, perasaan itu membuat nya menjadi tidak nyaman.

"Apa itu masih sakit?", Tanya Gita membuat Dateen menatap ke arahnya, nada suaranya penuh dengan ke khawatiran, tatapan Gita menjadi teduh saat pandangan mereka bertemu.

"Ini hanya sisa dari memarnya saja, tadi pagi sih udah aku coba kompres"

"Obat yang aku kasih itu bagus untuk luka memar, apa kamu masih minum?

"Iya sudah", tatapan Dateen sesekali menoleh kearah Gita yang berjalan beriring disamping nya.

"hmm btw... apa Devano tanya soal luka itu?"

"Kalau itu sih..sudah pasti", Dateen menyunggingkan senyum nya.
"Jangankan hal yang keliatan seperti ini, yang tidak keliatan saja dia bisa tahu dan jadi banyak bertanya"

"Kamu bilang apa?" Gita bertanya dengan ekpresi penasarannya.

Langkah mereka berhenti di depan mobil Dateen membukakan pintu mobilnya untuk Gita masuk, perlakuan manisnya selalu membuat Gita menjadi sangat gugup saat mendapat perhatian Dateen pada dirinya.

"Hmm..Aku bilang semua yang terjadi semalam",jawab Dateen sambil mengangkat satu bahunya.

Mereka menatap satu sama lain, saat angin sore meniup dengan kencang menerpa helaian rambut panjang Gita menjadi tidak teratur, melihat Gita yang menjadi berantakan membuat Dateen tersenyum kecil kepadanya.

Tangan Gita langsung buru-buru merapihkan rambutnya yang tertiup angin ketika tangan Dateen mengambil helaian rambut yang tersisa dari wajah Gita membuatnya tersipu, Dateen menyelipkan rambut itu ke belakang telinganya.

Sentuhan tangan dari Deteen yang menyentuh kulit telinganya membuat sensasi panas melanda pada sekujur tubuh Gita, tanpa sadar Dateen mengucapkan kata yang begitu pelan dan lembut
"cantik", ucapannya seperti angin yang berhembus begitu saja keluar dari bibirnya.

"Apa??", Tanya Gita kaget tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.

"Ah ngg...apa?" Dateen kembali fokus malah balik bertanya seperti orang yang sedang linglung.

"Kamu bilang apa?"

"Ngg...aku mengatakan sesuatu?"Dateen justru malah balik bertanya,

"Ahh, seperti nya aku salah dengar"
Gita mendadak menggaruk tengkuk lehernya.

"ayo silahkan masuk Git", Dateen malah mengalihkan perasaan malu nya karena tiba-tiba mengatakan hal yang diluar kendali nya dengan mempersilahkan Gita untuk segera naik ke mobil nya, tetapi dia gagal menutupi wajahnya yang memerah

'gw ga salah denger dia bilang cantiiiik kan?'

'kenapa dia jadi kelihatan salting banget? Lucuuu bangeeet wajah nya jadi seperti tomaaat'

Saat Dateen masuk ke mobil ,Gita hanya menundukan pandangan nya memainkan jemari yang dipangku karna gugup dan merasa malu, mobil Dateen melaju menyusuri jalan kota.

Another Love PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang