V

425 75 13
                                    


Jika ditanya bagaimana perasaan Alika saat ini, perempuan itu akan dengan lantang menyuarakan isi hatinya dengan jujur bahwa dirinya sangat merasa kesal bin dongkol.

Tidak pernah terbayangkan untuk kedua kalinya ia akan duduk kembali dalam satu mobil dengan seseorang yang minggu lalu ia kutuk habis-habisan. Alika semakin dibuat kesal lantaran perdebatan panjangnya berbuahkan hasil yang sia-sia sebab perempuan yang hobi berdebat itu kalah telak melawan tiga mulut yang ikut serta dalam perdebatan tak penting yang dibuat Karin.

Ya. Karin, Nabila dan bertambah satu peserta lain yang tak bukan adalah boss-nya sendiri, Pradipta. Bagaimana Alika bisa menang? Diluar kantor memang ia sebisa mungkin hanya menganggap lelaki itu adalah suami dari sahabatnya, namun kembali lagi, aura mengintimidasi Pradipta terlalu hingga membuat nyali Alika menciut.

Perdebatan tak penting berujung dirinya lebih memilih mengalah untuk diantar pulang oleh makhluk bongkahan es kutub utara.

Sebenarnya mudah, namun tiga orang itu membuatnya sulit. Alika cukup menggunakan taxi online seperti yang perempuan itu gunakan selama ini untuk bepergian jika ia sedang malas menggunakan motornya. Namun, apa daya dirinya yang tak bisa berkutik ketika Pradipta ikut bersuara seolah kini lelaki itu ikut dalam komplotan mak comblang amatiran yang diketuai oleh istrinya sendiri.

Disinilah dirinya. Duduk termenung disebelah orang yang diamanahkan untuk mengantarnya pulang dengan selamat. Suasana hening dan canggung benar-benar terasa dan Alika tidak menyukai itu. Alika bukan sosok yang hanya bisa diam seakan menjadi patung bernyawa. Hey, dia seorang extrovert yang mulai dari mulut hingga gerak tubuhnya pun tak bisa diam. Lalu, dalam keadaan seperti sekarang dia seperti diwajibkan untuk menjadi benda mati. Bahkan untuk menengok ke luar jendela, dirinya merasa sungkan. Takut-takut jika ia bergerak, orang disampingnya akan merasa terganggu.

"Kenapa diam?" Akhirnya sebuah suara memecah keheningan yang sudah tercipta kurang lebih lima belas menit lamanya.

Alika masih menunduk. Tidak berniat menoleh menatap si penanya.

"Kenapa?" Dirga kembali bertanya.

"Nggak kenapa-napa" Alika menjawab dengan suara yang pelan.

"Aneh" balas Dirga. Lelaki itu melihat kesamping, hanya sebentar untuk memastikan jika perempuan yang sedang duduk dikursi sebelahnya itu dalam keadaan baik. Tidak, Dirga tidak mengkhawatirkan keadaan perempuan itu. Hanya saja, ia merasa heran sebab perempuan itu tak bersuara dari sejak Alika duduk disebelahnya.

Suasana kembali hening hingga mobil Dirga berhenti didepan sebuah ruko. Baru saja Alika ingin bertanya, Dirga sudah lebih dulu berkata "Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang ingin saya beli" lalu, lelaki itu membuka seatbelt-nya dan segera turun dari mobil.

Alika melihat itu dengan bingung hingga kepalanya mengangguk singkat kala netranya melihat punggung Dirga yang tengah membuka pintu kaca yang diatasnya terdapat tulisan 'Keys Cake & Bakery'.

"Oh, singgah beli brownies toh" percakapan Dirga dan Karin seketika melintas. Tadi, sebelum pulang Dirga sempat menanyakan dimana lokasi toko brownies favorit lelaki itu berada. Dan Karin menjawab sekaligus menerangkan secara detail yang langsung dibalas anggukan oleh Dirga ketika lelaki sudah tahu dan paham.

Cukup lama lelaki itu didalam. Alika bisa memperhatikannya dari dalam mobil sebab toko kue tersebut sepenuhnya menggunakan kaca transparan didepannya, jadi dari arah luar bisa melihat ke dalam walau tidak terlalu jelas.

Alika masih memperhatikan Dirga hingga lelaki itu berbalik sembari menenteng satu paper bag berukuran sedang ditangan kanannya. Lalu ketika hendak keluar, ia gunakan tangan kirinya untuk menahan pintu untuk seorang wanita paruh baya yang hendak keluar disusul seorang perempuan muda dibelakangnya. Wanita paruh baya itu tersenyum dan dari gerak mulutnya terbaca ucapan terimakasih yang diberikan untuk Dirga. Dari dalam mobil, Alika bisa melihat Dirga yang membalas ucapan wanita paruh baya tersebut dengan sebuah senyuman yang tipis, lalu mengangguk singkat pada seorang perempuan yang ikut mengucapkan terima kasih padanya. Bedanya, Dirga hanya mengangguk singkat tanpa memberi senyuman pada perempuan itu.

Terbaliknya Dunia DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang