XVIII

759 96 34
                                        


"Kenapa sih lo, Lik? Senyam senyum nggak jelas. Ngeri gue lihatnya!"

Nabila berdecak. "Kelainan nih anak. Yuk, ke dokter. Kebetulan dokter gue ada buat klinik jiwa nggak jauh dari sini. Gue temenin deh."

Alika mengibaskan tangan seraya mencibir.

"Serius, Lik. Ngeri gue lihat lo begitu. Kek orang kemasukan tau."

"Ya emang udah kemasukan mungkin?" Celutuk Karin ambigu. Lirikan matanya seolah memberi sinyal aneh pada Nabila.

"Sumpah, lo?" Nabila dengan kehebohannya mulai berulah. "Lo udah skibidipapap yes yes sama Dirga si manusia penghuni kutub utara? Temennya pinguin itu? Serius, lo, Lik?"

Mulut Alika terbuka. Tentu perempuan itu mengerti arah pembicaraan kedua sahabatnya.

"Sembarangan!" Tangannya kembali mengibas. "Orang gue senyum karena dapet voucher belanja gratis" elaknya sembari mencari dua lembar kertas berlogo salah satu supermarket terkenal di dalam tasnya. "Dikasih Mbak Puteri. Lagi beli kulkas katanya, terus dapat cashback voucher belanja lima ratus. Gue dikasih dua ratus." jelasnya riang.

"Alah, banyak alasan. Orang semalam gue lihat Dirga seger banget, berasa orang abis dapat jatah." Lagi, celetukan Karin membuat Nabila heboh.

Semalam, setelah mereka menghabiskan sate yang mereka pesan, Dirga izin bersihkan diri dahulu sebelum mengantar Alika pulang. Tidak ada hal aneh yang terjadi selain... saling melumat bibir dan membelit lidah. Hanya sampai disitu. Karin saja yang punya pikiran gila.

Sehabis mengantar Alika, Dirga tidak langsung pulang, ia singgah sebentar ke rumah Pradipta untuk mengurus sesuatu. Hanya sebentar, setengah jam pun tak sampai. Disana dia memang sempat berbicara sebentar dengan Karin, hanya itu.

Lalu, dapat darimana pemikiran Karin barusan? Hanya karena melihat penampilan Dirga yang segar? Ya, iyalah, orang habis mandi, ya kali butek.

"Jadi... Bener, nggak?" Nabila masih antusias. "Udah begituan lo sama Dirga?"

"Bil, lo tanya aneh-aneh lagi, mulut lo gue bius total."

Nabila terbahak.

"Okay, okay. Ganti topik. Gimana lo sama Dirga? Gue nggak nanya ke arah privasi lo berdua ya, i mean, hubungan kalian gimana sejauh ini?"

"Ya, baik."

"Lo udah tanya soal... Foto Igs Bianca?"

Alika diam. Namun matanya melirik Karin berharap sahabatnya satu itu bisa memberikan informasi.

Karin berdecak. "Itu foto yang kata lo kaya double date... Sialan lo, Bil. Gue jadi emosi ingetnya. Kenapa juga lo harus komporin pake bawa-bawa double date segala! Asal lo tau, ya, Bil. Waktu Mas Dipta pulang nggak gue sambut pake lingerie, tapi pertanyaan beruntun tentang foto itu. Hampir aja gue meledak kalau Mas Dipta nggak tenangin dan jelasin foto itu."

"Kata Mas Dipta, Bianca tau dari Dirga kalau mereka lagi berangkat ke Mataram. Bianca yang emang ada di sana langsung nyusul sama Tasya yang kebetulan emang mereka berdua lagi liburan disana. Cuma ngisi perut doang katanya. Karena sesudah itu, Mas Dipta dan Dirga cabut, langsung kerja sesuai planning."

Alika diam. Penjelasan mengenai foto itu akhirnya bisa ia dengarkan, walau bukan dari mulut Dirga sendiri.

"Bisa kebetulan banget ada Tasya juga." ujar Nabila skeptis.

"Lo jangan gitu dong, Bil. Kepikiran nih nanti gue. Lagi nggak mood berantem, jiwa jablay gue lagi kumat, pengen dibelai mulu sama Mas Dipta. Kalau berantem kan berabe, gue minta belai siapa dong?"

"Aldian?"

Nama yang terasa asing itu disebut kembali. Sontak saja Karin melebarkan mata.

"Gimana kabar Pak dokter itu sekarang? Masih hidup kan setelah kalah saing sama duda anak satu?" Sialan, Nabila kembali mengungkit masa lalu Karin yang dilamar dua lelaki tampan dan mapan sekaligus.

Terbaliknya Dunia DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang