XIV

498 67 12
                                    


"Perlu gue kenalin diri?" Tanya seseorang yang duduk di depan Alika. "Sepertinya lo belum kenal gue. Okay, gue Bianca, sepupunya Dirga" wanita itu berkata dengan intonasi sedikit angkuh.

Alika mengangguk sekali. Dia pernah mendengar nama wanita tersebut dari cerita Karin dan Nabila, namun untuk pertama kalinya, ia baru bertemu langsung sosok sepupu kekasihnya yang sangat dibenci kedua sahabatnya itu.

"Gue Alika" Alika ikut memperkenalkan diri tanpa menggunakan bahasa formal. Dia mengikuti cara wanita yang ada di depannya.

"Well, your dirga's girlfriend, isn't that right?"

Walau cukup terkejut, Alika mengangguk. Kepalanya bertanya-tanya, sebenarnya apa tujuan wanita itu menghampirinya lalu mengajaknya ke cafe seberang kantor.

"Tidak mengecewakan. He's always looking for the pretty ones."

Seperti sindiran namun Alika tak peduli.

"Sebagai keluarga terdekatnya, Dirga harusnya kenalin lo ke gue" Bianca menjeda ucapannya, "Setidaknya cerita kalau dia udah punya pacar."

"Mungkin belum punya waktu yang tepat" Alika menjawab dengan kalem.

"Udah berapa lama sih kalian pacarannya? Dua bulan, ya?" Masih dengan nada angkuh, Bianca bertanya. Tak peduli dengan reaksi Alika yang sudah menunjukkan ketidaknyamanan dengannya. "Sepengetahuan gue sih udah dua bulan. Atau mungkin, lebih?" tanyanya lagi.

"Jalan dua bulan" jawab Alika singkat, masih mempertahankan nada kalemnya walau sebenarnya ia sudah malas sekali.

"Lo duluan yang nembak apa Dirga?"

Pertanyaan seperti apa itu. Sungguh, Alika tak suka basa-basi seperti ini. Dia tahu, Bianca hanya ingin menginterogasinya.

"Sorry kalau gue terlihat mau ngurusin hubungan lo berdua. But, as his family, gue berhak tau dong. Soalnya ini pertama kalinya Dirga mulai menjalin hubungan kembali setelah maybe dua atau tiga tahun dia menutup hati."

"Sorry, gue rasa lo bukannya berhak tahu, tapi lo hanya penasaran, kan?" Pertanyaan Alika berhasil membuat Bianca terkejut. Alika sudah meninggalkan kesopanannya, ia hanya mengikuti permainan wanita itu.

"Wow, you surprised me" tawa kecil Bianca perlihatkan demi menutupi rasa terkejutnya. "It's not the type of Dirga I know." lanjutnya tersenyum tipis, seperti mengejek.

Sialan! Alika sudah geram namun masih menahannya.

"Mumpung gue masih di Jakarta, lo mau gue kenalin ke nyokap? For your information, nyokap gue kakak almarhum nyokap nya Dirga."

"Dilihat dari hubungan lo yang udah jalan dua bulan sih, harusnya Dirga udah kenalin lo ke nyokap." tukas Bianca sebelum Alika membuka suara. "Dan seingat gue, Dirga selalu open, maksudnya selalu terbuka dan kenalin pacar-pacarnya ke nyokap gue yang mana udah jadi mama kedua buat Dirga" lanjut Bianca.

"Makanya gue ngerasa ada something yang, exactly what's going on? Kenapa Dirga belum kenalin lo juga? Udah jalan dua bulan, lho. Sama yang sebelum-sebelumnya pasti udah dikenalin dari awal pacaran" Bianca seperti tidak membiarkan Alika untuk menyanggah. "Gue terkesan ikut campur, ya? Hm, gue hanya merasa aneh. Tumben-tumbenan Dirga kaya gitu."

Setelah dirasa dipersilahkan memberi tanggapan, hal pertama yang dilakukan Alika adalah menarik nafas dan membuangnya secara perlahan. Entah apa maksud dan tujuan Bianca, namun yang dapat Alika simpulkan dari cara wanita itu menatap dan berbicara padanya, ada kibaran bendera perang yang bernama ketidaksukaan. Tingkah angkuh dan caranya memaparkan sudah menjadi bukti kuat jika wanita itu tidak menyukai Alika.

Terbaliknya Dunia DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang