"Ngapain lo kesini?" geraman itu kentara sekali Alika tahan."Ika.."
Alika mendecih. Perempuan itu berdiri di ambang pintu sembari membuka pintu lebar-lebar agar tamu tak diundang itu segera angkat kaki dari rumahnya.
"Silakan keluar."
Rifqi, lelaki yang bertamu itu hanya tersenyum sebagai respon, tubuhnya tidak beranjak sedikit pun.
"Aku nggak akan pergi sebelum bicara dulu sama kamu."
"Lo mau keluar sendiri atau gue seret, hah?"
"Ika..."
Ika. Panggilan itu sekarang terdengar memuakkan. Dulu, mungkin Alika selalu berbunga setiap namanya dipanggil seperti itu oleh lelaki tersebut.
"Ada banyak hal yang mau aku jelasin ke kamu."
"Alifa!" teriak Alika cukup keras pada sang adik yang belum juga menampakkan hidungnya, lebih tepatnya Alifa bersembunyi di dapur sedangkan tamu tak terduga itu ia biarkan duduk di ruang tamu dengan pintu yang terbuka.
"Bisa-bisanya kamu bawa masuk orang asing ke dalam rumah!" Alika kesal. Bagaimana tidak, Alifa hanya sendiri di rumah, sedangkan kedua orang tuanya sedang keluar untuk menghadiri acara nikahan salah satu kerabat dekat mereka di daerah Bogor.
"Lo bisa mikir nggak, sih? Punya otak, kan, lo?" Semprotnya ketika Alifa muncul dengan menunduk takut.
"Kalau lo diapa-apain gimana, hah?"
"Jangan marahin Alifa. Ini salahku. Aku yang maksa buat masuk dan nungguin kamu pulang." pembelaan Rifqi semakin membuat Alika berang.
"Lo" tunjuk Alika pada Rifqi. "Keluar dari sini sekarang juga!"
"Ika.."
"Stop panggil gue kaya gitu."
"Aku mau bicara dulu sama kamu."
"Gue sama lo nggak dekat sampai harus aku-kamu. Stop merasa kita saling kenal."
Dada Alika bergemuruh. Sungguh, perempuan itu menahan amarahnya.
Rifqi maju mendekati bermaksud ingin menenangkan perempuan itu. Namun Alika dengan sigap mundur bertepatan suara pagar yang terbuka lalu di ikuti suara mobil yang terparkir di garasi membuatnya mendesah lega mendapati kedua orang tuanya sudah pulang.
Baru saja mengucap salam, Rahma sudah dibuat kaget dengan kehadiran Rifqi, begitu pula Malik. Hanya sebentar, sebelum Rifqi beranjak untuk mencium kedua tangan Malik dan Rahma bergantian.
"Dari tadi, Rif?" suara lembut Rahma bertanya.
Rifqi mengangguk di sertai senyum. Alika membuang muka dengan pandangan jijik.
"Ayo duduk. Sebentar, ya. Ibu sama Ayah ke kamar dulu."
Alika menatap Ibu dan Ayahnya bergantian dengan tatapan protes.
"Ayah, Ibu" panggil Rifqi menahan. "Saya izin boleh bicara dengan Alika di teras depan?"
Mata Alika mambulat. Bukan karena panggilan Rifqi kepada orang tuanya, melainkan karena permintaan lelaki itu.
Malik tampak berpikir sebentar. Dalam hati Alika berdoa agar Ayahnya melarang bahkan mengusir Rifqi saat itu juga. Namun sayang, doanya tidak di ijabah sebab kini, Alika sudah duduk di salah satu kursi rotan dengan kedua tangan terlipat di dada.
Tak ada yang membuka suara. Bahkan lelaki itu yang tadinya ngotot ingin berbicara padanya pun masih membisu.Decakan terdengar, tentu saja yang barusan itu adalah Alika. "Lebih baik lo pulang deh"
"Ika.."
"Stop panggil gue begitu." kentara sekali nada ketus Alika.
![](https://img.wattpad.com/cover/327200088-288-k616922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Terbaliknya Dunia Dirga
Chick-Lit. . . [Bisa Baca "Pak to be Mas" dan "After We're Together" lebih dulu biar paham ya, guys] (UNPUBLISH!!!)