X

824 103 12
                                        


"Sebenarnya saya tidak terbiasa merangkai kata-kata yang panjang kecuali pembahasan itu mengenai pekerjaan. Tapi akan saya coba menjawab sesuai yang kamu minta tentang saya. Saya mulai dari keluarga."

"Saya terlahir dari keluarga biasa. Kedua orang tua saya sudah meninggal belasan tahun silam karena insiden kecelakaan beruntun. Saya memiliki seorang adik perempuan yang tentunya sudah kamu ketahui. Anindia namanya. Dia cantik sekali, kalau mau lihat versi kecilnya, kamu bisa lihat Aletta" Dirga tersenyum kecil membayangkan ponakannya yang menggemaskan itu. Ketika ingin melanjutkan ucapannya, Dirga kelihatan ragu hingga Alika menyadarinya.

Perempuan itu lantas berkata, "Bapak cerita yang senyamannya Bapak aja. Nggak usah dipaksa kalau dirasa ada yang nggak perlu diceritain dulu" Alika tentu tidak menyangka jika hidup Dirga se-tragis itu. Soal almarhumah adiknya, Alika sudah tahu. Namun ia sama sekali tidak mengetahui tentang kedua orang tua lelaki tersebut. Bahkan Alika pikir, Dirga masih memiliki orang tua lengkap yang mungkin keberadaannya ada diluar kota sana. Ketika mendengar fakta barusan, Alika jadi merasa bersalah dan sedikit canggung setelah memaksa lelaki itu untuk menceritakan tentang dirinya.

Ya, Alika akhirnya ke kantor bersama Dirga. Disela lelaki itu menyetir, Alika kembali menyuarakan isi pikirannya yang sejujurnya belum bisa menerima tindakan Dirga beberapa hari ini. Termasuk soal izin yang sebenarnya tidak pernah Alika iyakan sebelumnya.

Lalu, entah keberanian darimana, Alika lantas melayangkan pertanyaan yang membuat Dirga cukup terkejut. Alika ingin mengetahui tentang Dirga, apa tujuannya dan mengapa harus dirinya yang lelaki itu pilih untuk bisa ia kenal lebih dekat. Dengan melayangkan pertanyaan-pertanyaan diatas, Alika berharap setidaknya ia bisa mengerti tindakan lelaki itu dan mencoba untuk memahami.

"Tentang keluarga, mungkin baru itu yang bisa saya sampaikan" Alika mengangguk, tidak lagi memaksa seperti diawal.

"Kalau ditanya tujuan saya" Dirga berpikir sejenak, "Untuk sekarang, saya ingin mengenal kamu. Dari cerita-cerita Karin lalu dari pandangan saya sendiri, kamu orangnya menarik. Ketertarikan itulah yang membuat saya berani meminta izin" ujar Dirga melirik Alika sekilas.

"Kemudian poin ketiga kenapa harus kamu, sama halnya kembali lagi pada poin kedua. Saya tertarik."

Alika diam. Pandangannya lurus ke depan namun dilihat dari jari jemarinya yang saling bertautan, Alika jelas merasa grogi.

"Masih ada yang ingin kamu tanyakan?" Dirga bertanya ketika mendapati respon Alika yang hanya diam.

"Banyak" seru Alika dalam hati. "Maaf kalau saya lancang. Jadi maksud Bapak.." Alika berucap hati-hati. "Bapak suka saya?"

Pertanyaan Alika barusan tidak membuat Dirga terkejut seperti pertanyaan sebelumnya. Cukup lama Dirga diam hingga Alika merasa malu. Perempuan itu mengigit bibirnya setelah baru menyadari jika pertanyaannya tadi membuatnya terlihat seperti seorang yang memiliki kepercayaan diri berlebih. Tapi dari yang Dirga jelaskan, Alika menangkapnya seperti itu.

"Belum, Alika" pias sudah wajah Alika. Rasanya sangat malu sekali. "Untuk sekarang memang belum. Tapi nanti bisa dilihat ke depannya" lanjut Dirga yang semakin membuat Alika menyesali pertanyaannya yang kelewat percaya diri itu.

"Aah.. iya, Pak" balas Alika singkat.

"Boleh saya bertanya juga?"

"Mau nanya apa?" Alika menjawab pelan dengan pandangan yang ia buang ke luar. Rasa malunya tentu belum hilang.

"Izin untuk mengenal kamu sudah saya dapatkan, bukan?" Tentu pertanyaan Dirga membuat Alika membeo. Perempuan itu menoleh ke arah Dirga dengan kening mengkerut. "Kan Bapak sendiri yang bilang kalau izinnya sudah bapak kantongi" ujarnya mengungkit perkataan Dirga dirumah makan tadi.

Terbaliknya Dunia DirgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang