06. [day off]

1.7K 168 3
                                    

terbangun di ranjang yang ada di flat milik Nakula tentu tidak pernah ada di dalam bucket list seorang Naya. Tidak pernah sama sekali.

Tapi disinilah naya berada, di bawah selimut tebal milik nakula dengan tubuhnya yang telanjang.  Nakula sudah tidak ada di kamarnya, hanya ada dia sendirian disini. ya, bagus juga. setidaknya dia tidak harus menahan rasa malu dihadapan pria itu.

Naya terbangun sedikit mengerang karena rasa pegal yang benar benar menyerang seluruh tubuhnya karena dia semalam tidur pukul tiga dini hari dan sekarang sudah pukul satu. wow. mantap juga dia tertidur.

Ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi yang ada di flat milik nakula. ah persetan dengan izin dan kesopanan, ia ingin sekali membilas tubuhnya padahal semalam dia sudah dibersihkan oleh nakula.

Di dalam kamar mandi, naya menggelengkan kepala melihat tubuhnya terutama tubuh bagian atas yang penuh dengan ruam merah atau ada yang sudah mulai keunguan sebagai tanda keganasan mereka berdua.

"untung gue masih bisa jalan sekarang" naya bergumam sambil melangkah dengan sesekali meringis dan tertatih keluar kamar mandi. Ia mengambil satu kemeja putih yang tergantung, sepertinya disediakan oleh si pemilik rumah.

"you're awake?" Naya yang hendak keluar dari kamar terkejut melihat Nakula yang ada di depannya. Pria itu sepertinya baru selesai berolahraga dilihat dari pakaian yang ia pakai basah dengan keringat dan di tangannya ada tumblr minum. Tentu saja pakaian yang basah karena keringat itu menempel di tubuhnya hingga membuat tubuh bagian atasnya tercetak.

"laper" Naya menjawab jujur. bayangkan saja dia tidur hampir sepuluh jam dengan perut belum terisi apapun. nakula tertawa, tangan yang tidak memegang botol minum mengacak rambut naya. "sure. sana ambil sendiri di dapur tapi you know, aku tinggal di sini sendiri dan banyaknya pasti makanan simple kaya roti terus makanan makanan yang instan. tapi kayanya kemarin aku sempet restock kulkas. ya coba aja deh liat sendiri ada apa. aku mau mandi" Nakula berujar kembali masuk ke dalam kamar meninggalkan naya sendirian.

naya tertegun melihat sekeliling flat milik nakula. ini sangat berbeda dengan yang ada di jakarta. Flat ini cukup luas untuk ukuran pria lajang yang tinggal sendirian. Bahkan tempat ini tergolong rapi. tidak ada benda benda berserakan di sembarang tempat selain dua koper yang ada di dekat pintu masuk.

Karena Naya sudah diberi izin oleh si pemilik rumah, ia kemudian melihat ke arah meja yang ternyata masih kosong. tidak ada apapun di sana. ia kemudian beralih ke arah kulkas dan benar saja kulkas tersebut penuh dan isinya sayur yang hampir layu dan makanan yang hampir semuanya cepat saji. ayam, nugget, telur, sosis, daging.

Naya melihat bumbu bumbu yang ada di rak dapur. membaca satu persatu bumbu bumbu instan dan untungnya masih belum kadaluwarsa.

Naya memang terlahir di indonesia, jadi menurutnya roti itu hanya camilan dan pancake hanyalah appetizer. itu tidak mengenyangkan sama sekali apalagi ketika sekarang sudah mulai waktunya makan siang. mana kenyang walah makan roti sebungkus??

Ia mulai menggelung rambutnya dengan sebuah sumpit yang ia ambil di rak sebelum mulai mencuci beras. Rencanya dia akan membuat ayam bumbu rempah dengan lalapan dan sambel terasi. rencanannya. kalau nakula melarang bau terasi di flat nya atau tidak ada, dia akan membuat sambal bawang saja.

"kamu masak? mau masak apa? kenapa ngga bikin sandwich aja?" nakula keluar dari kamar mandi dengan rambut nya yang basah.

"sandwich? i'm indonesian. sandwich itu camilan" Nakula tertawa. ia mengambil air dingin di kulkas dan duduk di meja makan sebelum meneguk airnya.

"oke nona indonesia, hari ini rencananya mau masak apa?" Nakula bertanya sambil bangkit dari tempat duduknya. ia berdiri di samping naya yang kesusahan untuk mengiris daging ayam sudah beku.

"ayam goreng dan sambal terasi if you don't mind" jawabnya sambil menghela napas. ia menoleh ke arah nakula. "please"

nakula tersenyum tipis kemudian bergeser menggantikan posisi naya, ia mencari pisau yang lebih besar kemudian mengarahkan mata pisau dan menekannya hingga bagian paha ayam itu terbelah dengan sekali tekan. "great kalau badan bagus mu bisa digunakan" naya menyidir nakula yang hanya bisa tertawa dan melanjutkan pekerjaannya sementara naya mengerjakan yang lain.

keduanya mengerjakan sesuai dengan pekerjaan masing masing, sesekali mengobrol singkat. dari obrolan dengan adik bosnya ini, naya mengetahui kalau ternyata nakula bukanlah pemula dalam urusan dapur. ia pandai memasak namun tidak dengan masakan indonesia. Dilihat dari caranya membuat sambal saja sudah terlihat kalau pria ini tidak pernah menyentuh cobek yang entah bagaimana sampai ada di tempat ini.

"ga usah protes kalau makanannya ngga enak. aku laper soalnya ngga mikir rasa" naya berujar sambil membersihkan selada yang ada di kulkas. nakula mengangkat bahu. "yang penting layak makan aja" jawabnya acuh kemudian mengambil pisau dan garpu yang berbanding terbalik dengan naya yang mulai mencuci tangannya.

"Naya, pedas" Naya yang mengunyah makan siang tertundanya menoleh ke arah nakula yang kepedasan. ia mendorong botol minum dengan tangan yang tidak kotor. "lemah" ejeknya padahal menurutnya sambal yang dia buat tidak terlalu pedas. Nakula menggelengkan kepala. Ia memilih memakan apa yang ada selain sambal milik naya.

itu tidak baik bagi lidahnya yang mudah terbakar.

Keduanya nampak akur, tidak ada yang mengungkit kejadian semalam dan mereka nampak sudah cukup lama mengenal. pembicaraan keduanya cukup nyambung bahkan sekarang nakula tengah membereskan dapur sementara naya memilih untuk menggosok giginya.

Ketika naya keluar dari kamar mandi, ia melirik ponselnya yang berdering. Reno meneleponnya.

ia memutar matanya sebelum menggeser tombol hijau pada ponselnya. "halo"

"astaga sayang, kamu ku cariin kok ngga ada kabar? kemana aja?" Naya mendatarkan wajahnya. tau betul itu alasan bohong karena kekasihnya itu pasti masih asik dengan atasannya.

"kerjaanku belum selesai, ada yang harus revisi terus semalem ketiduran deh" Naya keluar dari kamar mandi dan melihat nakula tengah duduk di sofa.

Nakula menepuk pahanya, mengisyaratkan naya untuk duduk disana. Naya melangkah mendekat, tidak memperdulikan telepon reno yang masih tersambung.

"your boyfriend?" Nakula berbisik di telinga Naya sambil mencium leher naya dan memberikan tanda merah disana. Naya mengangguk pelan. mengangjat telunjuknya di bibir agar nakula berhenti menggodanya.

"gimana ren?" Naya mengigit bibirnya menahan suara yang tidak seharusnya dia keluarkan saat ini ketika tangan jahil nakula merambat ke bagian lain.

"kamu bisa pulang kapan? mama mau ketemu kamu katanya"

Naya melihat tangan jahil nakula sudah kemana mana hanya melotot. "paling dua atau tiga hari lagi tergantung urusannya. Oh sayang, aku kayanya harus tutup teleponnya. disana udah malam kann? good night, reno"

setelah memastikan reno mematikan teleponnya. Naya langsung menoleh ke arah nakula yang tersenyum tanpa dosa. "Bisa ga si ga usah jahil" ujarnya sambil mencubit punggung tangan nakula.

nakula tertawa. menarik tubuh naya mendekat. wajah keduanya berjarak sangat dekat, bahkan dua hidung mancung itu saling bersentuhan. "ngga bisa" bisiknya jahil sebelum menarik mendekat agar keduanya bisa jatuh ke dalam ciuman yang lebih dalam.

"forget about your boyfriend when I'm here" nakula berbisik di depan wajah Naya.

Naya menarik tengkuk nakula, membiarkan pria itu mengangkat tubuhnya kembali ke kamar. Jika reno bisa bermain api di belakangnya, Naya juga bisa bermain dengan api yang lebih besar tanpa tau api itu akan membakarnya.

—————

jangan lupa untuk tinggalkan jejak disini ya bestie! thank you for reading💗

NAKULATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang